Krisis Suriah:
AS, Inggris, Israel, Uni Eropa VS Rusia (Krisis Suriah Part-1)
Situasi yang berkembang ini membuat
kondisi semakin tak karuan. Kekuatan dua kubu: pro presiden Suriah dan
pro Rakyat Yang Tertindas beserta masing-masing sekutunya menjadi
semakin besar. Disinyalir pemakaian senjata kimia berasal dari intelijen
Israel.
Mereka mulai merangkul negara-negara
yang seharusnya tidak berkepentingan. Mungkin benar ramalan pelbagai
media luar negeri, inilah tanda-tanda kedatangan Perang Dunia ke III.
Suriah, sebuah negara di Timur Tengah ini
awalnya adem-ayem hingga dimulainya revolusi menghantam sebagian besar
wilayah Arab sebab protes pada kekuatan rezimnya.
Mantan Presiden Mesir Husni Mubarak
tumbang, Mursi yang naik secara demokratis juga ditumbangkan oleh
militer negaranya, mantan Presiden Libya Muammar Qaddafi malah berakhir
dengan kematian.
Berikutnya, salah satu yang hendak digulingkan dari tampuk kekuasaannya yakni Presiden Suriah Basyar al-Assad.
Banyak orang percaya bahwa rakyat Suriah
angkat senjata dan berontak sebab mereka tak lagi bisa mengeluarkan
pendapatnya dengan aman.
Bukannya didengar sebagai masukan, namun
pemerintah Suriah justru membombardir rakyat mereka dengan peluru tajam
dan mortir, hingga menyebabkan banyak pengunjuk rasa yang tewas sejak
bulan Maret 2009 lalu hingga kini dan mungkin hingga kedepannya.
“Tadinya hanya berdemonstrasi, akhirnya mereka menanggapi genderang perang dari Assad”, seperti dilansir surat kabar the New York Times (8/4/2009).
Perang yang seharusnya
hanya terjadi antara rakyat Suriah dengan pemerintahnya, tiba-tiba
meluas. Dugaan Assad ada pihak asing yang sengaja mendanai pemberontak
hingga mereka kuat, banyak dan besar.
Pada konflik dalam negeri tersebut, yang paling mungkin didanai adalah persenjataan, ini terlihat dari kemampuan mereka.
Karena, darimana tentara oposisi
mendapatkan seluruh amunisi yang tidak sembarangan itu, jika tidak ada
pihak yang berkepentingan memberikannya pada pihak oposisi? Maka
kecurigaan Assad merangsek semakin kuat pada “negara-negara barat”.
Amerika Serikat dan Inggris dituding dua negara yang bisa melakukan jual-beli senjata itu.
Bukti sejarah peperangan saudara di dalam
negeri sepanjang sejarah didunia selama ini memang didalangi oleh
mereka dan itu adalah bukti kongkrit dan track record sebenar-benarnya.
Apalagi dalam beberapa tahun terakhir,
bukti AS dan Inggris selalu merontokkan sebuah pemerintahan beberapa
negara dan menggantikan penguasanya yang pro dengan mereka yaitu AS,
Inggris dan barat, agar dapat didikte lalu dikuras kekayaan alamnya.
Jika perlu negara tersebut tak perlu lagi
dibuat menjadi aman kembali apalagi sejahtera. Beberapa diantaranya
masih selalu berperang antar saudara setanah airnya sendiri dan
kemiskinan akan ikut meningkat dan mengikuti karena tidak adanya
keamanan, maka pola pikir rakyatnya juga akan berubah, brainwashed.
Sedangkan negara lain yang berseberangan
dengan barat seperti Iran, Rusia dan China tetap setia mendukung Assad.
Kedua kubu sibuk ber-retorika agar masing-masing pihak tidak mencampuri
urusan dalam negeri Suriah.
Amerika Serikat
diketahui melatih perang pemberontak dan dinas intelijennya mengirimkan
pasokan senjata, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya
(25/3/2013).
Iran juga demikian, diam-diam negara itu
ikut campur dengan mengirimkan seorang pelatih penembak jitu. Kelompok
Islam Libanon Hizbullah dari aliran Syiah malah terang-terangan
mengirimkan tentara jihad demi membantu Assad.
Namun tak seluruh jazirah Arab membantu
Suriah. Liga Arab malah memberikan tempat untuk oposisi Suriah dan
menuntut Assad mundur. Akibat campur tangan banyak negara dan
persekutuan itu, konflik Suriah bisa jadi berkembang ke arah perang
dunia. Karena kubu Assad mulai diperkuat oleh banyak pihak, begitu pula
kubu oposisi.
“Ketambahan situasi ini diperparah dengan hantaman roket Israel di wilayah Suriah namun dengan dalih menyerang Hizbullah.”
Setelah
melihat situasi demikian Assad mulai membuka Bukit Golan, daerah
perbatasannya dengan Israel agar bisa dimasuki tentara Palestina,
seperti dilansir surat kabar the Jerusalem Post (7/5/13).
Situasi yang berkembang ini membuat kondisi semakin tak karuan. Kekuatan dua kubu dan sekutunya menjadi semakin besar.
Mereka mulai merangkul negara-negara yang
seharusnya tidak berkepentingan. Mungkin benar ramalan pelbagai media
luar negeri, ini kedatangan perang dunia ke III.
Suriah izinkan Pejuang Palestina serang Israel dari Golan
Pemerintah Suriah berencana mengizinkan
kelompok pejuang Palestina untuk melakukan perlawanan terhadap Israel di
Dataran Tinggi Golan, perbatasan Suriah dengan Israel, setelah negeri
Yahudi itu melakukan serangan udara ke Suriah selama akhir pekan diawal
bulan Mei 2013, seperti dikutip koran Suriah Al Watan.
Surat kabar the Jerusalem Post
melaporkan, Selasa (7/5), Sekretaris Jenderal Front Popular Perjuangan
Palestina (PPSF), Khalid Abd al-Majid, mengatakan rencana itu
dijadwalkan akan dibahas dalam pertemuan antara pemimpin faksi Suriah
dan Palestina.
Majid mengatakan dari perkembangan
terakhir, Suriah memiliki hak dan kewajiban untuk merespons serangan
udara Israel dengan menggunakan segala cara yang tersedia.
Stasiun televisi pendukung pemerintahan Suriah Al-Ikhbariya
menjelaskan adanya indikasi yang mungkin menjadi pertimbangan Presiden
Suriah Basyar al-Assad, dengan mengutip sumber yang tidak disebutkan
namanya.
“Sumber itu menyatakan
bahwa roket-roket Suriah siap menyerang sasaran di dalam wilayah Israel
jika ada serangan terbaru dari negeri Zionis itu.”
Dikatakan juga bahwa Suriah telah
memberikan lampu hijau kepada kelompok-kelompok pejuang Palestina untuk
melaksanakan serangan terhadap Israel dari Dataran Tinggi Golan.
Namun, tidak satu pun dari peringatan itu
telah dijabarkan secara terbuka oleh pejabat Suriah, dan tembakan roket
Suriah terhadap Israel tentu saja akan memprovokasi negeri Yahudi
dengan tanggapan luar biasa.
Sementara itu kedua kubu di Suriah memang mendapat dukungan dari luar negara.
Pihak oposisi Assad banyak didukung oleh negara barat bahkan Liga Arab.
Sementara pemerintah Assad mendapat dukungan penuh dari Rusia, Cina dan Iran, salah satu negara Islam paling kuat saat ini.
Bahkan Korea Utara kini ikut mengekspor
masker , pistol dan senjata lainnya ke Suriah dan Korut juga pernah
membuat minimal dua buah bunker bawah tanah untuk Assad.
Liga Arab putuskan persenjatai pemberontak Suriah
Pertemuan Liga Arab yang digelar di Ibu
Kota Doha, Qatar, pada bulan Maret 2013 lalu memutuskan bahwa negara
anggota Liga Arab berhak memberikan bantuan, termasuk persenjataan,
kepada warga Suriah untuk membela diri. Hal ini dilakukan sebagai
pemecahan konflik berkepanjangan di Suriah.
Stasiun televisi Al Arabiya
melaporkan, Rabu (27/3/13), para pemimpin negara peserta Liga Arab juga
mengutuk rezim pemerintahan Presiden Suriah Basyar al-Assad atas
kekerasan yang dilakukan pasukannya terhadap warga Suriah. Mereka juga
mendesak untuk memberikan bantuan darurat kepada warga Suriah yang
mengungsi di Libanon, Yordania, dan Irak.
Anggota Liga Arab juga memastikan Suriah berhak mendapatkan kembali Dataran Tinggi Golan, yang telah diduduki Israel sejak 1967.
Pemimpin oposisi Suriah, Moaz al-Khatib,
menjadi perwakilan Suriah di pertemuan Liga Arab. Dia meminta kepada
negara peserta Liga Arab agar kelompok oposisi Suriah nantinya juga bisa
duduk dalam badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi
internasional lainnya.
Mantan presiden Koalisi Nasional untuk
Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi ini meminta agar masa depan Suriah
tidak boleh diatur oleh kekuatan asing.
Khatib mengatakan bahwa rakyat Suriah
sendiri yang harus menentukan siapa yang berhak mengatur negaranya.
Khatib tiga hari lalu mengundurkan diri dari jabatannya meski
pengunduran dirinya itu belum diterima oleh koalisi oposisi.
Para pemimpin yang hadir di Doha juga
mengatakan menyambut baik dialog yang diminta oposisi Suriah di Yaman
dan Bahrain, yang ditujukan untuk meminta dukungan dari negara-negara
Arab kepada kelompok oposisi. Peserta Liga Arab juga mengutuk pendudukan
Iran atas pulau Uni Emirat Arab, Pulau Tunbs dan Pulau Abu Musa.
Rusia kirim pesawat dan kapal perang ke Suriah
Menteri Pertahanan Rusia mengatakan dua
pesawat dan empat kapal perang telah diberangkatkan dari Ibu Kota Moskow
ke Laut Mediterania untuk mengevakuasi warga Rusia di Suriah jika
situasi keamanan semakin memburuk.
Stasiun televisi Al Arabiya
melaporkan, Selasa (19/2), pemerintah Rusia juga mengatakan empat kapal
itu akan bergabung dengan kapal pengawal dan kapal-kapal kecil yang
telah berada di perairan itu.
Sebuah sumber dari militer Rusia
menyebutkan tugas utama mereka adalah mengevakuasi warga Rusia di
Suriah. “Meski tugas kami belum diumumkan namun melihat perkembangan
terakhir di Suriah, kemungkinan besar kami akan bertugas mengevakuasi
warga Rusia,” kata sumber tersebut.
Rusia sebelumnya telah mengirimkan dua pesawat ke Suriah untuk mengevakuasi warganya.Kantor berita Interfax mengutip pernyataan dari komunitas Rusia di Suriah yang menyebutkan sebanyak 150 warga Rusia bisa diangkut oleh pesawat itu.
Dua pesawat bermuatan bahan bantuan
kemanusiaan seberat 40 ton bagi warga Suriah telah berangkat dari Ibu
Kota Moskow menuju kota pelabuhan Latkia. Pesawat itu juga bisa
mengevakuasi warga Rusia jika diperlukan.
Pada Januari lalu pemerintah Rusia telah memulangkan 77 warganya melalui Ibu Kota Beirut, Libanon, menggunakan dua pesawat.
Menurut media Rusia, saat ini tercatat
ada sekitar delapan ribu warga Rusia yang terdaftar di konsulat Suriah
dan sebanyak 25 ribu perempuan Rusia telah menikah dengan warga Suriah
dan tinggal di sana.
Amerika diam-diam latih perang pemberontak Suriah dan akan mengirimkan pasukan ke Suriah
Amerika Serikat berjanji akan membantu
kelompok pemberontak Suriah dengan peralatan medis dan makanan. Namun
ternyata tak hanya itu saja, Amerika juga diam-diam melatih para
pemberontak itu secara militer di sebuah wilayah dekat Suriah.
Laporan itu dimuat di surat kabar the New York Times.
Dalam laporan itu diberitakan Amerika Serikat mempertimbangkan akan
memberi bantuan perlengkapan perang seperti baju anti peluru, seperti
dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Jumat (1/3/13).
“Amerika
Serikat akan memberi bantuan dana sebesar Rp 580 miliar untuk mendukung
perjuangan koalisi oposisi Suriah dalam beberapa bulan ke depan,” kata
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dalam pertemuan Sebelas Negara
Sekutu Suriah di Ibu Kota Roma, Italia.
“Kami akan mengirimkan bantuan medis dan
makanan kepada Dewan Militer Tertinggi pemberontak. Jadi memang akan ada
bantuan langsung,” kata dia. “Seluruh rakyat Suriah harus tahu mereka
bisa memiliki masa depan,” ujar Kerry.
Uni Eropa telah mengubah aturan sanksi
kepada Suriah untuk alasan kemanusiaan bagi rakyat sipil seperti
pengiriman kendaraan bantuan teknis kepada pihak oposisi. Amerika
Serikat dan negara-negara Eropa menolak memberi bantuan militer kepada
pihak oposisi karena khawatir akan memicu perang di Timur Tengah.
Di Tempat Pengungsian Marak Prostitusi dan Ribuan perempuan Suriah Banyak Alami Penyiksaan dari pro Abbas
Jaringan untuk Hak Asasi Manusia di
Suriah baru-baru ini menyatakan sekitar 4.257 perempuan Suriah telah
terbunuh oleh pasukan keamanan pemerintah Suriah. Stasiun televisi Al Arabiya
melaporkan, Ahad (10/3), organisasi pemantau masalah pelanggaran hak
asasi di Suriah itu juga menyebut setidaknya ada 6.400 perempuan Suriah,
di mana seribu di antaranya mahasiswi, telah ditahan pihak pasukan
pemerintah dan ada sekitar 1.200 perempuan diculik oleh pasukan Assad.
Kebanyakan para wanita ini menghilang di
beberapa kota besar di Suriah, seperti Homs, Latakia, dan Damaskus.
amun, pemerintah Suriah selalu menolak mengungkapkan informasi terkait
penahanan atau lokasi di mana para perempuan ini ditahan.
Aksi
penculikan terhadap perempuan-perempuan Suriah itu disertai juga
penyiksaan sistematis selama penahanan. Mereka juga menyebut lebih dari
700 perempuan mengalami tindak pemerkosaan di dalam penjara-penjara
pemerintah.
Bahkan ada pula kejadian seorang suami
yang membela oposisi telah membunuh istrinya dengan cara menembak kepala
istrinya karena membela pihak pemerintah Suriah yang berkuasa.
Jaringan untuk Hak Asasi di Suriah juga
menyatakan ketakutan akan mendapat perlakuan pelecehan seksual merupakan
salah satu alasan utama kenapa ratusan hingga ribuan perempuan Suriah
rela mengungsi di beberapa negara tetangga hingga kini.
Prostitusi ditempat pengungsian pun marak, hanya USD 7 sekali bercinta, itu pun masih ditawar, seperti dilansir surat kabar the Huffington Post,
Jumat dua pekan lalu. Seorang wanita mengaku rata-rata tiap hari bisa
meraih USD $70, artinya dia bisa melayani sepuluh lelaki tiap hari.
Beberapa tenda dari sana, seorang pemuda
Suriah bertato dan berpenampilan klimis menawarkan istrinya. “Anda bisa
menyewa dia seharian dengan USD 70,” janji tukang cukur asal Kota Idlib
ini. Dia tidak pernah membayangkan bakal tega menjadikan istrinya
pelacur. Dia terpaksa melakukan itu lantaran harus mengirim USD 200 per
bulan kepada orang tua dan mertuanya di Suriah.
Para
pengungsi Suriah terus membanjiri Yordania. Bulan lalu saja, 50 ribu
korban perang itu melewati perbatasan kedua negara. Sejauh ini hampir
setengah juta pelarian terpaksa tinggal di kamp-kamp di Yordania.
Kepala Komisi Tinggi PBB Urusan pengungsi
(UNHCR) di Yordania Andrew Harper tidak terkejut dengan adanya
pelacuran di kamp pengungsi. “Kami belum memperoleh bukti, namun kami
telah mendengar selentingan soal itu,” tuturnya.
Tiap keluarga pengungsi mendapat minimal
satu tenda, selimut, dan kasur tipis, serta dua ribu kalori makanan dan
20 liter air. Krisis kemanusiaan ini harus segera diakhiri. Kalau tidak,
PBB sudah memperingatkan Suriah bakal kehilangan tiga generasi.
Ini semua berawal dari demonstrasi rakyat
pada tahun 2009 lalu menjadi konflik bersenjata yang pecah sejak tahun
2011 lalu itu, telah membuat dua juta rakyat Suriah mengungsi ke
negara-negara tetangga. Paling banyak ke Yordania. Hingga 2013 konflik
bersenjata di Suriah telah membuat jutaan penduduknya mengungsi dan
sudah menewaskan lebih dari 70 ribu orang.
Politikus Inggris: Senjata Kimia Suriah Dipasok Israel
Sedangkan di London, seorang politikus Inggris, George Galloway, menyebut senjata kimia yang mungkin digunakan di Suriah bukan berasal dari pemerintah Presiden Bashar Al Assad.
Menurut dia, senjata itu kemungkinan digunakan Alqaidah yang mendapat pasokan dari Israel.
“Jika ada penggunaan gas saraf, itu
adalah pemberontak yang menggunakannya,” ujar Galloway dalam sebuah
video yang sudah diedit dari saluran Iran Press TV dikutip Huffingtonpost.
Dia menambahkan, “Jika telah terjadi
penggunaan senjata kimia, itu Alqaidah yang menggunakan senjata kimia.
Siapa yang memberi mereka senjata kimia? Menurut saya, Israel memberi
mereka senjata kimia.”
Komentar Galloway tersebut diberikan
setelah inspektur PBB mendapat akses mengunjungi lokasi serangan senjata
kimia yang diklaim telah menewaskan lebih dari 1.300 orang.
Sedangkan Menteri Luar Negeri Prancis,
Laurent Fabius, mengatakan masyarakat internasional mungkin harus
menggunakan kekuatan jika Suriah terbukti menggunakan senjata kimia
dalam serangan kepada oposisi.
Serangan senjata kimia terbaru dilaporkan
membunuh lebih dari 100 orang. Rekaman yang belum diverifikasi menyebut
korban termasuk anak-anak menderita kejang-kejang dan kesulitan
bernapas dan video itu beredar di Youtube.
Jumlah korban tewas juga belum dapat
dikonfirmasi. Koalisi Nasional Suriah mengklaim ada 1.300 orang
kematian. Jumlah itu didasarkan pada klaim dan foto-foto aktivis di
lapangan.
Senjata Kimia, Operation “False Flag” Israel di Suriah
Sementara itu, mantan pejabat senior di
Pemerintah Bush mengungkapkan, Israel kemuungkinan dalang dibalik
penggunaan senjata Kimia Suriah. Kolonel purnawirawan Lawrence Wilkerson menyebutkan, operasi militer senjata kimia Israel dilakukan untuk mengaburkan kenyataan.
Alhasil, serangan tersebut terkesan
melibatkan Pemerintah Bashar Al Assad. Dalam sebuah wawancara televisi,
Lawrence mengatakan kepada Cenk Uygur, dikutip Jerussalem Post, saat ini tidak ada yang tahu siapa yang menggunakan senjata kimia.
Yang jelas, pihak Barat dan Israel
beserta sekutunya adalah negara oportunis di dalam setiap kesempatan
untuk menguasai suatu wilayah, dan memanfaatkan isyu sekterian antara
Syiah dan Sunni yang ada di Suriah.
Menurutnya, ada tiga kemungkinan siapa
dibalik operasi mematikan itu, yaitu operasi palsu Israel, pasukan
oposisi yang menggunakan atau memang benar pemerintah Assad yang memakai
senjata kimia.
Saat ini belum ada bukti kuat yang
dimiliki Amerika Serikat. Bukti yang ada saat ini pun belum cukup untuk
membuktikan hal tersebut.
Ia pun tak percaya
dengan bukti palsu saat ini dan yakin Suriah belum melampaui batas.
Menurutnya, Amerika Serikat seharusnya tak mengintervensi perang sipil
Suriah dengan bukti yang begitu minim.
Wilkerson
juga mengkritik keras Perdana Menteri Binyamin Netanyahu, dengan
menyebut Tel Aviv tidak kompeten dan banyak kebijakan strategi yang
buruk untuk di kawasan itu.
Lawrence Wilkerson yang mantan kolonel
tentara Amerika Serikat dan juga sebagai mantan staff dari menteri Colin
Powell ini dengan kasar juga mengatakan, bahwa seharusnya Presiden
Barak Obama menghubungi “Bibi Netanyahu”.
”(Seharusnya) hei
angka telpon, idiot! Dan segera hubungi Ankara (Turki) dan segera keluar
dari kebijakan isolasi yang mereka (Israel) jalankan,’‘ tutur Kolonel purnawirawan mantan Chief of Staff dari Colin Powell ini.
Ia pun mengatakan, seharusnya Israel
segera melakukan rekonsiliasi dengan negara terkuat di kawasan itu,
Turki. Namun Israel malah tak menjalankan kebijakan itu. Lagipula,
Netanyahu tak mengerti kondisi Timur Tengah dan membahayakan negara.
Jika Suriah Hancur, Israel dan Negara Barat Hanya Selangkah Lagi Menuju Iran
Presiden Suriah Basyar al-Assad mengancam
Amerika Serikat bakal bernasib seperti saat menyerbu Vietnam,
Afghanistan, dan Irak jika nekat menyerang Suriah. “Kegagalan bakal
menunggu Amerika seperti perang-perang mereka lakoni sebelumnya, dimulai
dari Vietnam hingga saat ini,” katanya dalam wawancara khusus dilansir
sebuah surat kabar terbitan Rusia Senin lalu, seperti dikutip kantor
berita Reuters.
Pernyataan Assad jangan dipandang remeh.
Posisi Suriah juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Negara ini menjadi
basis dua kelompok pejuang anti-Israel, yakni Hamas asal Palestina dan
Hizbullah dari Libanon.
Jika pasukan koalisi menginvasi Suriah,
Hamas dan Hizbullah bakal bereaksi. Seperti terjadi sekarang, Hizbullah
mengirim anggota milisinya bahkan dilaporkan hingga sepuluh ribu orang,
untuk membantu Assad menumpas pemberontak.
Hamas dan Hizbullah meyakini skenario
militer terhadap Suriah bakal menguntungkan Israel. Karena itu, kedua
organisasi ini akan membombardir negara Zionis itu jika Assad yang
selama ini ikut menyokong, membesarkan, dan melindungi, berupaya
ditumbangkan.
Assad juga tidak sendirian. Suriah selama
ini menjadi bumper Iran. Teheran, Damaskus, Beirut, dan Baghdad selama
ini diyakini sebagai poros berkiblat ke Negeri Persia itu. Sebab, kaum
Syiah berkuasa di empat negara itu.
Operasi militer ke Suriah ini mau tidak
mau bakal menguntungkan Israel. Mereka tidak perlu bersusah payah,
bahkan turun tangan langsung, buat menjatuhkan rezim Assad.
Alhasil, wajar saja Iran marah besar
dengan rencana itu. Kalau sampai Assad terguling dan penguasa berganti,
Iran akan kehilangan satu perisainya di Timur Tengah. “Kami ingin
memperingatkan secara keras soal tindakan militer ke Suriah. Akan ada
konsekuensi membahayakan bagi kawasan (Timur Tengah),” ujar juru bicara
Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Araqchi.
Kejatuhan Assad menjadikan Israel dan
sekutu istimewanya Amerika hanya tinggal selangkah menjejakkan kaki di
Iran. Washington bersama Tel Aviv selama ini memandang Teheran sebagai
ancaman bagi perdamaian dunia. Sebab mereka meyakini Iran tengah
mengembangkan senjata nuklir, kekuatan pemusnah massal juga dimiliki
Amerika dan Israel.
Meski belum terbukti, Amerika dan Israel
menganggap Iran poros setan. Tapi mereka lupa, Amerika jauh lebih laknat
karena pernah dua kali menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan
Nagasaki, namun mereka tak pernah mengakui bahwa justru Israel, Amerika
Serikat dan Eropa adalah penjahat-penjahat perang, sejarah adalah fakta
dan fakta adalah sejarah.
Rusia Menantang AS: Serang Suriah, Negara Barat Tak Akan Menang Mudah
Rusia menyebut intervensi militer negara barat tidak akan dengan mudah mengalahkan pemerintahan Suriah.
Karena Suriah memiliki sistem pertahanan udara untuk menghalau serangan.
“Jika militer AS bersama NATO meluncurkan operasi melawan Suriah, mereka tidak akan menang mudah,” ujar laporan Interfax yang mengutip sumber dari militer dikutip Al-Arabiya, Rabu (28/8/13).
Menurut laporan, Suriah memiliki sistem
rudal udara multi-fungsi dan pertahanan udara lainnya. Suriah telah
meningkatkan sistem pertahanan udara akhir-akhir ini. Sistem rudal jarak
menengah buatan Rusia yang dimiliki Suriah dapat menghancurkan kapal
dan pesawat yang membawa bom dan rudal.
Sejumlah
negara barat yang dipimpin AS mempertimbangkan serangan udara melawan
pemerintahan Damaskus untuk merespon dugaan penggunaan senjata kimia
oleh pasukan Suriah pekan lalu.
Moskow mengatakan penggunakan pasukan
melawan Suriah akan memiliki konsekuensi berat untuk regional. Rusia
tidak akan ikut terlibat secara militer dalam konflik tersebut.
Tapi tak menutup kemungkinan Rusia akan
membantu walau tak secara langsung. Sama seperti Cina, Iran dan Korea
Utara, mereka partinya akan bersekutu dengan Rusia untuk menghadapi
Israel, Amerika dan Uni Eropa juga Liga Arab.
Namun ada gebrakan dari Rusia, yang
ternyata pada hari Kamis tanggal 29 Agustus 2013 lalu sudah mengirimkan
lagi tambahan sebanyak dua buah kapal perangnya.
Ini diperkuat dengan pernyataan Angkatan
Laut Rusia pada hari Kamis (29/8/2013) yang mengumumkan bahwa mereka
telah mengirim dua kapal perang ke Laut Tengah, dekat pantai Suriah.
Akankah konflik di Suriah melibatkan militer Rusia?
Sementara itu, Rusia adalah negara yang
selama ini memasok persenjataan untuk kubu Pemerintah Suriah. Termasuk
di dalam daftar pasokan itu, rencana pengiriman rudal S-300 yang disebut
setara dengan rudal Patriot milik Amerika Serikat, yang “terkenal”
sejak dipakai di Perang Teluk pada 1991.
Apa saja senjata buatan Rusia yang telah dipasok untuk Suriah? Ini daftarnya:- Hampir 5.000 tank.
- 2.500 kendaraan tempur infanteri.
- 2.500 unit artileri self-propelled atau diderek.
- 325 pesawat taktis.
- 143 helikopter.
- Hampir 2.000 peralatan pertahanan udara.
Sementara itu, rudal S-300 yang dikirim Rusia ke Suriah, memiliki spesifikasi sebagai berikut :
- Persenjataan darat ke udara, penghancur pesawat, kapal, dan rudal balistik.
- Jenis: permukaan sistem rudal udara mampu menghantam pesawat, kapal pesiar ,dan balistik rudal.
- Kemampuan: menembakkan dua rudal dalam satu waktu secara vertikal, fleksibel, dan akurat.
- Setiap kendaraan peluncur memiliki empat rudal. Satu batalyon penuh mencakup enam kendaraan peluncur.
- Jarak jelajah rudal: 5-150 kilometer, dengan ketinggian sampai 30 kilometer.
Jeda minimal untuk tembakan berikutnya: 5 menit.
AS Telah Kerahkan 300 Marinir di Perbatasan Suriah
Sebuah gugus tugas 300 marinir AS telah
dikerahkan di perbatasan Suriah setelah Presiden Obama menyetujui
mengulurkan tangan untuk membantu pihak pemberontak dalam mengakhiri
rezim Bashar al-Assad.
Sebuah sistem rudal anti-pesawat terbang
‘the Patriot’, juga sudah dipindahkan ke daerah konflik utara Al-Mafraq
di daerah Yordania bagian utara, sebagai persiapan “pihak Barat” untuk
mengirim persenjataan dan arteleri kepada pemberontak.
“Gerakan pasukan yang diterjunkan telah
terjadi sebelumnya di bawah penyamaran latihan militer yang diadakan
minggu ini, tetapi akan tetap ditempatkan disana selama berbulan-bulan,”
menurut sumber Gedung Putih.
“Para pasukan dan peralatan yang
dimaksudkan itu untuk meningkatkan stabilitas di kawasan tersebut, bukan
untuk melatih pejuang pemberontak atau operasi peluncuran di Suriah,”
kata para pejabat AS.
Keterlibatan Barat dalam konflik semakin
ditingkatkan sejak bulan Juni 2013 setelah keputusan Obama, yang
diikuti konfirmasi bahwa rezim Assad telah menggunakan senjata kimia
yang menyimpang dari Washington dan melewati “garis merah” yang
ditetapkan AS.
Rusia mengecam tindakan AS tersebut melalui Menteri Luar Negeri
Sergei Lavrov yang mengatakan hal itu bisa menyebabkan eskalasi konflik.Jika krisis Suriah berlarut-larut, bisa jadi inilah awal dari Perang Dunia Ketiga
Dilansir Sawa dan Russia Today, Sabtu (31/08/2013), serangan ke Suriah sangat berpotensi memicu perang dunia ke-3.
Pemerintah AS dan Perancis sangat yakin,
serangan nanti hanya ‘terbatas’ dan tidak akan mendapat perlawanan
berarti dari Suriah. Namun asumsi itu dipatahkan oleh laporan yang
dilansir Dekapfile yang menyebut Suriah justru mempersiapkan diri untuk memberikan perlawanan kepada AS dan Perancis.
Headline dalam laporan televisi Al Jazeera
memperingatkan, apa yang terjadi jika Suriah berhasil menenggelamkan
sebuah kapal angkatan laut AS atau tentara Suriah bisa memukul semua
target milik AS di kawasan Timur Tengah?
Kemudian, apa yang terjadi jika
rudal-rudal Suriah diluncurkan ke Israel dan menghujani kota-kota
Israel? Apakah ada jaminan pemerintah di Tel Aviv tidak akan membalas?
Skenario itu belum termasuk posisi Iran,
Rusia dan Hizbullah, yang rasanya tidak mungkin tinggal diam melihat
sekutu terdekatnya babak belur dihajar mesin perang AS. Suriah tidak
akan dilupakan begitu saja oleh Iran dan Hizbullah khususnya.
Ancaman pejabat militer Iran bahwa tidak
ada jaminan perang Suriah tidak melebar keluar kawasan, mengindikasikan
ada skenario peperangan untuk meluas ke beberapa negara.
Ada 16 alasan perang dunia 3 bisa jadi akan dimulai dari Suriah:
1. Perang di Suriah bahkan lebih populer dimata warga Amerika daripada Kongres.
2. Presiden Barack Obama belum mendapatkan persetujuan kongres untuk melaksanakan perang ke Suriah.
3. Amerika Serikat
tidak mendapatkan mandat dan persetujuan PBB untuk menyerang Suriah dan
tidak akan mendapatkan karena mendapat veto dari Rusia dan China.
4. Suriah mengatakan, akan menggunakan “segala cara yang tersedia” untuk mempertahankan diri jika diserang.
5. Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem menegaskan, Suriah memilih membela diri dari serangan AS.
6. Rusia baru saja
mengirim rudal-rudal paling canggih anti-kapal ke Suriah. Ini bisa
membahayakan kapal-kapal perang AS di perairan Mediterania.
7. Ketika Amerika
Serikat menyerang Suriah, ada kesempatan yang sangat baik, dimana Suriah
akan menyerang Israel, yang disebut sebagai agresi belakang.
8. Jika Suriah menyerang Israel, maka Tel Aviv pasti akan melakukan serangan balasan yang keras.
9. Hizbullah
kemungkinan akan melakukan apa pun yang bisa dilakukan untuk
memperjuangkan kelangsungan hidup rezim Assad. Dan itu bisa mencakup
target mencolok kedua negara, Amerika Serikat dan Israel.
10. Sekutu terdekat
Iran adalah Suriah,dan sejumlah laporan menyebut sudah ada pembicaraan
bala bantuan Iran jika Suriah benar-benar diserang.
11. Memulai perang dengan Suriah akan menyebabkan kerusakan hubungan diplomatik dengan Rusia dan China.
12. Memulai perang dengan Suriah akan menyebabkan kerusakan signifikan terhadap hubungan dengan Cina.
13. Jika China
tersinggung, skenario terburuknya adalah membuang sejumlah besar utang
AS yang dipegang. Akibatnya suku bunga akan tak terkenali dan AS akan
mengalami krisis ekonomi sangat parah.
14. Dr Jerome Corsi dan
Walid Shoebat mengumpulkan beberapa bukti mengejutkan, sebenarnya
pemberontak Suriah dukungan AS yang bertanggung jawab atas serangan
senjata kimia yang diklaim untuk alasan serangan militer oleh AS dan
Perancis.
15. Perang di Timur
Tengah akan menjadi buruk lagi bagi pasar keuangan. Indeks Dow turun
sekitar 170 poin akibat kekhawatiran tentang perang.
16. Perang di Timur
Tengah menyebabkan harga minyak naik. Persiapan menjelang serangan saja
harga minyak AS naik menjadi sekitar US$ 109 per barel.
Sebenarnya banyak negara tak ikut
berperang atau tak berkepentingan akibat krisis ini, namun ada beberapa
yang “mensponsori”, lalu siapkah semua negara dan masyarakat dunia
menghadapi ledakan-ledakan senjata kimia, senjata biologi bahkan senjata
nuklir dan bahaya radiasinya yang dapat mengancam kehidupan Planet Bumi
untuk belasan atau puluhan tahun ke depan?
Bisa jadi, agar terhindar dari radiasi
nuklir, manusia akan kembali masuk ke bunker-bunker dan goa-goa di bawah
tanah selama belasan tahun lamanya bahkan bisa lebih untuk menunggu
agar radiasi dipermukaan Bumi menurun.
Jika dipaksa maka manusia akan mati
terkena radiasi, minimal akan sakit atau akan memiliki keturunan yang
cacat. Dan peradaban manusia akan kembali mundur, tanpa listrik dan
peralatan modern selama bertahun-tahun.
Walau manusia sudah berotak cemerlang,
namun situasi, kondisi dan keadaannya tak lagi menunjang 100% dalam
kemajuan peradaban modern seperti sekarang, persis seperti manusia
purba, atau berada di dalam tanah.
Amerika Rencana Serang Suriah Minggu 1 September 2013?
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack
Obama dalam rapat dengan Menteri Luar Negeri John Keery dan sejumlah
jenderal Pentagon, memutuskan serangan ke Suriah adalah Minggu
(01/09/2013) hari ini, sebagai hukuman atas penggunaan senjata kimia
yang diklaim oleh Washington.
Keputusan akan dilakukan serangan hari
ini Minggu (01/09/2013) karena tim inspektur senjata PBB sudah
meninggalkan Suriah dan bergerak menuju ke Lebanon.
Dilansir Daily Mail, Menteri
Luar Negeri AS, John Kerry menegaskan, komunitas intelijen Amerika
memiliki ‘keyakinan tinggi’ bahwa rezim Bashar Al Assad telah
melancarkan serangan senjata kimia di pinggiran Damaskus pekan lalu.
Sementara, jelang detik-detik serangan pertama dimulai, sejumlah kapal perang AS sudah dalam formasi siap tempur.
Semua kapal perang itu dilengkapi dengan rudal jelajah Tomahawk yang mampu menarget sasaran sejauh 1000 km.
Presiden Obama jelang perintah serangan
dilakukan mencoba menentramkan hati rakyat Amerika bahwa serangan ke
Suriah nanti tidak akan ada ‘sepatu boot di tanah’.
Obama mengerti banyak warga AS yang trauma dengan perang Irak dan Afganistan, yang menelan korban banyak di kalangan tentara AS.
Obama Tunda Serang Suriah Karena Harus Menunggu Persetujuan Kongres
Niat Presiden Amerika Serikat Barack
Obama untuk bisa menyerang Suriah sepertinya tidak bisa direalisasikan
secepatnya. Dia harus menunggu persetujuan Kongres terlebih dahulu.
Stasiun berita Al Jazeera, Sabtu
31 Agustus 2013, mengabarkan Obama menyiapkan berbagai bukti yang akan
dibawa untuk menghadapi anggota Kongres. Dia berharap dapat meraih
dukungan Kongres untuk menyerang Suriah dan menjatuhkan pemerintahan
Presiden Bashar al-Assad.
Ide untuk menyerang Suriah disampaikan
Obama pada Jumat kemarin, 30 Agustus 2013. Saat itu dia mengatakan AS
akan melakukan ‘serangan terbatas’ , “Saya yakin bahwa kami dapat
menahan rezim Assad dan membuatnya bertanggung jawab dalam penggunaan
senjata kimia.”
Namun dia tidak menyebut ‘serangan
terbatas’ macam apa yang akan dilakukan. Para analis menduga serangan
terbatas yang dirujuk Obama adalah dengan menembakkan rudal jelajah dan
membidik langsung tentara Pemerintah Suriah.
Obama akan bertemu dengan anggota Kongres
untuk membahas masalah ini. Namun rapat diduga akan dilakukan pada
tanggal 9 September mendatang. Pasalnya para anggota Kongres baru akan
kembali setelah reses pada tanggal tersebut.
Hal itu diperkuat pernyataan Wakil Ketua
Kongres, John Boehner, yang mengatakan pihaknya akan memulai perdebatan
pada hari itu. Dalam perdebatan dengan Kongres pekan depan, Obama harus
berhadapan dengan dua orang yang secara terang-terangan telah menentang
rencananya tersebut.
Mereka adalah Senator John McCain dan Lindsey Graham. Mereka menyatakan menolak serangan militer yang ditujukan untuk menggulingkan Assad.
“Kami tidak akan mendukung aksi militer
di Suriah. Apalagi jika itu merupakan bagian dari strategi yang tidak
dapat membuat perbaikan di medan perang,” kata kedua senator itu.
Menurut seorang pejabat berwenang AS,
Obama juga tidak akan menunggu hasil analisa yang dilakukan oleh tim
inspeksi senjata PBB sebagai bahan pertimbangan aksi serangan ke Suriah.
Tim tersebut akhirnya meninggalkan Suriah
pada Sabtu kemarin setelah berhasil mengumpulkan seluruh bukti serangan
kimia pada tanggal 21 Agustus kemarin.
Semua barang bukti kemudian dianalisa di
kota Den Haag, Belanda. Mereka mengatakan setidaknya butuh waktu tiga
minggu untuk menganlisa seluruh bukti. Jadi, serangan militer terbatas
AS ke Suriah tersebut akan mundur dalam beberapa hari ini.
Rakyat Negara-Negara Barat Menolak dan Menentang Kebijaksanaan Presidennya Menyerang Suriah
Rakyat Amerika, menurut
jajak pendapat terbaru, sebagian dari warga AS tidak menyetujui
tentaranya menginvasi Suriah. Jajak pendapat terbaru tersebut
dikeluarkan oleh NBC New.
Dalam jajak itu dikatakan bahwa 50 persen
rakyat Amerika Serikat menyatakan mereka menentang pemerintah mengambil
tindakan militer terhadap rezim Presiden Suriah Basyar al-Assad dalam
menanggapi dugaan penggunaan senjata kimia, sedangkan hanya 42 persen
orang yang mendukung.
Namun, angka itu terbalik ketika aksi
militer didefinisikan menjadi meluncurkan rudal jelajah dari kapal
perang angkatan laut, di mana 50 persen mendukung dan hanya 44 persen
yang menentang hal itu.
Jajak pendapat itu juga menemukan fakta
bahwa hanya 21 persen responden di AS berpikir bahwa tindakan yang
diambil terhadap pemerintah Suriah merupakan kepentingan nasional
Amerika.
Sebagai perbandingan, 33 persen responden
di Amerika Serikat tidak setuju dan 45 persen mengatakan tidak tahu
harus berpendapat apa.
Rakyat Inggris, menyatakan hal yang sama yaitu menolak tentaranya ikut menginvasi ke Suriah.
Bahkan melalui sebuah pernyataan singkat
perdana menterinya sendiri, David Cameron mengakui dan mengatakan sudah
jelas baginya bahwa rakyat Inggris tidak ingin melihat aksi militer.
Begitu pula dengan Parlemen Inggris, yang
telah menyatakan menolak mosi pemerintah terkait aksi militer terhadap
Suriah setelah delapan jam melakukan perdebatan intens dan sengit.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron,
juga mengatakan bahwa dia menerima hasil suara parlemen yang dominan dan
akan bertindak sesuai keputusan itu.
Hasil suara dari parlemen Inggris itu
ditaati oleh Perdana Menteri Inggris setelah 285 suara berbanding 272
suara memperlihatkan parlemen Inggris tidak mendukung serangan militer
terhadap Suriah atas dugaan penggunaan senjata kimia, seperti dilansir
kantor berita Xinhua, Jumat (30/8/13).
Rakyat Prancis, sedangkan sebagian besar warga Prancis juga tidak menginginkan negaranya ikut ambil bagian dalam aksi militer di Suriah.
Dan sebagian lain tidak mempercayai
Presiden Francois Hollande untuk melakukannya, demikian hasil jajak
pendapat pada Sabtu (31/08/2013).
Jajak pendapat BVA yang dirilis oleh Le Parisien-Aujourd’hui en France tersebut menunjukkan bahwa 64 persen responden di Perancis telah menyatakan menentang aksi militer negaranya ke Suriah.
Sedangkan 58 persen dari jajak pendapat
di Perancis itu tidak mempercayai Hollande untuk melakukanya, dan 35
persen khawatir aksi itu akan “menghanguskan seluruh kawasan (Timur
Tengah)”.
Dua jajak pendapat lain yang dilakukan
setelah serangan gas dan dipublikasikan pekan ini mengindikasikan
lemahnya dukungan diantara pemilih Prancis terhadap intervensi militer
di Suriah.
Hollande yang mengalami penurunan
popularitas akibat melemahnya perekonomian negara itu, menunjukkan
keberanian yang tak dijangka sebelumnya.
Semua itu terjadi saat Presiden Francois
Hollande pernah mengirimkan tentaranya untuk membantu pemerintahan Mali
yang sedang menghadapi pemberontak Islam diawal tahun 2013 ini.
Oleh warga Perancis, hal tersebut adalah
sebuah keputusan intervensi Hollande yang berani, padahal hanya didukung
oleh duapertiga dari warga Perancis.
Lewat Twitter, tentara AS tolak penyerangan Suriah
Sementara konflik Suriah yang mulai
melibatkan negara adidaya seperti Amerika Serikat telah mendapat
perhatian dari masyarakat global. Perhatian ini lebih mengarah ke
kecaman atas keputusan Amerika Serikat yang memutuskan untuk melakukan
intervensi pada konflik horizontal di negara tersebut.
Bahkan pada Senin (2/9/13), ada sebuah unggahan tweet dari akun bernama @AnonChingshih yang sepat heboh.
Dalam unggahan pada album fotonya
menunjukkan foto-foto dari beberapa orang atau sekelompok orang dengan
pakaian tentara Amerika Serikat.
Dalam foto-foto tersebut menunjukkan
perlawanan dengan aksi menolak untuk bergabung dalam rencana intervensi
militer Amerika Serikat di Suriah.
Dalam tweet tersebut juga tersemat caption ‘That awkward moment when you realize that your army refuse to fight for your criminal agenda‘
yang mana menunjukkan bahkan tentara Amerika Serikat pun menolak
rencana Amerika Serikat melakukan intervensi militer ke Suriah.
Namun, masih belum dapat dipastikan jika
foto tentara dalam tweet tersebut merupakan tentara asli Amerika Serikat
atau hanya pihak tertentu yang sengaja menggunakan baju militer negara
Paman Sam tersebut.
Akan tetapi, dari foto unggahan tersebut
telah menunjukkan banyaknya kecaman dari masyarakat dunia akan potensi
adanya peperangan lebih dilanjut dalam konflik Suriah dengan akan
masuknya tentara Amerika Serikat ke negara tersebut.
(the New York Times/ Wikipedia/
GoogleImage/ Jerusalem Post/ Al Jazeera/ Al-Arabiya/ Al-Ikhbariya/ Daily
Mail / Sawa / Russia Today/ Dekapfile/ RepublikaROL/ Merdeka/ VivaNews/
the Huffington Post/ Associated Press/ Interfax/ Xinhua/ berbagai
sumber)
0 Komentar
Berkomentarlah dengan sopan dan santun