
Kronologi Tragedi Mina Saat Musim Haji 2015, Kesalahan Anak Raja Saudi?

Pada musim haji tahun 2015 lalu, belum
berhenti lepas dari jalan penuh cobaan. Kala itu, belum tuntas
investigasi insiden jatuhnya crane di Masjidil Aqsa, terbakarnya hotel,
rubuhnya tenda jamaah, kini datang lagi berita memilukan dari Makkah.
Setidaknya 1000 orang dilaporkan tewas saat menjalani ritual haji di Mina, Kamis (24/9/2015) lalu. Dilansir dari Aljazeera,
tragedi ini terjadi karena jamaah sudah sangat berdesak-desakan di
cuaca panas diatas 50 derajat Celcius. Karena hal itu, banyak jemaah
yang tak kuat dan jatuh, terinjak-injak dan meninggal.
Entah mengapa tiba-tiba mereka saling
berdesakan di terowongan mina. Banyak orang berdesakan hingga
terinjak-terinjak sampai akhirnya ratusan jamaah menjadi korban.
Kronologi Tragedi Mina 2015
Dari keterangan berbagai sumber yang IndoCropCircles kumpulkan, kronologi Tragedi Mina 2015 secara garis besarnya adalah sebagai berikut.
1. Musibah terjadi di lorong jalan Araf
204, menuju tempat lontar jumrah Aqabah di antara tenda tenda di Mina,
pada Kamis 24 September 2015, sekitar pukul 7:30 pagi waktu setempat.
2. Entah mengapa, saat itu pintu gerbang
menuju tempat lontar jumrah Aqabah ditutup untuk beberapa saat dan
membuat para jamaah menunggu diluar. Jamaah yang menunggu dibawah panas
terik diatas 50 derajat Celcius membuat mereka tak sabar.
3. Keadaan itu ditambah oleh aliran calon
jamaah lainnya, yang telah melempar Jumroh Aqabah ternyata bergerak
kembali ke tempat mereka datang (balik arah). Hal itu membuat aliran
manusia juga terhenti diluar gerbang, sehingga terjadi penumpukan dan
desak-desakan secara besar-besaran.
4. Namun akhirnya pintu gerbang menuju Jumroh Aqabah mulai dibuka.
5. Dari salah satu saksi mata jamaah haji
asal Indonesia yang diwawancarai oleh Radio El-Shinta, pada saat pintu
gerbang tempat lontar jumrah Aqabah dibuka, ada seorang jama’ah yang
memakai kursi roda terjatuh pada saat melempar Jumroh Aqabah dan membuat
aliran manusia tersendat karena beberapa jamaah berusaha menolongnya.
6. Karena ada jamaah yang berhenti karena
sedang menolong jamaah yang jatuh dari kursi rodanya, lalu jamaah yang
kebanyakan dari Mesir dan benua Afrika lainnya itu pada barisan belakang
spontan mendorong jamaah di depannya.
7. Akibatnya, terjadilah saling
dorong-mendorong dan banyak jamaah perempuan dan orang tua yang terjatuh
lalu terinjak-injak, maka terjadilah musibah memilukan ini.
Jalur lorong jalan Araf 204 ini bukan
merupakan jalur yang digunakan oleh jamaah asal Indonesia untuk menuju
lontar jumrah.Beberapa saksi ma ta juga mengatakan peristiwa ini terjadi
karena penutupan dua jalan menuju Mina oleh sejumlah pasukan Arab
Saudi, tanpa memberikan penjelasan alasan penutupan jalan tersebut.
Penutupan ini akhirnya memaksa ratusan ribu jamaah haji berbalik arah
dan menunggu.
Pertanyaannya, apa yang menyebabkan
jamaah haji yang telah melempar Jumroh Aqabah ternyata bergerak kembali
(balik arah) ke tempat mereka datang? Sejauh ini, lebih dari 700 orang
jamaah haji dikabarkan telah wafat. Dan dikabarkan ada 4 jamaah haji
asal Indonesia ikut wafat dalam musibah di Mina ini. Jumlah jamaah
Indonesia yang ikut ibadah haji tahun 2015 ini sebanyak 168.800 orang.
Terobos Lautan Calon Haji, Anak Raja Saudi Dituding jadi Biang Tragedi Mina?
Di tengah investigasi insiden berdarah di
Mina, Kamis (24/9/2015), muncul tudingan kepada keluarga kerajaan
sebagai pemicu dari kepanikan jemaah, hingga berujung terjadinya Tragedi
Mina 2015.
Sumber media Arab menyatakan bahwa konvoi
wakil putra mahkota Saudi sekaligus Menteri Pertahanan kerajaan itu,
Muhammad bin Salman ternyata adalah penyebab kepanikan luar biasa jutaan
jama’ah haji, dan membuat mereka berdesak-desakan hingga menewaskan
ribuan jamaah haji di Mina pada hari Kamis (24/9/2015).
Dikutip dari Press TV, Jumat
(25/9/2015), bahwa kehadiran pangeran alias putra mahkota Raja Saudi
yang juga Menteri Pertahanan Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman
bin Abdul Aziz Al Saud, di Mina, membuat kisruh barisan rombongan calon
haji yang akan melempar jumrah disaat yang sama.
Press TV juga mengutip laporan dari surat kabar berbahasa Arab, al-Diyar yang menyebutkan, konvoi besar-besaran Mohammad bin Salman terdiri dari pasukan keamanan, termasuk 200 tentara dan 150 polisi.
Mereka masuk, menerobos di antara para
peziarah yang sedang bergerak maju lalu menutup pintu gerbang untuk
beberapa saat. Hal ini menyebabkan ketersendatan dan kepanikan luar
biasa.
Al-Diyar yang berbasis di Lebanon itu menurunkan tulisan, bahwa Mohammad dan rombongan dengan cepat meninggalkan tempat kejadian.
Soal ini, pemerintah Saudi berusaha untuk
menutup-nutupi seluruh cerita dan memaksakan ‘pemadaman’ media atas
kehadiran Mohammad.
Al Diyar sendiri juga memuat bantahan pejabat Saudi mengenai kunjungan Anak Raja itu.
Mengutip pernyataan salah seorang pejabat
Saudi, tragedi Mina terjadi karena pejabat tidak menjalankan aturan
yang telah ditetapkan. Tak lama setelah Tragedi Mina 2015, tulis Ad Diyar,
Raja Arab Saudi, Salman Bin Abdul Aziz yang lahir pada tanggal 31
Desember 1935, dan sebagai anak ke-25 dari Ibn Saud, langsung
memperkenalkan daftar nama-nama petugas yang bertanggung jawab atas
terjadinya tragedi Mina.
Raja Salman Memuji Penyebab Tragedi Mina
Raja Saudi, Salman bin Abdul Aziz yang
dibesarkan di Murabba Palace, bukannya berkabung dan mengkritik kinerja
petugas haji atas insiden Mina yang menewaskan 1.300 jamaah haji, justru
malah memuji atas kinerja bagus yang telah dicapainya.
Kantor berita al-Alam News
melaporkan, Raja Salman dalam sambutannya pada kesempatan hari raya Idul
Adha 2015 di hadapan sejumlah pejabat asing dan para petugas yang
bertanggung jawab mengurusi haji, mengatakan akan mengumpulkan
bukti-bukti dan menjelaskan rincian kejadian, ia memerintahkan petugas
urusan haji untuk menyelidiki tragedi Mina.
Raja Saudi Salman yang diangkat sebagai
Putra Mahkota Arab Saudi pada 18 Juni 2012, setelah kematian saudaranya,
Putra Mahkota Nayef bin Abdul Aziz menyebut, bahwa tragedi Mina dengan
sebutan “dorong-dorongan” .
Raja Saudi Salman juga mengatakan bahwa
tragedi ini tidak mengurangi khidmat mereka kepada tamu-tamu Allah.
Dalam kesempatan itu, Raja Salman juga tidak mengatakan ucapan
belasungkawa terhadap keluarga korban tragedi Mina. Ia justru, berpindah
topik pembicaraan tentang perang Yaman.
Raja Salman memuji sikap ksatria para
tentaranya yang sedang berperang dengan tentara Yaman, dan menyebut
mereka sebagai orang-orang yang setia terhadap pendiri kerajaan Arab
Saudi, Raja Abdul Aziz.
Salman bin Abdulaziz al-Saud yang lahir
31 Desember 1935 adalah Raja Arab Saudi ketujuh, Penjaga Dua Kota Suci,
dan pemimpin Wangsa Saud saat tragedi ini.
Salman menerima pendidikan awal di
Sekolah Pangeran di ibukota Riyadh, sebuah sekolah yang didirikan oleh
Ibn Saud khusus untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Ia
belajar agama dan ilmu pengetahuan modern.
Ia menjabat sebagai wakil gubernur dan
kemudian Gubernur Riyadh selama 48 tahun dari tahun 1963 sampai 2011.
Raja Salman diangkat sebagai Menteri Pertahanan pada tahun 2011.
Kemudian diangkat sebagai Putra Mahkota
Arab Saudi pada 18 Juni 2012, setelah kematian saudaranya, Putra Mahkota
Nayef bin Abdul Aziz . Pada tanggal 23 Januari 2015, Salman yang
berusia 79 tahun, diangkat sebagai Raja Arab Saudi setelah saudara
tirinya Raja Abdullah meninggal karena pneumonia pada usia 90 tahun.
Lalu, Raja Salman menunjuk Pangeran
Muqrin Bin Abdul Aziz sebagai Putra Mahkota. Pada 29 April 2015, Salman
mencopot Muqrin bin Abdul Aziz sebagai Putra Mahkota dan menunjuk
keponakannya Muhammad bin Nayef.
Sementara itu, para pejabat Arab Saudi
berusaha berlepas diri dari tanggung jawab mereka dalam memberikan
keamanan dan pelayanan kepada 1,9 juta jamaah haji itu. Seperti Menteri
Kesehatan Arab Saudi dalam pernyataannya yang menyalahkan jamaah haji
Afrika yang menyebabkan tragedi tersebut.
Setelah Raja Saudi memuji
penyebab Tragedi Mina, Pengadilan Syariah Arab Saudi jatuhkan hukuman
mati 28 petugas terkait Tragedi Mina
Pengadilan Syariat Arab Saudi menjatuhkan
hukuman pancung kepada 28 petugas yang dianggap bertanggung jawab atas
terjadinya Tragedi Mina yang menewaskan sedikitnya 717 jamaah Haji.
Demikian laporan dari kantor berita Lebanon, Al Diyar.
“Raja Salman memberikan perintah untuk
memberikan daftar nama orang yang bertanggung jawab mengatur kunjungan
dan jamaah serta bertanggung jawab atas kematian sekira 1.000 jamaah dan
memerintahkan memancung 28 orang hari ini. Pengadilan Syariat
memutuskan demikian, dan hukuman akan dilaksanakan di depan jamaah,”
demikian laporan tersebut, sebagaimana dilansir Al Diyar, Jumat (25/9/2015).
Beberapa pihak berspekulasi hukuman
tersebut berkaitan dengan tudingan kepada Pangeran Mohammad bin Salman
al Saud yang dituduh sebagai penyebab tragedi yang juga merenggut nyawa
tiga jamaah asal Indonesia tersebut.
Keluarga kerajaan dianggap menjadikan para petugas haji sebagai kambing hitam atas salah satu insiden haji terburuk dalam dua dekade terakhir itu.
Seharusnya pemerintah Arab jangan terburu mengambil hukuman itu dan harus berkaca pada insiden jatuhnya crane
di Masjidil Haram beberapa waktu sebelumnya. Semula, pemerintah Arab
memutuskan insiden tersebut adalah takdir, namun belakangan mereka baru
mengaku lalai.
Oleh karena itu, seharusnya pemerintah
Arab fokus untuk melakukan investigasi dengan melibatkan berbagai negara
yang turut mengirimkan jamaah haji.
Perlu diingat bahwa beberapa waktu lalu
tepatnya pada Jum’at (11/9/2015) telah terjadi hujan deras disertai es
dan angin kencang lebih dari 200 km/jam, melanda kota Mekkah menyebabkan
penurunan suhu dari 40 derajat menjadi 25 derajat.
Angin yang besar ini kemudian berpotensi
untuk menimbulkan hujan di Makkah. Akibatnya terjadi anomali suhu di
wilayah tersebut, yang akhirnya menimbulkan hujan lebat disertai angin
hingga es.

Tragedi robohnya alat berat Crane di Masjidil Haram, Mekkah Jum’at (11/9/2015) . (Klik gambar untuk memperbesar).
Sehari sebelum peristiwa ini terjadi, badai pasir memang telah terjadi di Makkah dan sekitarnya.
Badai pasir yang sama juga melanda sejumlah negara lainnya di Timur Tengah seperti Cyprus, Lebanon, dan Uni Emirat Arab.
Kejadian itu menumbangkan banyak pohon
termasuk menjatuhkan alat berat Crane disisi timur di Masjidil Haram dan
menimpa pinggir ring thawaf lantai dua hingga terputus karena ambruk.
Crane berikut gondolanya menimpa ring luar thawaf yang sedang dipenuhi jamaah haji yang sedang ada dibawahnya.
Musibah saat Maghrib ini dilaporkan menelan korban jiwa 111 jamaah haji dan 238 jamaah luka-luka. Dilaporkan ada 12 orang jamaah haji Indonesia wafat dan 29 luka-luka atas musibah ini. (lihat video tragedi crane jatuh di Mekkah Jum’at (11/9/2015) : Video 1 , Video-2)
Melihat tragedi-tragedi musim haji ini
dan masalah ISIS serta juga peperangan di Yaman sebelumnya yang
melibatkan militer Saudi, diisyukan bahwa Pangeran Muhammad bin Salman
ingin mengambil alih kekuasaan Raja Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud.
(lihat video)
Ucapan Belasungkawa Dari Belahan Dunia
Ucapan belangusngkawa terus mengalir atas terjadinya tragedi Mina yang telah merenggut ratusan korban, Kamis (24/9/2015).
Perdana Menteri Inggris David Cameron
ikut sedih saat mengetahui tragedi berdarah di Mina, Kamis (24/9/2015)
sore WIB. Pria 48 tahun itu langsung menggunakan Twitter
sebagai sarana berempati. “Empati dan doa saya untuk keluarga korban
yang meninggal dalam ritual haji tahunan di dekat Makkah,” demikian
cecuit Cameron sebagaimana dilansir laman Guardian, Kamis (24/9/2015).
Ucapan Cameron memang pantas dilontarkan.
Bukan hanya menyangkut kemanusiaan, Inggris juga menjadi negara barat
non muslim pertama yang mengirimkan delegasi haji untuk melayani
warganya. Warga muslim Inggris selama ini memang rutin menunaikan ibadah
haji setiap tahun. British Hajj Delegation melaporkan, lebih dari 25
ribu warga Inggris menjadi tamu Allah per tahun.
Sedangkan pemimpin umat Katolik, Paus
Fransiskus mengatakan, bahwa gereja bersolidaritas dengan umat Islam
setelah tragedi tersebut. “Saya ingin mengungkapkan bahwa kedekatan
gereja dengan para jemaah yang menderita dengan tragedi di Makkah,” ujar
Paus Fransiskus di Gereja Katedral St Patrick, seperti dilansir dari
AFP, Jumat (25/9/2015).
Sementara itu, Presiden Joko Widodo
menyampaikan duka yang sangat mendalam terhadap peristiwa Mina. Presiden
Joko Widodo berharap semoga hal ini tidak terjadi lagi karena sudah
terjadi tragedi yang memilukan ini berkali-kali.

Bodies
of hundreds of dead and injured pilgrims lie strewn across the floor
after they were caught up in a horrific stampede in Saudi Arabia.
Para ilmuwan pun turut prihatin dengan
tragedi tersebut. Ilmuwan turut menganalisa tentang rawannya kerumunan
orang dalam jumlah jutaan orang. Pakar ilmu sosial komputasional ETH Zurich
yang mempelajari dinamika kerumunan, Dirk Helbing, mengatakan
meninggalnya ratusan jemaah haji lebih dikarenakan oleh fisik dibanding
efek psikologis.
“Ini sebagian besar merupakan fenomena fisik, bukan psikologis,” ujar Helbing dikutip dari Salon, Jumat
25 September 2015. Dia menjelaskan, dalam kasus kepadatan manusia yang
terlalu tinggi, gerakan tubuh akan ‘mentransfer’ kekuatan untuk tubuh
lainnnya. Kekuatan tersebut bisa menambah dan menciptakan gerakan tak
terkendali dalam sebuah kerumunan.
Akibatnya, kata dia, orang yang jatuh di
tanah dalam kerumunan akan mudah terinjak-injak oleh orang lain.
Menurutnya, insiden dalam kerumunan bisa terjadi dengan cepat. Bahkan
kata dia, dalam insiden kecil saja, yaitu saat dua orang berkelahi atau
berjalan melawan kerumunan, bisa dengan cepat mengacaukan kerumunan
dalam skala besar.
Dalam skema saat orang makin masuk dalam
sebuah area, maka kerumunan akan makin muncul dan selanjutnya akan
menciptakan risiko gejolak yang mematikan. “Jadi masalah kecil berubah
menjadi masalah besar yang tidak bisa dikendalikan lagi,” ujar Helbing.

Saudi
medics stand near bodies of Hajj pilgrims at the site where hundreds
were killed in a stampede in Mina, near the holy city of Mecca.
Helbing mengatakan kekuatanan tekanan
dalam kerumunan memang sangat kuat. Tak heran tragedi Mina menimbulkan
banyak korban yang meninggal. Helbing yang mengaku terlibat dalam
pekerjaan awal Jembatan Jamarat mengatakan, dalam kasus gerakan orang
searah umumnya tidak menimbulkan masalah, sampai adanya rintangan jalan
yang sempit (bottle neck).
Kasus kerumuanan lain yang berbahaya
yaitu saat orang mencoba untuk mengakses dua tempat berbeda dalam satu
waktu sekaligus atau saat banyak orang bergerak dalam dua arah yang
berbeda saling bertabrakan atau bertemu.
Helbing mengatakan dalam kasus kerumunan
besar, enam sampai tujuh orang yang terus mendorong dalam satu arah bisa
menghasilkan kekuatan yang cukup untuk membengkokkan pagar baja. Hasil
autopsi sejauh ini menunjukkan ada kekuatan tekanan sampai 6,4 psi atau kekuatan tekanan per meter persegi pada dada jemaah haji.
Helbring mengatakan dalam model standar,
pejalan kaki pasti berusaha menghindari rintangan. Dalam kepadatan
rendah atau tidak ada kerumunan, ia menggambarkan pejalan kaki mirip
dengan aliran laminar. Aliran ini mirip dengan aliran sungai yang
bergerak cepat dengan dasar yang datar.
Namun, dalam model saat kepadatan naik,
pejalan kaki memilih memperlambat atau menghentikan jalan. Hal ini akan
memicu gejolak yang merambat keluar. Dia menyebutkan kepadatan kritis
akan terjadi saat kerumunan orang memiliki variasi rata-rata bentuk
tubuh.
Dalam kerumunan, manusia kurang kordinasi
Dalam hal mensiasati kerumunan, peneliti menunjukkan cara sukses perilaku pada binatang. Iain Couzin, ahli biologi Princenton University,
AS mengatakan makhluk seperti ikan teri sampai burung jalak memiliki
cara yang dianggap sukses dalam mengelola kerumunan. Makhluk tersebut,
kata Couzin, secara kolektif berbagi karakteristik matematika.
“Saat kita melihat kawanan burung atau
ikan terkoordinasi, hal ini menunjukkan sebuah evolusi. Sayangnya, kita
tidak (melakukannya), karena kita telah berkembang menjadi kelompok
keluarga kecil,” ujar Couzin. Dia mengatakan manusia memang makin banyak
tinggal di kota yang padat. Namun kemudian manusia terjebak dalam
situasi kota yang padat tanpa ada skenario untuk mensiasati kepadatan
itu.
“Kita tidak tahu bagaimana berperilaku
dalam skenario itu. Situasi ini tak memungkinkan kita untuk secara alami
merasa kita dapat memahami apa yang terjadi,” ujar Couzin.
Analisa lain disampaikan oleh Keith Still, pakar ilmu kerumunan dari Manchester Meteropilitan University,
Inggris. Still mengatakan jemaah haji meninggal bukan karena kepanikan
tapi memang mereka terdesak oleh kerumunan banyak orang yang membuat
mereka susah untuk bernafas.
Namun demikian, Still juga menyoroti soal
sistem infrastruktur menuju Jamarat yang dibangun pemerintah Arab
Saudi. Menurutnya, tragedi Mina itu akibat banyak jemaah yang macet
dalam ruang yang terlalu kecil. Sebagaimana diketahui pemerintah Saudi
mengatakan penyebab kerumunan adalah adanya pertemuan antara dua
kerumunan dari dua arah yaitu dari Jalan 204 dan Jalan 206.

Muslim
pilgrims walk on a bridge as they head to cast stones at pillars
symbolizing Satan during the final day of the annual haj pilgrimage in
Mina on the third day of Eid al-Adha, near the holy city of Mecca,
October 6, 2014. Muslims around the world celebrate Eid al-Adha to mark
the end of the haj pilgrimage by slaughtering sheep, goats, camels and
cows to commemorate Prophet Abraham’s willingness to sacrifice his son,
Ismail, on God’s command. (REUTERS/Muhammad Hamed)
“Setiap sistem memiliki batas yang
terbatas saat orang melewatinya. Saat Anda mendapatkan orang di atas
jumlah tersebut, risiko meningkat secara eksponensial. Tragedi itu
tampak seperti sistem yang telah melampaui kapasitas yang aman,” ujar
Still.
Pakar kerumunan tersebut mengatakan ada
salah satu strategi yang efektif dalam menghadapi kerumunan besar.
Pengelola perlu menerapkan pendekatan hold and release. Skema
ini yaitu orang-orang harus berhenti sementara dari rute yang ada, dan
kemudian setelah beberapa saat baru kemudian aliran kerumunan rute
dibuka kembali. “Inilah yang menciptakan ruang,” kata Still.
Helbing mengakui untuk mengatur jutaan
jemaah haji bukanlah hal yang mudah. Sebab kadang ada jemaah yang tidak
mematuhi prosedur, jadwal melempar jumrah sampai tak mematuhi aturan
kamp. Belum lagi, kata dia, jemaah berasal dari berbagai negara dan
bahasa yang membuat susah untuk berkoordinasi.
Musibah Pada Musim Haji Ini Bukan Yang Pertama Kali
Inilah kejadian-kejadian lain yang pernah terjadi di Saudi Arabia dan juga memakan korban.
Pada tahun ini terjadi
perkelahian antara calon haji Iran dengan aparat Saudi Arabia. Pada
tragedi ini setidaknya 275 warga negara Iran meninggal dunia diikuti 85
warga negara Saudi Arabia yang di dalamnya terdapat pihak aparat dan
warga sipil. Korban juga berjatuhan dari calon haji negara lain yang
jumlahnya mencapai puluhan. Data juga menyebutkan bahwa ada ratusan
orang pada peristiwa tersebut yang mengalami luka-luka.
Peristiwa ini merupakan
tragedi yang memakan korban jiwa terbanyak. Tragedi yang memakan 1.426
korban tewas ini terjadi ketika banyak orang saling berdesakan di dalam
terowongan untuk menuju Mekkah.
Tahun ini terjadi tragedi di mana 270 orang tewas saat menjalankan ritual jumrah di Mina.
Tahun ini terjadi
tragedi kebakaran pada perkampungan tenda yang menewaskan 340 orang.
Peristiwa yang terjadi di Mina ini juga memakan korban luka-luka
sebanyak 1.500 orang.
Ritual jumrah di Mina pada tahun ini juga memakan korban. Setidaknya ada 180 orang yang harus terinjak pada ritual ini.
Ibadah haji hari terakhir pada tahun ini harus mengisahkan 35 orang terinjak di Mina.
Pada tahun ini tragedi
yang menewaskan 244 orang kembali terjadi di Mina. Masyarakat yang
begitu banyak dalam pelaksanaan ibadah haji pada tahun ini juga
mengakibatkan ratusan orang lainnya luka-luka.
Tahun ini ritual jumrah
di Mina kembali memakan korban jiwa sebanyak 350 orang. Pada tahun yang
sama, penginapan yang dekat dengan Masjidil Haram ambruk yang
menewaskan 73 orang.
Pada tahun 2015 terjadi
peristiwa jatuhnya alat berat di Masjidil Haram yang melukai 31 orang
dan memakan korban jiwa sebanyak 111, dimana 7 orang diantaranya adalah
warga negara Indonesia.
Pada tahun yang sama
terjadi peristiwa terinjak-injaknya ribuan jamaah haji saat akan
melempar Jumroh di Mina. Dilaporkan ada 717 orang luka-luka, dan memakan
korban jiwa sekitar 204 orang, 34 diantaranya adalah warga negara
Indonesia. Sedangkan warga negara Indonesia yang hilang ada 90 orang.

Saudi
emergency personnel stand near bodies of Hajj pilgrims at the site
where at least 717 were killed and hundreds wounded in a stampede.
Mungkinkah Sebuah Peringatan dari Allah? Arab Saudi Harus Banyak Belajar dari Al-Qur’an, Hadist dan Pengalaman
Dengan terjadinya rangkaian musibah yang
semua pihak pasti tak menginginkan, seharusnya pihak Saudi harus banyak
belajar agar musibah-musibah selanjutnya tidak terjadi. Mungkin sebagian
orang akan menganggap semua itu adalah takdir, namun manusia harus
berusaha agar menjadi lebih baik dikemudian hari karena ada takdir Allah
yang lain, yang dapat ditempuh agar lebih baik.
Seperti yang telah Allah turunkan dalam Surah Ar-Ra’d ayat 11:

lahu mu’aqqibaatun min bayni yadayhi wamin khalfihi yahfazhuunahu min amri allaahi inna allaaha laa yughayyiru maa biqawmin hattaa yughayyiruu maa bi-anfusihim wa-idzaa araada allaahu biqawmin suu-an falaa maradda lahu wamaa lahum min duunihi min waalin
“Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak
ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.” (QS Ar-Ra’d, 13 : 11).
Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa
malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa
malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang dikehendaki dalam ayat
ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat
Hafazhah. Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak
merobah sebab-sebab kemunduran mereka.
Ayat berikutnya 12 dan 13, tak kalah
penting, mengingat kejadian di Mina ini sebelumnya, bahwa di wilayah itu
terjadi badai dan awan mendung dengan halilintar-halilintar yang
menggelegar.
Dalam Surah Ar-Ra’d ayat 12:
huwa alladzii yuriikumu albarqa khawfan wathama’an wayunsyi-u alssahaaba altstsiqaala
“Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.” (QS Ar-Ra’d, 13 : 12).
Dalam Surah Ar-Ra’d ayat 13:

wayusabbihu alrra’du bihamdihi waalmalaa-ikatu min khiifatihi wayursilu alshshawaa‘iqa fayushiibu bihaa man yasyaau wahum yujaadiluuna fii allaahi wahuwa syadiidu almihaali
“Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar,
lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka
berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras
siksa-Nya.” (QS Ar-Ra’d, 13 : 13).
Hal ini mengingatkan juga terhadap
beberapa riwayat para Khalifah pada masa lalu yang dapat belajar dan
berusaha memperbaiki keadaan.
Sebuah riwayat atau kejadian seorang
Khalifah yang akan berdakwah ke kota-kota di Timur Tengah pada masa
lalu. Setelah berdakwah ke kota A, kemudian sang khalifah dan para
santrinya berhijrah ke kota B uutuk berdahwah lagi.
Seperti biasanya sebelum masuk ke kota
yang akan di dahwahinya, sang khalifah meminta santrinya untuk ke kota
itu terlebih dahulu, supaya mengecek keadaannya. Saat santrinya kembali,
ia melaporkan ke sang khalifah bahwa di kota itu sedang ada wabah
penyakit menular.
Maka khalifah mengurungkan niatnya untuk
berdahwah di kota itu dan menuju ke kota C sebagai gantinya. Para santri
pun bingung dan bertanya, apakah sang khalifah takut tertular oleh
penyakit menular itu, dan apakah sang khalifah takut takdir Allah jika
ia akhirnya juga terkena penyakit menular itu.
Sang khalifah pun tersenyum dan ia
berkata bahwa ia tak takut oleh takdir yang Allah berikan. Namun masih
ada takdir Allah yang lain, dan ia memilih takdir Allah yang lain itu,
yaitu berdahwah di kota lainnya.
Hal ini jelas bahwa Allah tak hanya
memberikan kepada manusia hanya satu jalan, hanya satu takdir, tapi ada
takdir yang lain. Artinya manusia harus dapat mengambil keputusan yang
terbaik dan punya hak untuk menghindar dari suatu yang buruk di kemudian
hari. Disinilah harusnya pemerintah Saudi dapat berkaca, untuk dapat
mengambil hikmah dari suatu musibah yang berlarut dan berulang.

A
cartoon by Saudi artist Abdullah Jaber which reads, “Why don’t you open
your door? Don’t be heartless!” (Source: Abdullah Jaber for Makkah
Newspaper).
Suatu peristiwa lainnya juga diriwayatkan
pada masa seorang khalifah, ada sebuah jembatan rusak berlubang dan
membahayakan jika dilewati manusia karena dapat terjatuh. Sang khalifah
pun tak segera menyuruh santrinya untuk memperbaikinya pada hari itu,
dan akan memperbaikinya dikemudian hari.
Namun keesokan harinya ada seekor domba
yang terperosok ke lubang di jembatan itu, dan sang khalifah pun
menangis dan menyesal karena tak memperbaiki jembatan yang berlubang itu
pada saat itu juga. Karena seandainya ia langsung memperbaikinya, maka
domba itu tak akan jatuh terluka.
Maka dikala masih sedih, ia langsung
memperbaiki lubang di jembatan itu. Hal ini juga membuktikan bahwa
memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam suatu peristiwa sangatlah
perlu agar tak terjadi lagi dikemudian hari, dan harus dicontoh pula
riwayat ini oleh pihak Saudi.
Sebuah peristiwa lainnya juga tak kalah
penting dimasa khalifah dulu, dikala seorang anak dari seorang khalifah
memakai lampu minyak di kantor ayahnya untuk belajar. Saat sang khalifah
masuk ke kantornya, ia melihat anaknya belajar dengan menggunakan
lentera di dalam kantornya.

Syria’s Refugees Feel More Welcome in Europe Than in the Gulf. (Cartoon by Palestinian Artist Mahmoud Abbas).
Sang khalifah langsung menegur anaknya,
bahwa ia tak boleh memakai minyak di lentera itu karena minyak itu dari
uang rakyat, maka uang rakyat hanya boleh digunakan juga untuk
kepentingan rakyat, bukan untuk pribadi walau setetes pun! Ingat,
padahal ia anak seorang khalifah.
Maka sang khalifah langsung mematikan
lentera itu dan menyuruh anaknya untuk belajar di rumah dan memakai
minyak lentera sendiri di rumahnya. Hal ini mengaitkan pada tragedi Mina
ini, jika benar sang pangeran Saudi menggunakan fasilitas keluarga
seorang raja dengan menutup jalan bagi rakyatnya dan mementingkan
pribadinya. Jelas ini dilarang, biarkanlah anak sang raja bercampur
dengan rakyatnya, cukup menggunakan keamanan minimal, toh di lokasi itu
tak ada orang jahat karena mereka semua dalam keadaan ikhram dalam
menjalankan ibadah mereka.
Semoga setiap kejadian tersebut ada
hikmahnya, dan dapat menyadarkan mereka bahwa semua kejadian itu bisa
jadi adalah peringatan dari Allah SWT kepada umatnya, agar umat Islam
dapat bersatu walau berlainan maktab, dan juga dapat saling menghargai
umat non-muslim lainnya.
Hal itu karena Allah-lah yang memang
membuat kita semua berbeda-beda sesuai qadar yang Dia rencanakan, agar
kita semua dapat saling mengerti, bekerja-sama, berbagi dan dapat
bersatu melawan satanisme penyembah Dajjal, musuh para agamais penyembah
Tuhan.
(Sumber: Al-Jazeera/ Al-Diyar / Al-Alam News / Press TV / JPNN / Arrahmahnews / Viva.co.id / OkeZone / AFP / Salon / berbagai sumber)
0 Komentar
Berkomentarlah dengan sopan dan santun