Ada Lagi, Situs Megalith Misterius Mirip “Gunung Padang” Namun Ini di Cilacap!
Lokasi ini juga dikeramatkan warga sekitar. Ada struktur balok-balok batu yang tersusun.
*
Type of research : Geology & ArcheologySearch research : The Indonesian Megaliths
Location : Cilacap region, Central Java Province.
Sub Location : Desa Salebu, Kecamatan Lakbok.
Village : Antara Lakbok dan Majenang.
Coordinate : 7°26’35.4016”S 108°38’49.5337”E
===========================================
Di sebuah pegunungan di Desa Salebu,
Kecamatan Lakbok, Majenang, Cilacap, ditemukan pula sebuah situs kuno
yang juga disebut warga sekitar sebagai Gunung Padang. Situs megalitikum
ini menampilkan struktur balok-balok batu segi empat, segi lima dan
segi enam yang rebah ke arah timur.
Panjang rata-rata balok batu ini tiga
sampai empat meter, tersusun sampai ketinggian 30 meter, lebar 15 meter
dan panjang 20 meter. Di sisi sebelah barat terdapat sebuah makam yang
menurut warga sekitar adalah pembuat situs dan konon masih trah
keturunan Kerajaan Pajajaran.
Di sebelah kiri dan kanan situs ini
terdapat masing-masing gua. Juru kunci situs, Suganda, menyebut, gua
sebelah kanan mengeluarkan wangi harum, sementara yang di sebelah kiri
berbau amis. Gua-gua ini menjadi sasaran pertama atau peziarah
belakangan ini ramai berkunjung.
Untuk menuju ke lokasi situs Gunung
Padang dari Ibukota Kecamatan Majenang butuh waktu empat jam menuju ke
desa terakhir yaitu Desa Cibeunying. Selanjutnya dari desa terahir
menuju ke lokasi situs yang terletak di Desa Salebu harus berjalan kaki
selama satu jam melintasi hutan.
Sementara itu, Hizi Firmansyah, seorang
pemerhati lingkungan dan benda cagar budaya, mengaku sangat prihatin
dengan kondisi situs Gunung Padang. Menurutnya, kondisinya sangat rusak
dan tidak terawat. Hingga saat ini belum pernah ada perhatian dari
pemerintah daerah untuk melakukan perhatian terhadap situs yang memiliki
nilai sejarah yang tinggi ini.
Penyadaran Masyarakat
Sebelum semakin rusak parah, perlu ada
penyadaran terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar situs untuk
melakukan perhatian dan mulai menjaga dan merawat benda bersejarah
tersebut. Selain warga, juga perlu ada campur tangan pemerintah daerah
melalui dinas pariwisata untuk melakukan upaya terhadap benda purbakala
yang jika dikelola dengan baik akan menjadi potensi pariwisata yang
menarik.
Penemuan Gunung Padang di Majenang ini
sendiri sudah sejak beberapa tahun lalu. Harian lokal Jawa Tengah, Suara
Merdeka, menyatakan, situs ini terungkap pada 2008 lalu, di kawasan
yang sebelumnya dianggap keramat oleh warga setempat.
Kini temuan Gunung Padang di Majenang ini jadi hangat lagi diperbincangkan menyusul terungkapnya sejumlah fakta baru mengenai Gunung Padang di Cianjur.
Temuan terbaru dari tim riset yang
dikomandoi Staf Khusus Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Andi
Arief, menemukan fakta situs Gunung Padang adalah struktur yang dibuat
manusia menyerupai punden berundak-undak, dengan usia pembangunan
minimal 6.000 tahun yang lalu.

Seorang warga lokal sedang berdiri disamping runtuhan situs Gunung Padang Cilacap (courtesy:vivanews.com)
Situs di Gunung Padang, Desa Salebu,
Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, juga berbentuk bebatuan yang tersusun
mendekati bentuk piramida. Namun sayangnya, separuh situs ini sudah
rusak berat oleh akibat alamiah atau pun ulah manusia.
Hizi Firmansah, seorang aktivis pemerhati
situs ini, hingga saat ini, belum ada upaya konservasi terhadap situs
bebatuan ini. Minggu 27 Mei 2012, Hizi menyebutkan terahir tahun 2008
bentuk dari situs ini masih sangat terlihat bagus, namun saat ini
kondisinya telah banyak yang rusak.
Kerusakan terparah terlihat pada bagian
tangga, selain tertutup semak belukar, bagian ini juga sudah tidak
terlihat bentuk aslinya karena telah longsor. Selain itu, sebagian
bebatuan yang panjang juga beberapa sudah patah dan di sekitar lokasi
tidak terlihat patahan bebatuan tersebut.
Meski begitu, kata Hizi, dibandingkan
dengan situs serupa yang ditemukan di Gunung Padang Cianjur, susunan
bebatuan Desa Salebu, Cilacap, ini meski sebagian tertutup tanah,
terlihat menjulang seperti piramida. Terlihat sejumlah bebatuan tersusun
dalam bentuk kuncian yang mengindikasikan rekayasa oleh tangan-tangan
manusia.

Terlihat sejumlah bebatuan tersusun dalam bentuk kuncian yang mengindikasikan rekayasa oleh tangan-tangan manusia. (courtesy:vivanews.com)
Situs megalitikum ini menampilkan
struktur balok-balok batu segi empat, segi lima dan segi enam yang rebah
ke arah timur. Panjang rata-rata balok batu ini tiga sampai empat
meter, tersusun sampai ketinggian 30 meter, lebar 15 meter dan panjang
20 meter. Di sisi sebelah barat terdapat sebuah makam yang menurut warga
sekitar adalah pembuat situs dan konon masih trah keturunan Kerajaan
Padjajaran.
Di sebelah kiri dan kanan situs ini
terdapat masing-masing gua. Juru kunci situs, Suganda, menyebut, gua
sebelah kanan mengeluarkan wangi harum, sementara yang di sebelah kiri
berbau amis. Gua-gua ini menjadi sasaran pertapa atau peziarah
belakangan ini ramai berkunjung. (umi)
*
Perhutani Hibah Lahan Gunung Padang Cilacap
Tanahnya masih dimiliki Perhutani, namun warga disilakan mengelola lahan lokasi situs itu
Untuk melindungi situs bebatuan yang
berbentuk piramida di kawasan Gunung Padang, Desa Salebu, Kecamatan
Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, Perhutani mengalokasikan 7 hektare lahan
untuk melindungi kawasan itu.
Menurut Suratman, Asisten Perhutani
Wilayah Kecamatan Majenang, Perhutani menetapkan kawasan itu sebagai
hutan lindung terbatas. Status kawasan tersebut masih dimiliki oleh
Perhutani namun pengelolaannya sepenuhnya diserahkan kepada warga
masyarakat.
Sementara itu, juru kunci Gunung Padang,
Suganda, menyatakan, sejak Perhutani menyerahkan pengelolaan kawasan
hutan di sekitar situs untuk dikelola oleh warga, kawasan tersebut kini
ditumbuhi semak belukar karena tidak terawat. Sebagian warga
memanfaatkan lahan di tepian untuk menanam berbagai macam tanaman.
Meski telah mendapat hak pengelolaan
kawasan hutan yang ada di sekitar situs, namun warga yang tinggal di
kawasan situs tidak dapat berbuat banyak. Selama ini upaya yang
dilakukan warga hanya sebatas menjaga kawasan situs agar tidak dijamah
oleh masyarakat luas yang berakibat pada kerusakan situs yang semakin
parah.
*
Gunung Padang Cilacap Berbentuk Piramida
Saat ini kondisinya rusak parah terutama karena akibat alamiah.
Situs di Gunung Padang, Desa Salebu,
Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, juga berbentuk bebatuan yang tersusun
mendekati bentuk piramida. Namun sayangnya, separuh situs ini sudah
rusak berat oleh akibat alamiah atau pun ulah manusia.
Hingga saat ini belum ada hasil
penelitian yang dapat menjelaskan tentang situs kuno bebatuan yang
tersusun rapi berbentuk piramida ini.
Menurut Suganda, juru kunci situs, ada
cerita rakyat yang berkembang di desa-desa sekitar kawasan situs ini.
Konon, pada zaman kerajaan Padjajaran, Naganingrum, istri pertama Raja
Padjajaran Prabu Kian Santang, pada saat hamil meminta dibangunkan
istana di sebelah timur kerajaan Padjajaran.
Masyarakat sekitar meyakini, tumpukan
batu yang tersusun rapi ini konon yang dipersiapkan untuk membuat
istana. Namun karena anak yang sebelumnya diketahui berjenis kelamin
laki laki pada saat lahir, dibuang dan diganti dengan anak anjing, Prabu
Kian Santang marah dan pembangunan keraton timur dibatalkan.
Warga berharap, ada sebuah penelitian
yang dapat menjelaskan mengenai situs tersebut. Selain untuk mengetahui
sejarah, situs bebatuan kuno yang berbentuk piramida ini juga sangat
indah dan berpotensi sebagai sebuah kawasan cagar budaya yang dapat
dijadikan tujuan wisata.

Terlihat
seorang warga lokal sedang menaiki sejumlah bebatuan bronjong yang
tersusun rapi di runtuhan situs Gunung Padang Cilacap. (courtesy:vivanews.com)
*
Keanehan di “Piramida” Gunung Padang Cilacap
Ada batu yang formasinya mirip tumpukan permainan tetris.
Tumpukan batu mirip piramida atau punden
berundak itu berada di pelosok kawasan pegunungan Desa Salebu, Kecamatan
Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. Entah berapa lama ia teronggok di sana,
bisa ratusan atau mungkin ribuan tahun.
Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai
Gunung Padang, menjadikannya tempat keramat untuk ritual tertentu.
Keberadaannya baru terkuak pada khalayak luas lewat media massa tahun
2008 lalu.
Tak mudah untuk mencapai lokasi Gunung
Padang. Butuh waktu empat jam dari Desa Salebu, menyusuri hutan pinus
melewati sungai kecil Cikahuripan. Lalu masuk lagi ke hutan lindung,
menempuh perjalanan di jalan sempit, menerobos semak belukar. Hingga
sampai di sebuah mata air.
Di sana, pengunjung diminta melakukan
ritual, berwudhu dan mengumandangkan adzan. Perjalanan dilanjutkan
dengan menyusuri tebing menuju ke arah tumpukan batu menjulang.

Warga lokal sedang duduk-duduk diatas susunan batu brojongan yang tersusun rapi kearah atas (courtesy:vivanews.com)
Di pintu gerbang, ritual kedua dilakukan.
Juru kunci melemparkan sejumlah koin ke bebatuan. Sudah banyak recehan
berserakan di sana. Suganda, nama juru kunci itu, lalu membakar
kemenyan, komat-kamit mengucap mantera.
Lalu, ia mengambil sebuah tongkat kecil, sepanjang tangan orang dewasa. Pria paro baya
itu, menusukkannya ke batuan. Yang aneh, tongkat itu terlihat lebih
panjang. “Ini pertanda kunjungan ke situs direstui,” kata Ganda kepada VIVAnews.
Dia menjelaskan, sudah lama warga sekitar
mengkeramatkan tumpukan batu itu. Konon, cerita yang beredar, batu-batu
itu adalah bahan bangunan untuk mendirikan keraton Kerajaan Padjajaran
yang urung didirikan. Di sebelah kiri dan kanan situs ini terdapat gua.
Kata Suanda, sebelah kanan mengeluarkan wangi harum, sementara yang di
sebelah kiri bau amis.
Pemerhati budaya asal Majenang, Hizi
Firmansyah mengatakan, 30 persen situs telah rusak. Padahal tahun 2008
lalu ia masih terlihat kokoh.
Yang tak kalah unik dari Gunung Padang
Cilacap adalah batuan pembentuknya. Balok-balok batu granit yang
terpahat rapi disusun teratur, rebah memajang ke arah timur. Ada batu
segi empat, segi lima, dan segi enam.
Rata-rata satu balok memiliki panjang 3
sampai 4 meter, setinggi 30 meter. Sebagian struktur tertimbun tanah.
Pembuatnya, entah siapa, dipastikan menguasai teknologi maju. Salah satu
buktinya, teknik kuncian batu yang bentuknya mirip formasi tetris.
Yang jadi pertanyaan besar adalah,
bagaimanakah nenek moyang kita bisa membentuk dan menata batu-batu rapi
itu di atas gunung yang dikelilingi hutan belantara.

Seorang
warga lokal berada disebelah bebatuan di Gunung Padang Cilacap,
diantaranya ada yang tersusun dalam bentuk kuncian seperti permainan
“tetris” (sedang dipegang) yang mengindikasikan adanya rekayasa oleh
tangan-tangan manusia. (courtesy:vivanews.com)
Ahli geologi akan meneliti
Kini, setelah media ramai memberitakan struktur batu aneh di Gunung Padang Cilacap, ahli geologi dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Muhammad Aziz berniat memeriksa batuan yang ada di sana.
Kini, setelah media ramai memberitakan struktur batu aneh di Gunung Padang Cilacap, ahli geologi dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Muhammad Aziz berniat memeriksa batuan yang ada di sana.
Harus dibuktikan secara ilmiah, apakah ia
merupakan manifestasi dari sebuah proses alamiah atau memang batuan
tersebut terbentuk karena sebuah proses kreatifitas manusia pada zaman
dahulu.
Salah satu metode yang akan dilakukan
yaitu dengan menelaah lokasinya pada peta geologi. Untuk mengetahui
apakah di sana berpotensi muncul struktur batuan secara alamiah.
Jika diketahui, batuan yang ada tidak
sama dengan potensi jenis batuan yang terdapat di peta geologi, maka
kemungkinan batuan tersebut merupakan buatan manusia.
Tak hanya secara geologi, juga butuh
kajian disiplin ilmu lain, yakni arkeologi dan sejarah untuk
memastikan, apakah Gunung Padang Cilacap adalah situs sejarah, atau
mungkin layak disebut situs purbakala. Juga untuk menentukan usia batuan
itu. (umi/ren/vivanews)



0 Komentar
Berkomentarlah dengan sopan dan santun