! WARNING ADULT CONTENT +17 Y.O. !
!PERHATIAN ARTIKEL DEWASA +17 Thn!
Calon Legislatif 2014:
90% Muka Lama, 10% “Muka Gila”, yaitu Bekas Model Porno, Orang
Temperamental, Gentho (Preman), Germo PSK, Terpidana hingga Pro-Zionist!
Ketika paling tidak 90% Caleg Adalah
Orang Lama, Hanya 10% Orang Baru, itupun Bekas Model Porno, Orang
Temperamental, Gentho (preman), Germo PSK hingga Terpidana, Semua
Rebutan Masuk Partai Politik untuk menjadi wakil Anda!
Ini adalah
artikel yang terus berkembang, jika Anda menemui Caleg lain yang
bermasalah, info-kan beserta data dan foto kepada kami melalui kotak
komentar dibawah halaman ini, karena KPU sudah menegaskan: Kepada Warga Indonesia Harap Laporkan Caleg Bermasalah.
Terimakasih atas waktunya, mari bergandengan tangan bersama ICC, untuk Selamatkan Indonesia dari Badut-Badut Politik.
[Caleg 2014] :
From Democracy to Democrazy
Inilah
salah satu bias demokrasi, konsekwensi berdemokrasi, siapapun sekarang
ini bisa jadi pemimpin atau pun pejabat, mau dia bekas bajingan, bekas
koruptor, bekas germo, bekas mucikari, bekas napi, bekas lonthe, bekas
gentho (preman) atau bahkan masih menggentho, dan lain sebagainya, asal
mendapat dukungan terbanyak, bisa jadi pejabat.
Yang terpenting sekarang adalah rakyat
yang harus cerdas dan bijak untuk menentukan pemimpinnya ke depan agar
negeri ini tidak makin terpuruk dan hancur.
Sembilan Puluh Persen Caleg 2014 Adalah Muka Lama
Koalisi Untuk Akuntabilitas Keuangan Negara
(KUAK Negara) menyimpulkan ada 90 persen anggota DPR RI mencalonkan
dirinya kembali pada tahun 2014. Jumlah anggota DPR yang mencalonkan
diri kembali tahun depan ada 507 orang.
Rincian anggota DPR yang kembali mencalonkan diri pad Caleg 2014 terdiri dari :
- Partai Demokrat : ada 33 orang,
- Golkar : ada 82 orang,
- PDIP : ada 84 orang,
- PKS : ada 57 orang,
- PAN : ada 42 orang,
- PPP : ada 33 orang,
- Gerindra : ada 24 orang,
- PKB : ada 26 orang, dan
- Hanura : ada 16 orang.
Tercatat hampir 90 persen anggota DPR incumbent maju lagi dalam Pemilu 2014,” ujar Sri Nilawati dari IBC, Minggu (5/5/2013).
Sri menjelaskan sebagian besar anggota
DPR diantaranya mereka diduga akan fokus pada pencarian dana kampanye
dibandingkan bekerja dengan baik menjelang masa akhir jabatan.
“Kemungkinan akan banyak terjadi proses
penyalagunaan wewenang dimana fasilitas negara dan tugas sebagai
legislatif dibajak dan diselewengkan untuk kampanye 2014,” ungkap Sri
Nilawati. Selain anggota DPR, KUAK juga menemukan data menteri yang
mendaftar sebagai caleg ada 10 orang. Berikut menteri-menteri yang
mencalonkan jadi caleg :
- Menteri Perhubungan EE Mangindaan (Partai Demokrat),
- Menteri Koperasi Syarifudin Hassan (Partai Demokrat),
- Menkumham Amir Syarifudin (Partai Demokrat),
- Menteri ESDM Jero Wacik (Partai Demokrat),
- Menpora Roy Suryo (Partai Demokrat),
- Menteri Pertanian Suswono (PKS),
- Menkominfo (PKS),
- Menakertrans Muhaimin Iskandar (PKB),
- Menteri Pemberdayaan Desa Tertinggal Helmy Faisal Zaini (PKB), dan
- Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (PAN).
Namun ada perhitungan lainnya yang dapat
menyatakan bahwa “muka lama tetap akan menghiasi” gedung dewan kita yang
menghasilkan angka lebih dari 90 persen. Kesimpulan itu di dapat karena
dari 560 orang anggota DPR periode 2009 – 2014, sebanyak 507 anggota
DPR tetap mendaftar kembali sebagai “muka lama” calon legislatif (caleg)
dalam Pemilu 2014.
Jumlah itu setara dengan 90,5 persen dari
total anggota DPR saat ini yang sebanyak 560 orang. Demikian
disampaikan koordinator Formappi, Sebastian Salang, Minggu (28/4/2013),
di Jakarta.
Salang menyebutkan, dari segi persentase, PKS menjadi parpol yang paling banyak memakai incumbent (petahana), yakni 100 persen dari total petahana sebanyak 57 orang.
Golkar menjadi yang paling sedikit yakni 82 orang, atau 86,7 persen dari total petahana sebanyak 106 orang.
Sementara itu ratu salsa Venna Melinda
kembali berniat maju sebagai anggota dewan, yang pada sebelumnya telah
mendaftar sebagai Bakal Calon Anggota Legislatif (Bacaleg) DPR-RI dari
Partai Demokrat periode 2014-2019.
Artis yang sempat pusing dengan
perceraiannya ini maju dari Dapil VI Jawa Barat sebagai calon anggota
DPR dari Partai Demokrat. Seperti tahun 2009, Venna kembali maju dari
Dapil Jatim VI terdiri dari Kabupaten Tulungagung, Kota Kediri, Kota
Blitar, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Blitar.
Venna Melinda (foto), lahir di Surabaya, Jawa Timur, 20 Juli 1972, adalah seorang model dan bintang sinetron Indonesia.
Karier aktingnya dimulai lewat aktingnya dalam film Catatan Si Boy II. Namun setelah bermain dalam film tersebut ia berhenti dan fokus ke pendidikan.
Kariernya terbuka kembali lewat ajang
Abang None Jakarta 1993 kemudian Puteri Indonesia 1994. Setelah itu
kariernya terus menanjak. Venna menikah dengan Abang Jakarta 1993, dari
pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua orang anak. Venna Melinda dan
suaminya berangkat haji tanggal 19 Oktober 2012.
Lalu, apakah Venna akan mengenakan jilbab
setelah menyandang gelar Hajjah? Ditanya begitu, mantan Puteri
Indonesia 2004 ini langsung tersenyum.
“Insya Allah, kalau sudah panggilan.
Kalau panggilan hati lebih afdhol, karena keinginannya kan enggak cuma
di tutup kepala, tapi hati juga soal moral dan tingkah laku berubah
lebih baik. Kayak gitu engga bisa dipaksa,” ujar Venna ditemui usai
syukuran naik haji di kediamannya di Jakarta Selatan, Sabtu (13/10/2012)
lalu. Tapi apa yang kemudian terjadi?
Pada tanggal 22 Februari 2013, Venna
Melinda melalui kuasa hukumnya melakukan Gugat Cerai terhadap suaminya
di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Sejak karier sinetronnya mulai
meredup, Venna lebih aktif mengembangkan hobinya dalam hal perawatan
tubuh dan kebugaran.
Berawal dari pendirian studio senam, dia
lalu merambah dunia tari Salsa. Venna Melinda sempat memiliki “Sanggar
Senam dan Fitness Venna Melinda”, namun akhirnya dia menutup studio
senam tersebut karena ketidakjelasan manajemen yang mengelolanya.
Wanita berdarah Bali ini juga
mengeluarkan DVD berisi senam dengan ‘exotic dance’. Yup, caleg yang
mengajarkan masyarakat bagaimana bergaya senam dengan gerakan-gerakan
erotis.
Caleg-Caleg Baru Mantan Artis Seksi
Dari grafik pie chart 90% sampai
95% muka lama, ternyata sisanya sebanyak 0,5% sampai 10% dari muka baru
tak kalah menghebohkan. Persentase secuil itu ternyata layaknya “bangku
kosong” yang dijual oleh semua partai.
Untuk merebut suara, setiap partai merekrut dari orang-orang terkenal, public figure,
tokoh yang memilik massa atau pengikut banyak stau yang memiliki uang
banyak sebagai “modal” nyaleg. Salah satu tujuannya adalah, makin banyak
dikenal maka akan semakin besar kemungkinan partai akan mendapat suara
terbanyak, salah satunya adalah melalui artis dan foto model.
Sejumlah artis berniat mencalonkan diri
dalam Pemilu 2014. Mereka tercatat maju dari berbagai partai. Dengan
modal popularitas, para artis bermimpi maju ke Senayan. Sebagian yang
dulu berbaju minimalis, kini tampil rapat dengan jilbab.
Nah, pada bulan-bulan terakhir ini pengguna internet dan BlackBerry
dihebohkan dengan munculnya foto-foto masa lalu artis tersebut,
mengingat akan tujuan mereka melalui partai-partai dan para politikus
yang mendukungnya menuju Pemilu 2014.
Namun memang juga laporan kepada Komisi
Pemilihan Umum (KPU) yang sifatnya personal, misalnya beberapa caleg
pernah menjadi foto model panas. Memang secara NYATA, baberapa artis
memiliki rekam jejak yang tak akan bisa terhapus itu, telah berpose
sensual.
Misalnya dalam foto diatas adalah Angel
Lelga, Lyra Virna dan Venna Melinda. Semuanya memakai gaun seksi dan
berbikini. Angel Lelga tampak paling berani. Dengan memakai bikini
merah, dia asyik bermain di pantai.
Angel Lelga (Partai Persatuan Pembangunan (PPP) daerah pemilihan Solo, Jawa Tengah)
Nama Angel Lelga
mulai menjadi bahan perbincangan saat dirinya digosipkan menikah siri
dengan Rhoma Irama. Rhoma dan Angel Lelga bertemu saat membintangi
sinetron “Ibnu Sabil”. Kabar tersebut akhirnya dikonfimasi kebenarannya
oleh Rhoma pada saat yang bersamaan mengumumkan perceraian mereka.
Angel Lelga lahir di Surakarta, 1 Januari
1984 adalah seorang penyanyi, pemeran sinetron dari Indonesia. Ia
merupakan perempuan berdarah campuran Kalimantan dan Tionghoa.
Tahun 2007 Angel mengeluarkan album solo
bertajuk “Cinta Tanpa Ikatan”, menurut Angel, lagu tersebut merupakan
curahan hatinya tentang pernikahan dengan Rohma Irama.
Awal April 2012, Angel Lelga dan Indra Bruggman dilaporkan oleh pesinetron bernama Kumala Sari atas tuduhan penggelapan uang.
Kumala Sari melayangkan somasi kepada
perusahaan yang dikelola oleh Indra Bruggman, Angel Lelga, dan Tata
Liem. Kumala melayangkan somasi setelah merasa dirugikan dengan bisnis
parfum.
Dua tahun berlalu sejak kasus pernikahan
sirinya dengan Rhoma, Angel Lelga kembali diguncang gosip mengenai
pernikahannya dengan pengusaha batu bara asal Martapura, Kalimantan
Selatan yang tak lain suami penyanyi dangdut Cucu Cahyati.
Kasus tersebut berbuntut panjang karena
adanya saling menuntut antara istri sah dan sekaligus istri pertama
dengan pasal perzinaan. Kemudian Angel juga dituntut terkait dengan
tuduhan penipuan dan penggelapan uang 150 juta rupiah.
Selain itu, artis bernama asli Lely
Anggraeni yang juga pernah memproklamirkan nama komersil Angeliq itu
pernah bermain film dengan bintang film porno Hollywood, Tera Patrick
dalam film Rintihan Kuntilanak Perawan (RKP) besutan tahun 2010.
Ditilik dari judulnya, bisa dibayangkan
film ini akan dijejali darah dan adegan erotis. Dalam cuplikannya, Angel
berani membuka penutup payudara dan bercumbu dengan Andreano Philip.
Lagi-lagi, Angel menjadi bahan gunjingan. Salah satu sesi wawancaranya:
Bagaimana kalau imej rusak gara-gara main bareng bintang porno?
Ia menjawab: “Kalau
takut imej hancur, saya enggak akan dapat duit! Saya akan terus
ketakutan dan enggak pernah maju. Artinya, saya harus melawan ketakutan
itu. Kalau saya tidak bekerja seperti ini, siapa yang mau membiayai saya
shopping?”
Selain membuka beha-nya, ia juga diketahui pernah berfoto tanpa baju atasan (topless) untuk sampul depan sebuah album musik, album bernama ‘Virus’ dari grup band Slank.
Foto lawas tersebut beredar luas di dunia
maya baru-baru ini. Dugaannya, foto tersebut sengaja muncul untuk
mendapatkan simpati masyarakat, mengingat mantan istri siri Rhoma Irama
ini tengah nyaleg pada Pemilu 2014.
“Itu foto 15 tahun lalu. Saya tidak menampiknya. Itu kan sebelum saya mualaf dan saya belum muslim,” aku dia di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (24/01/2014).
Meski secara tegas mengakui saat itu
merupakan foto dirinya, namun Angel sepertinya tidak ambil pusing. Ia
terkesan santai dan tak peduli dengan beredarnya foto toplesnya.
“Sudahlah mau apalagi, orang kan iseng. Pada saat mau berbuat baik, ada yang iseng. Ya sudahlah, ini ujian yang harus saya lewati,” kata dia.
Kini Angel Lelga (foto) baru mulai berjilbab dan maju dari PPP daerah pemilihan Solo. Dia mengaku ingin memperbaiki citra DPR yang sudah amburadul.
“Saya pilih daerah pemilihan Solo, karena saya sempat tinggal lama di sana. Saya sudah siap lahir batin. Betul ini dunia yang baru buat saya, tapi mudah-mudahan saya bisa mengikuti,” kata janda Rhoma Irama ini.
Jika ia menyatakan bahwa politik adalah
“dunia baru” baginya, mengapa ia berani memilih dunia baru yang sama
sekali belum dikenalnya tersebut?
Bisa jadi wanita-wanita seperti ini hanya
akan menjadi “hiasan gambar” agar banyak yang memilih karena mereka
artis, atau bisa jadi hanya “boneka partai” yang terkait.
Padahal ada jutaan warga lain yang juga
tak mengenal dunia baru (dunia politik -red) tersebut walau mungkin
sangat mampu, namun mereka tak mau karena sangat berat beban dan
tanggungjawabnya kelak dimata Tuhan.
Lyra Virna (Partai Persatuan Pembangunan (PPP) daerah pemilihan Sumatera Selatan)
Ada juga Lyra Virna (foto), beberapa tahun lalu dia beberapa kali berpose untuk majalah pria dewasa.
Lyra Virna lahir di Palembang, Sumatera
Selatan, 14 Maret 1981, adalah seorang wanita yang berprofesi sebagai
model dan aktris Indonesia dan juga pembawa acara.
Lyra menikah dengan Syarif Kasim, atau yang lebih dikenal dengan nama Eric Scada, yaitu mantan bintang film panas tahun 1990-an.
Pernikahan itu dilangsungkan 1 November 2005 lalu di rumah ayahnya di Pekanbaru.
Pada awalnya pernikahan mereka tidak mendapat restu dari ibu Lyra bahkan setelah lahir sang buah hati.
Pada tanggal 14 November 2012, Lyra Virna
mengajukan gugatan cerai terhadap suaminya di Pengadilan Agama Jakarta
Selatan dan akhirnya mereka resmi bercerai pada 27 Desember 2012. Kini
Lyra Virna tampil anggun dengan jilbabnya. Lyra maju dari PPP dengan
daerah pemilihan Sumatera Selatan.
Destiara Talita
(Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) daerah pemilihannya di
Jabar VIII meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon dan Indramayu)
Ada pula seorang calon anggota legislatif dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Destiara Talita (foto). Sosok Destiara Talita tentu tak asing buat pembaca setia majalah pria dewasa.
Wanita yang kini berusia 25 tahun itu,
memang kerap mengisi lembaran halaman majalah dengan berbagai pose seksi
dan busana minimnya. Ia sempat berpose seksi di kalender majalah
Popular 2014. Destiara memang lebih dikenal sebagai seorang model
daripada politikus.
Bosan berpose panas, wanita yang akrab disapa Tata ini coba banting setir jadi wakil rakyat.
Di Pemilihan Legislatif bulan April 2014,
Tata siap bertarung dengan kendaraan politik Partai Keadilan dan
Persatuan Indonesia (PKPI).
Jelas tantangan baru buat wanita bernama
asli, Destiya Purna Panca, ini. Meski demikian, dia mengaku siap menjadi
wakil dan memperjuangkan aspirasi rakyat.
“Jadi wakil rakyat itu bisa menampung
aspirasi masyarakat, bisa perjuangkan apa yang orang mau. Meski belum
ada pengalaman si, jadi ini pertama kalinya,” cerita Tata saat
berbincang padaSelasa (21/1/2014)
Foto Tata, panggilan akrab Destiara yang mengenakan baju seksi berwarna hitam menghiasi kalender Popular di Bulan Mei dan Juni 2013 lalu.
“Itu memang saya ada kontrak dengan
majalah dewasa sampai Desember. Terakhir ya foto di kalender itu. Kalau
pemotretannya itu September,” kata Destiara, Selasa (21/1/14).
Ia tak memusingkan komentar miring soal
foto-fotonya dan mengaku siap meninggalkan dunia modeling. Fotonya
muncul dengan pose seksi di kalender tahun 2014 terbitan majalah pria
dewasa Popular.
Di dalam kalender yang diperoleh pada Selasa (21/1/2014), Destiya berpose bersama 5 model lainnya di kalender duduk itu.
Dalam akun facebooknya, Destiya mengaku
mengawali modelling sejak tahun 2011 lalu dan sudah menjadi model
berbagai majalah seperti Sinyal, Motorplus, Soccer, FHM, Popular, hingga
Male.
Destiya juga pernah memenangkan gelar “The Faces of Asia 2011” yang digelar ME Asia Magazine. Caleg nomor urut VI dari dapil Cirebon-Indramayu ini juga pernah menjadi “Babes From The Net” versi majalah Popular.
“Sekarang saya sedang serius mempersiapkan diri untuk menjadi seorang wakil rakyat,” katanya.
“Awal gabung ke parpol diajak teman saya,
katanya PKPI kurang caleg wanitanya, ya udah saya coba aja, mumpung ada
kesempatan. Jadi benar-benar tadinya gak tertarik tapi karena diajak
kenapa nggak dicoba,” tandasnya.
Walau pengalaman politiknya masih minim,
Tata siap melawan pesaingnya. Dia pun menargetkan seratusan suara dari
daerah pemilihannya di Jabar VIII yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten
Cirebon dan Indramayu.
Destiara pun sudah menyiapkan sejumlah
materi kampanye. Di antaranya kalender 2014 yang bergambar dirinya dan
Ketua Umum PKPI Sutiyoso.
Pernah tampil ‘hot’ dalam bidikan kamera,
tak membuat wanita yang akrab disapa Tata ini takut bersaing dengan
caleg lainnya. Dia bahkan pede bisa meraih seratusan suara lebih.
“Harus siap, politik itu jahat tapi namanya tantangan,” tegas wanita kelahiran 28 Desember ini.
Sudah tahu jahat mengapa ia ingin masuk dan berpolitik, apalagi dengan pengalaman NOL besar?
Mirip domba yang bermain dikalangan
srigala. Bisa apa? Nantinya cuma sebagai boneka partai, duduk manis
terima uang, atau bahkan bisa lebih difitnah habis-habisan.
Camel Petir
(Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) nomor urut 3 daerah
pemilihan DKI Jakarta II, meliputi Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan)
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
(PKPI) mengakomodir sejumlah artis sebagai caleg. Selain model seksi
Destiara Talita, partai pimpinan Sutiyoso ini juga mengakomodir artis
lainnya, seperti pedangdut Camel Petir (foto).
Pemilik nama asli Camellia Panduwinata Lubis
ini ditunjuk sebagai caleg PKPI nomor urut 3 di dapil DKI Jakarta II
yang meliputi Luar Negeri, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan.
“Awal mulanya karena panggilan aja sih
ya. Alam nuntun saya ke PKPI. Dan Camel rasa PKPI walau partai kecil
tapi belum terkontaminasi dengan sistem yang mengikat,” jelasnya.
“Kalau masih bebas seperti itu, kita
nggak ada kata-kata bos, pimpinan,” tamnah Camel saat berbincang santai,
Selasa (21/1/2014).
Camel mengaku sempat aktif di Partai
Gerindra. Namun Camel memilih bergabung dengan PKPI pimpinan Bang Yos
itu. Dia telah menyiapkan misi yang ingin dikejar.
“Kita dengarkan apa kata suara rakyat. Camel nggak mau didudukkan di tempat yang nggak paham,” katanya.
Camel Petir juga mengungkapkan pengalamannya dulu pernah ikut sebagai atlet taekwondo.
Dia sudah jadi atlet sejak kelas 1 SMP
sampai tahun 2005. “Aku kelahiran Oktober 1985 di Deli Serdang, umur 28,
sudah tua ya?” kata pemilik album ‘Cuma Kamu Cin’ 2009 ini.
Pendidikan terakhir Camel di Universitas Al Azhar Medan jurusan akuntansi.
Jika sukses masuk DPR ia berharap
ditempatkan di komisi olahraga karena memang sejak kecil aktif di
olahraga. “Komisi X tentang olahraga, atau ekonomi,” kata Camel yang
selain jadi pedangdut juga punya salon ini.
Camel Petir sempat digoyang dengan beredarnya foto bugilnya yang syur, namun dia tak mau lagi mengomentari hal ini.
“Saya aja malah nggak lihat. Entar aja
saya jawab. Ini sensitif sekarang. Entar kasihan yang lain. Nggak
maulah. Gara-gara salah ngomong, mending no comment,” elaknya.
Namun baru-baru ini di kabarkan telah
beredar foto bugil camel petir, pendangdut yang beberapa waktu lalu
telah berselisih dengan keluarga Vicky prasetyo di karenakan pencemaran
nama baik keluarga Vicky.
Tapi foto bugilnya ini disanggah oleh
pihak Camel Petir, foto itu hanya mirip saja kata pihak Camel Petir.
Memang foto ini mirip dengan Camel Petir pada saat menjadi sampul
majalah dewasa.
Sebenarnya foto ini sudah lama beredar di internet, akan tetapi baru saat ini saja di beritakan di media online.
foto yang bergaya hot tanpa busana ini terlihat begitu seksi dan
sensual walaupun payudaranya tidak terlihat karena di tutupi oleh rambut
si model.
Sebenarnya masih ada beberapa nama artis dan publik figure yang tak jelas juntrungannya mencalonkan diri menjadi caleg ke depannya. Wrong girl in the wrong place, wrong man in the wrong place, too.
Tak heran jika munculnya rekam jejak atau track record foto-foto seksi para calon-calon anggota DPR yang tak akan pernah bisa dihapus.
Sekali lagi: gambar yang tak akan pernah
bisa dihapus sepanjang masa dan akan selalu dapat dilihat dan sudah
banyak diunduh seantero jagat ke depannya, baik di berita seperti koran,
TV ataupun dunia maya, dan pastinya menimbulkan pro dan kontra di
kalangan masyarakat luas.
Jika foto-foto atau pengambilan keputusan
mereka hanyalah masa lalu, itu hanyalah sebatas kalimat klise, pendapat
dan penyataan penghibur diri, untuk melupakan masa lalu yang memalukan
itu. Namun hal ini ada yang tak mempermasalahkan, tapi ada pula yang
mempersoalkan.
Yang jelas, ini hanya mirip soal ujian anak SD yang hanya ada dua jawaban saja: Benar atau Salah. Bukannya “apakah benar?” atau “apakah salah?“. Stay focus, yang mana akan anda jawab?
Diluar benar atau salah, semua hanyalah
info distorsi, atau distorsi informasi saja yang akan menyeret anda ke
arah lain, yang seakan-akan tak menjadi masalah, maka disaat yang sama
pula, sedar atau tak sadar anda telah dipolitisir oleh media. Stay
focus!
Hal ini mirip ilmu marketing sebuah
barang yang benarnya barang itu tak layak Anda konsumsi, namun dengan
ilmu marketing atau promosi, bagaimana produk yang tak layak itu
akhirnya harus anda konsumsi, dan justru menjadi sesuatu yang sangat
bodoh jika anda tak mngkonsumsinya! Wow!!
Lagipula bagi mereka tersebut, jika
mencari uang harus menempuh jalan seperti yang pernah mereka lakukan,
bagaimanakah jika mereka menjadi wakil anda? Apakah segepok uang hasil
bagi-bagi korupsi akan ditolak mereka? Apakah mereka berani membela anda
sebagai rakyat yang akan dibela mereka?
Salah satu tujuan berpolitik adalah
mengubah cara pandang anda pada awalnya, dimana saat itu cara berfikir
anda masih “murni”! Namun akhirnya dapat mengubah fikiran anda, dari
tidak, menjadi ya, atau bisa pula sebaliknya.
“Apa bisa mereka nantinya menjadi wakil rakyat yang dipercaya,” kata Budi, warga Tebet yang sehari-hari bekerja sebagai sopir.
Lain lagi dengan seorang blogger dengan nickname ‘Shafy’, ia malah menyebutkan:
“Ngurus diri sendiri ‘n rumah tangga aja pada ngaco! gimana mo ngurusin rakyat?” ujar Shafy.
Setelah rekam jejak (track record)
mereka yang tak akan pernah bisa lagi dihapus, mungkinkah jika
terpilih, para artis pengumbar syahwat ini bisa mengubah citra DPR
menjadi lebih baik?
Namun semua jawaban ada di hati anda yang
paling dalam, dan hati yang paling dalam di dada anda adalah bagaikan
suara dari sebuah kebenaran.
Gentho (Preman), Germo, PSK hingga Terpidana, Berebutan Masuk Parpol
Sejumlah orang mulai mendaftarkan diri
sejak tahun 2012 menjadi anggota partai politik tertentu. Seperti tidak
melihat rekam jejak, partai politik terbuka saja menerima si calon
anggota.
Bahkan, ada yang memiliki catatan hitam
tetap diterima. Partai Bulan Bintang (PBB) mendapat tambahan anggota
setelah mantan Kabareskrim, Komjen (Purn) Susno Duadji bergabung.
Di partai besutan Yusril Ihza Mahendra
itu Susno belum mendapatkan posisi strategis. Mantan Kapolda Jawa Barat
itu mengaku ingin menyatukan perjuangan memberantas korupsi dan juga
keadilan. Dia pun belum memikirkan untuk maju menjadi calon legislatif.
“Soal nyaleg itu nomor dua, nomor sekian lah, yang penting saya bisa diterima, saya sudah gembira,” kata Susno Duadji.
Sebenarnya sah-sah saja Susno gabung ke PBB. Namun, saat ini status Susno adalah seorang terpidana.
Susno dihukum 3,5 tahun oleh Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan dalam kasus korupsi penanganan perkara PT Salmah
Arowana Lestari dan dana pengamanan Pilkada Jawa Barat 2008.
Putusan di tingkat pertama juga dikuatkan
oleh Mahkamah Agung (MA). MA menolak kasasi yang diajukan Susno.
Tetapi, ketika hendak dieksekusi oleh jaksa, Susno selalu menolak.
Tercatat sudah dua kali Susno menolak dijebloskan ke penjara.
PBB sepertinya tidak mempermasalahkan
kasus yang menjerat Susno. Bahkan, Ketua Umum PBB MS Kaban yakin dengan
bergabungnya Susno, PBB akan mengedepankan soal penegakan hukum. ” Saya
kira ke depan kita akan sangat mengutamakan persoalan-persoalan
penegakan hukum di Indonesia,” tuturnya.
Lain Jakarta, lain pula yang terjadi di
Kota Pahlawan. Dikabarkan ada seorang germo mencalonkan diri sebagai
bakal calon legislatif (bacaleg) DPRD Jawa Timur melalui Partai
Demokrat.
Bahkan, dikabarkan si mami germo yang
ingin duduk di kursi dewan itu, masih aktif mengoleksi purel-purel di
salah satu pub ternama di Surabaya.
“Semua warga negara berhak mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi anggota legislatif, tak terkecuali seorang mami (germo – red) atau purel pub,” Achmad Iskandar (Bendahara DPD Partai Demokrat Jawa Timur)
Bahkan, Ketua DPD Partai Demokrat Jawa
Timur, Soekarwo juga tak mau ambil pusing soal kabar miring tersebut.
Menurutnya, di era demokrasi seperti sekarang ini bukanlah satu hal yang
tabu.
“Ini negara demokrasi, semua berhak
menentukan pilihannya,” kata Soekarwo. Jika kelak para calon yang
memiliki catatan negatif itu membuat ulah, tentu partai politik harus
bertanggung jawab penuh. Jika tidak, rakyat akan mencap partai politik
tidak becus dalam memilih anggotanya.
Inilah salah satu bias demokrasi,
konsekwensi berdemokrasi, siapapun sekarang ini bisa jadi pemimpin atau
pun pejabat, mau itu bekas bajingan, bekas koruptor, bekas germo, bekas
mucikari, bekas lonte, bekas gentho (preman) atau bahkan masih
menggentho, bekas napi, dsb-nya.
Ini adalah bukti nyata, asal mendapat
dukungan terbanyak, bisa jadi pejabat. Naif sekali memang, tapi
begitulah kenyataan di Indonesia.
Meski ada orang yang mengatakan: “Masih mending
bekas gentho, bekas germo, bekas lonthe daripada bekas kyai, bekas
ulama, bekas pendeta, bekas romo, bekas pastur, bekas bhiksu, dll.”
Tapi bagaimanapun juga yang namanya politikus yang handal dan ingin memajukan negaranya saja banyak godaan.
Apalagi sekelas ‘barang bekas’? Mereka
itu pasti tak bisa optimal, karena sudah tabiat, cara asuh sejak kecil,
sifat dan kebiasaan hingga faktor genetika.
Jadi yang terpenting sekarang adalah
rakyat yang harus cerdas dan bijak untuk menentukan pemimpinnya ke depan
agar negeri ini tidak makin terpuruk dan hancur.
Dan satu hal lagi yang wajib di ingat adalah Tingkat Kredibilitas dan Kapabilitas Pemimpin
suatu bangsa/sejumlah komunitas itu mencerminkan Tingkat Kualitas
yaitu: pendidikan, pengetahuan, wawasan, peradaban, termasuk
komunitas/masyarakatnya (cat. mrheal).
“Last but not least” adalah baik pemerintah maupun rakyat Indonesia sekarang ini sudah siap dan sudah melaksanakan azas Democrazy,
crazy aparaturnya, crazy pemerintahannya, crazy korupsinya, dan crazy
rakyatnya, crazy kelakuannya, crazy anarkisnya, dan crazy kejumudannya.
So, crazy all the way….. all years long…..
Dengan dikelilingi orang-orang jahat tak
bermoral atau amoral yang memegang bukti dosa-dosa, maka orang baik
secerdas apapun bisa disetir.
Mereka dengan mudah dikendalikan
orang-orang jahat untuk menjadi keledai tunggangan yang bisa
dikendalikan orang jahat sesuka nafsunya, kemana arah dan apapun yang
orang jahat suka.
Maka disinilah terjadi Bias Demokrasi. Tidak seperti apa yang didambakan, apa yang diidamkan, dan apa yang dikehendaki semangat Reformasi 98 ketika digulirkan dulu.
Inilah Para Mantan Preman yang Ikut Jadi Caleg di Pemilu 2014
Bursa calon anggota legislatif (caleg)
pada Pemilu 2014 bukan saja diramaikan dengan kehadiran para artis atau
pesohor negeri. Sejumlah pentolan organisasi kemasyarakatan (ormas) di
Ibu Kota yang memiliki basis massa juga mencoba peruntungan menjadi
calon wakil rakyat.
Sangat
berbahaya hika merek masih memiliki jiwa tak stabil apalagi sudah
tabiat atau sifat, karena sifat tak akan bisa diubah. Terbukti dalam
beberapa tahun ini selalu ada saja anggota dewan yang urakan.
Salah satu contohnya: Main bacok
dilakukan oleh Caleg DPRD Karawang dari Partai Gerindra, Enin Saputra
alias Lurah Kapsul mantan Kades Rengasdengklok Utara, terpaksa mendekam
di balik jeruji besi Mapolres Karawang, setelah seharian diburu polisi. (sumber: Jurnal Metro)
Mereka itu dulunya sering disebut sebagai “penguasa bawah tanah” termasuk di Jakarta, yang memimpin massa akar rumput dan punya pengaruh cukup kuat di kelompoknya masing-masing.
Pada Pemilu 2014, setidaknya ada empat penguasa bawah tanah Ibu Kota yang maju sebagai bakal calon anggota legislatif:
1. Johny Indo
Inilah “Si Robinhood”. Nama aslinya
Johanes Hubertus Eijkenboom, namun lebih populer dengan nama Jony Indo.
Jhony pada tahun 1970-an merupakan salah satu pentolan preman Ibu Kota
yang yang cukup disegani.
Ia dikenal sebagai perampok toko emas
yang hasil rampokannya dibagi-bagikan kepada rakyat miskin. Dari
situlah, Jhony kemudian mendapat julukan “Robinhood”.
Dalam melancarkan aksinya, Jhony selalu
bersama dengan kelompoknya yang bernama “Pasukan Cina Kota” atau yang
disebut “Pachinko”. Mereka menyatroni toko emas pada siang hari.
Namun, setelah sekian kali lolos,
akhirnya Jhony tertangkap. Ia kemudian dijatuhi hukuman penjara 14 tahun
dan dijebloskan ke Penjara Nusa Kambangan. Meski sudah masuk ke penjara
dengan tingkat keamanan tinggi, Jhony sempat kabur dari selnya dan
bersembunyi di antara bukit dan parit yang berada di penjara di pulau
itu.
Namun, keberadaan Jhony tetap bisa
diendus aparat. Kini, Jhony mengaku sudah tobat. Ia kini menjadi pelatih
bela diri untuk para sekuriti di Bumi Perkemahan Cibubur. Pada tahun
ini, Jhony menyatakan maju sebagai bakal calon anggota legislatif dari
Partai Nasdem untuk DPRD Sukabumi.
2. Tito Refra Kei
Fransiscus Kei atau yang akrab disapa
Tito Kei. Ia maju sebagai caleg DPR RI dari Partai Amanat Nasional
(PAN). Kali ini, ia tidak maju dari kota kelahirannya, Pulau Kei, Maluku
Tenggara, tetapi justru dari daerah pemilihan Papua Barat.
Nama Tito sangat melekat dengan kebesaran
nama sang kakak, John Kei, yang dibui atas tuduhan sebagai otak
pembunuhan terhadap bos PT Sanex Steel Indonesia, Tan Harry Tantono
alias Ayung pada tahun 2012 lalu.
Kedua kakak beradik ini juga sempat berurusan dengan aparat kepolisian lantaran memotong jari dua pemuda pada Agustus 2008.
John dan Tito sempat diseret ke meja
hijau akibat kasus itu. Ketika itu, proses peradilan terpaksa dilakukan
di Surabaya untuk mencegah amuk massa. Setelah perkara itu muncul, Tito
juga sempat terlibat dalam kasus “Ampera Berdarah”.
Saat itu, massa kelompok Kei bentrok
dengan kelompok asal Flores pimpinan Thalib Makarim di depan Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan saat sidang kasus bentrok Blowfish digelar. Tito
bahkan tertembak di bagian dadanya yang nyaris mengenai jantung.
Namun, Tito akhirnya selamat dalam
tragedi tahun 2010 tersebut. Di luar catatan hukumnya itu, Tito
merupakan seorang advokat. Ia pun mendirikan firma hukum bernama Tito
Refra, Cosmas Refra and Partner.
3. Lutfi Hakim
Lutfi Hakim merupakan Ketua Umum Front Betawi Rempug (FBR) setelah Ketua Umum sebelumnya meninggal dunia pada tahun 2009 lalu.
Ia sebelumnya menjabat Sekretaris
Jenderal FBR. Lutfi Hakim termasuk salah satu tokoh Betawi yang cukup
populer di kalangan masyarakat.
Kini, Lutfi maju sebagai calon anggota
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) untuk Provinsi DKI Jakarta, tanpa atribut
partai politik apa pun.
4. Munarman
Munarman adalah mantan aktivis HAM dan
mantan Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Ia
menanggalkan aktivitasnya di lembaga bantuan hukum itu, setelah
menyatakan bergabung dengan sebuah organisasi massa, Front Pembela Islam
(FPI).
Di FPI, Munarman pernah menjadi Panglima
Komando Laskar Islam dan kini kerap tampil sebagai juru bicara ormas
tersebut. Ia juga menjadi salah seorang penentang keberadaan Ahmadiyah
di Indonesia bersama tokoh-tokoh lainnya.
Munarman pernah terlibat dalam insiden
Monas, 1 Juni 2008. Saat itu, ia bersama Laskar Islam FPI melakukan
penyerangan terhadap massa AKK-BB. Pada tanggal 4 Juni 2008, sekitar
1.500 polisi diturunkan ke Markas FPI di Petamburan, Jakarta Pusat,
setelah tidak ada dari pihak FPI yang menyerahkan diri.
Munarman pun menolak menyerahkan diri
hingga menjadi buronan. Setelah bersembunyi beberapa hari, Munarman
akhirnya menyerahkan diri pada tanggal 8 Juni 2008. Selepas keluar dari
penjara, Munarman masih aktif di FPI.
Selain
kasus itu, tindakan juru bicara Front Pembela Islam (FPI) Munarman,
yang pernah menyiram sosiolog Universitas Indonesia, Tamrin Tomagola,
pada sebuah acara talkshow di TVOne, Jumat (29/6/13) pagi juga menuai
tanggapan beragam dari pengguna media-media sosial di Indonesia.
“Pak Munarman yang terhormat. Islam itu indah, Islam itu mengajarkan sopan santun, tata krama dan sikap yang lembut, wallahu a’lam. Haruskah
hal seperti itu dilakukan? Selayaknya kita sebagai umat Rasulullah
paling tidak berusaha mencontoh sifat Beliau yang santun dan sabar,”
kata Frengky Al Musthofa melalui Facebook Munarman.
140 Caleg Menolak CV-nya Dipublikasi. Tanya, kenapa?
Dari 5.560 orang calon legislator yang
saat ini terdaftar dalam calon legislator sementara, 140 orang di
antaranya tidak ingin daftar riwayat hidup atau curriculum vitae alias CV-nya dipublikasikan.
Para caleg yang tidak mau mempublikasikan
riwayat hidupnya itu dapat dilihat dalam daftar calon legislator
sementara yang dipublikasikan Komisi Pemilihan Umum lewat situs resmi
mereka, www.kpu.go.id.
“Di DCS yang ada pada situs KPU, akan
terlihat keterangan mereka tidak mau mempublikasikan CV-nya,” ujar
komisioner KPU Hadar Nafis Gumay, di kantornya, Senin 24 Juni 2013.
Daftar riwayat hidup, kata Hadar, memang
bukan syarat wajib pendaftaran caleg. Saat pendaftaran caleg, KPU
memberikan formulir daftar riwayat hidup atau form BB 11.
Di dalam formulir ini, caleg diminta
mengisikan nama dan nomor urut partai politik serta caleg, jenis
kelamin, alamat tempat tinggal, agama, status perkawinan, riwayat
pendidikan, riwayat kursus atau diklat yang pernah dikuti dan riwayat
organisasi.
Di sana juga tercantum klausul
persetujuan para caleg, apakah daftar riwayat hidup ini boleh
dipublikasikan pihak komisi atau tidak.
“Caleg memang boleh menyatakan tidak
setuju, dan ini bukan persyaratan. Tapi jika dia setuju datanya
dipublikasikan, maka masyarakat bisa memantau dan menilai kompetensi
mereka sebagai calon wakil rakyat,” ujarnya.
Dia menilai, pencantuman riwayat hidup juga menunjukkan semangat keterbukaan para calon legislator.
Berdasarkan penelusuran, ke-140 calon
legislator yang tidak mau mencantumkan daftar riwayat hidupnya paling
banyak berasal dari Partai Persatuan Pembangunan, yakni 109 orang.
Sedangkan sisanya tersebar di 9 partai
politik. Di Partai Gerindra ada 14 orang caleg, Partai Golkar 7 orang
caleg, dan Partai Demokrat 2 orang caleg. Sebaliknya, seluruh calon
legislator dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Amanat
Nasional bersedia mencantumkan daftar riwayat hidup.
Pro Zionist Ikut Nyaleg di Partai Gerindra
Kader Zionist Yahudi di Indonesia,
Benjamin Ketang berencana maju dalam Pemilihan Legislatif 2014. Lelaki
yang pernah kuliah di Israel ini mohon restu untuk nyaleg DPR RI dari
Partai Gerindra, Dapil Jember-Lumajang (14/11/13).
Kita semua tahu bahwa Indonesia tidak memiliki hubungan bilateral dengan Israel, karena tak mengakui keberadaan negara Israel.
Kisah nyata orang yang kelewat kagum dengan Yahudi. Hanya dengan beasiswa, agama pun digadai. Ada apa pula dengan Gerindra?
Benyamin Ketang dikenal sebagai pendiri sekaligus Direktur Eksekutif “Indonesia – Israel Public Affairs Comitte” (IIPAC).
Lembaga ini dimaksudkan sebagai lembaga
lobi untuk perdagangan Indonesia-Israel. Saat perayaan hari kemerdekaan
Israel pada 14 Mei 2011, Benjamin Ketang bersama komunitas Yahudi di
Indonesia berencana menggelar perayaan hari kemerdekaan Israel. Namun
karena tidak mendapat izin, perayaan tersebut dilaksanakan secara
tertutup.
Benjamin menegaskan rencana maju dalam
pemilihan legislatif mendatang diikhtiarkan untuk kebaikan bagi publik.
“Masalah nomor caleg saya serahkan mekanisme di DPC Partai Gerindra
Jember,” kata Benjamin.
Perlu diketahui, Benyamin Ketang adalah orang yang bernafsu agar Indonesia membuka hubungan dengan zionis yahudi Israel.
Selain berupaya membuka hubungan dengan
zionis yahudi Israel, Benyamin Ketang lewat IIPAC bahkan akan melindungi
hak-hak warga Yahudi dan keturunan Yahudi di Indonesia, sebagaimana
dijelaskan di pasal 2 Akta Pendirian IIPAC.
Pada Akta Peendirian IIPAC dijelaskan,
yakni menyelenggarakan kerjasama dengan lembaga-lembaga Israel, Yahudi
Internasional, dan melindungi hak-hak warga Yahudi dan keturunan Yahudi
di Indonesia serta memajukan kerjasama bisnis, investasi, IT, dan
pendidikan tinggi dengan universitas di seluruh dunia.
Ternyata, IIPAC, LSM agen zionis yahudi
Israel ini berdomisili di Desa Taman Sari, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten
Jember, Jawa Timur.
Surat Keterangan Domisili IIPAC
dikeluarkan pada tanggal 25 Agustus, 2010 dan ditanda tangani oleh
Benyamin Ketang sendiri dan Hadi Supeno, sebagai kepada desa.
Benyamin Ketang, ditengarai memiliki nama asli Nur Hamid,
dan merupakan kader muda Nahdlatul Ulama (NU) dan Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII), yang menyelesaikan master studinya di Israel.
Anehnya,
pada KTP yang dikeluarkan Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Jember,
jelas-jelas tertulis namanya adalah Benyamin Ketang, dan bukan Nur
Hamid, dengan tanggal lahir 22 September, 1972.
KTP yang dikeluarkan di Jember tanggal 11
September 2006 tersebut mencantumkan agama Benyamin Ketang adalah
Kristen, dengan status perkawinan Belum Kawin.
Benyamin Ketang, mengantongi ijazah The Hebrew University of Jerusalem, Rothberg International School. Dokumen
tentang hal ini sangat jelas, yakni selembar ijazah dan selembar
transkip nilai. Kelulusannya dalam ijazah tersebut ditanda tangani oleh
Prof. Steven Kaplan, tertanggal 28 Juli, 2006.
Menurut H Munarman SH, selaku ketua DPP
FPI Bidang Nahi Munkar, kaitan antara Hani Yahya Assegaf, sebagai
pendiri ke-3 IIPAC dengan Benyamin Ketang, dan agenda zionisme yahudi
internasional sangatlah jelas, terutama dengan adanya dokumen-dokumen
pendukung tersebut. (sumber).
Selain itu terkuak pula, bahwa jika
anggota IIPAC ini menang dan mendapatkan kursi dewan, maka sudah pula
direncanakan siapa yang akan mereka usung sebagai Anggota Kabinet 2014.
IIPAC bersedia mengusung Eggi Sudjana
sebagai Anggota Kabinetnya di tahun 2914. Ketang mengklaim pengusungan
Eggi Sudjana karena telah direstuinya proposal IIPAC oleh beberapa tokoh
ibukota Jakarta.
Beberapa tokoh Jakarta tersebut telah
memberikan sinyal positif atas proposal IIPAC dalam mempersiapkan pemilu
2014. Hal ini terbukti dari dinding Facebook milik Ketang.
Eggi Sudjana lahir di Jakarta, Indonesia,
3 Desember 1959 adalah seorang aktivis Indonesia yang berprofesi
sebagai advokat dan berdomisili di Villa Indah Pajajaran. Jln Sultan
Agung no. 1, Bogor.
Pria yang akrab dipanggil Bang Eggi
dan mempunyai nomer hape 0812 1904 1959 (empat digit jadi tahun lahir)
ini, pernah mencalonkan diri sebagai bakal calon gubernur Jawa Barat
pada Pemilihan umum Gubernur Jawa Barat 2013, namun kandas ketika
mengikuti verifikasi di KPU Jawa Barat. (sumber: wikipedia).
Riwayat Pendidikan : S1 FH Jayabaya, S2 IPB Bogor, S3 IPB Bogor, TU Berlin, Jerman, Program Sosiologi.
1980-1981 Sekum Komisariat FH HMI Jayabaya1982.1983 Ketua Korkom HMI Jayabaya
1984.1985 Ketum Cabang HMI Jakarta
1986.1988 Ketum PB HMI MPO
1989.1997 ?????
1998.2004 Presiden PPMI
2006-Sekarang Ketua Majelis Syuro PPMI
2008-2011 Panglima LEPAS (Laskar Empati Pembela Bangsa)
2008-2011 Wapres KOngres Advokat Indonesia (KAI)
Ada tahun kosong yang tidak diisi, yaitu 1988 sampai 1998. Selama 10 tahun, kemana Eggi Sudjana???? (sumber: Brainwash ala Dr. Eggy Sudjana, S.H, M.Si dan Strategi Politik HMI MPO)
Oleh koran Pos Kota, Eggi
Sudjana dijuluki “SI RAJA DEMO”, th 1994 ia memimpin 10.000 massa ummat
Islam menduduki Istana Presiden menuntut pembubaran SDSB. Menjelang
Sidang Istimewa MPR th 1999 ia memimpin long march Forum Bersama Ormas
Islam menuju gedung DPR-MPR. Sebagai perlawanan terhadap rezim Soeharto
yang memaksakan Azas Tunggal Panca Sila, pada th 1986-1988. Oleh Gus Dur
ia disebut “SI NAGA HIJAU” dengan inisial “E.S”.
- 1988, ia mendirikan PPMI (Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia) dan sebagai Presiden pertamanya tahun 1998-2004.
- 2001, ia mendirikan TPM (Tim Pembela Muslim).
- 2002-2004, tim Ahli Menakertrans RI
- 2002-2007, Majelis Pakar DPP PPP.
- 2006-2011, Ketua penasehat SPDSI (Serikat Pedagang Seluruh Indonesia).
- 2008-2013 kini, ia menjabat sebagai Panglima LEPAS (Laskar Empati Pembela Bangsa)
- 006-2011, Ketua Majelis Syuro PPMI (Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia)
- Tahun 2008-2013, Wakil Presiden KAI (Kongres Advokat Indonesia)
Di sela-sela kesibukannya yang begitu
padat ia sempat menulis beberapa karya ilmiah, diantaranya: 1.
Peningkatan Kwalitas Pelaksanaan HAM dan Demokrasi Pancasila. 2.
Transformasi Gerakan Politik Mahasiswa Indonesia. 3. Buruh Menggugat
Perspektif Islam. 4. Islam Fungsional. dan 5. Politik kekerasan dan
Terorisme Negara. (sumber).
Jadi Anggota DPR, Artis Cukup Modal Rp 300 Juta
Syarat utama untuk menjadi calon anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah memiliki modal yang cukup kuat.
Artis, pengusaha, pengacara hingga pensiunan anggota Polri maupun TNI
pun harus merogoh kocek dalam-dalam demi mendapatkan satu kursi di
Senayan.
Wakil Ketua DPR Pramono Anung
mengungkapkan, pada Pemilu 2009 lalu, biaya termurah yang harus
dikeluarkan berasal dari kalangan publik figur. Dengan modal
popularitasnya publik figur atau artis paling sedikit mengeluarkan dana
sebesar Rp 300 juta untuk kampanye.
“Mereka hanya menghabiskan dana sebesar Rp 300-800 juta,” kata Pramono dalam acara diskusi bertema ‘Pemilu Biaya Tinggi dan Kualitas Anggota DPR’ di Wisma Intra Asia, Jalan Soepomo, Tebet, Jakarta Selatan, Juni 2013 lalu.
Mantan
Sekjen PDI Perjuangan ini mengatakan, selain publik figur, calon
anggota lesgislatif lainnya yang mengeluarkan dana minim adalah seorang
aktivis partai dan juga tokoh masyarakat.
Untuk kalangan ini mereka harus menyiapkan ongkos Rp 500 juta sampai Rp 1,2 miliar.
“Setelah itu ada mantan anggota TNI-Polri sebesar Rp 800 juta sampai Rp 1,5 miliar,” jelasnya.
Sementara dari kalangan pengusaha yang
ingin menjadi anggota DPR, mereka harus mengeluarkan jumlah yang banyak.
Partai politik memasang bandrol sebesar Rp 6 miliar rupiah untuk
mendapatkan tiket ke Senayan.
“Pengusaha, Rp 1,5 sampai Rp 6 miliar,
bahkan ada yang lebih dari Rp 20 miliar, bayar konsultan saja sudah Rp 5
miliar,” tandasnya. (sumber)
KPU: Kepada Warga Indonesia Harap Laporkan Caleg Bermasalah
Komisi Pemilihan Umum telah menerima 70 laporan dari masyarakat terkait rekam jejak para calon anggota legislatif.
“Dari jumlah itu, baru 35 laporan yang kami olah,” kata komisioner KPU Hadar Nafis Gumay, di kantornya, Senin 24 Juni 2013.
Sejak mempublikasikan daftar calon
legislator sementara pada 13 Juni 2013, KPU membuka kesempatan bagi
masyarakat untuk melaporkan para calon legislator yang diduga memalsukan
data atau bermasalah dalam persyaratan.
Pada 1 Agustus 2013 caleg yang masih
punya jabatan harus memberikan surat pernyataan telah berhenti dari
kedudukannya. Tidak hanya itu, laporan masyarakat juga bervarasi.
“Mayoritas laporan yang kami terima soal
para caleg yang masih menjabat di institusi lain,” katanya. Calon
legislator memang tidak diperbolehkan masih memegang jabatan, terutama
di institusi pemerintahan. Namun KPU memberikan waktu hingga Agustus
2013 bagi para caleg untuk meletakkan jabatannya.
“Laporan mengenai dugaan caleg yang memalsukan ijazah sekolahnya juga ada, ada pula laporan yang sifatnya personal, misalnya salah satu caleg pernah menjadi foto model panas dan ada juga caleg yang temperamental,” kata komisioner KPU Hadar Nafis Gumay.
Selain itu, ada laporan seorang caleg
tidak disukai warga perumahan di daerah asalnya karena pernah
berkonflik. Semua laporan masyarakat ini, akan diklarifikasikan ke
partai politik yang mengusung mereka.
“Untuk laporan yang berimplikasi pada
persyaratan seperti dugaan ijazah palsu atau masih menjabat di
institusi, itu bisa berujung pada pencoretan kalau memang terbukti,”
ujarnya.
Sedangkan laporan yang sifatnya moralitas
calon legislator, kata dia, akan menjadi bahan pertimbangan partai
politik. Apakah si caleg yang tidak disukai masyarakat itu akan tetap
diusung atau tidak. (icc).
Daftar Sementara Lengkap Artis Caleg DPR 2014-2019 (dari Penelusuran ke KPU)
Data dibawah ini hasil info dari
wartawan-wartawan, namun masih tak lengkap. Berikut daftar artis dan
aktris serta beberapa publik figure yang kami terima (tanpa lokasi
daerah pemilihan):
Partai Amanat Nasional (PAN) :
Partai Nasional Demokrat (NasDem) :
- Anang Hermansyah
- Ashanti
- Desi Ratnasari
- Dwiky Dharmawan
- Eko Hendro Purnomo
- Ikang Fauzi
- Marissa Haque
- Henky Kurniawan
- Primus Yustisio
- Norman Kamaru (Norman belum jelas, dapil untuk caleg DPR atau DPRD)
- Yayuk Basuki
- Jeremy Thomas (dapil Jakarta III)
- Soraya Hapsari (dapil 8 Cirebon)
- Dwiki Dharmawan, (diluar Eko Patrio dan Primus Yustisio yang sudah jadi DPR 2009-2014 dan mencalegkan diri lagi)
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) : Mengaku ada 16 caleg artis yang telah resmi, namun belum mengumumkan daftarnya siapa saja. Daftar sementara:
- Melly Manuhutu
- Doni Damara
- Jane Shalimar
- Mel Shandy
- Sarwana
- Ricky Subagja (ada lagi sebetulnya seperti Nil Maizar, Gus Choi, dll, tapi mereka bukan artis)
Partai Gerindra :
- Tommy Kurniawan
- Tia AFI
- Ridho Rhoma
- Vicky Irama
- Dedi Irama (Irama’s Party)
- Mandala “Shoji”
- Said “Bajaj Bajuri”
- Khrisna Mukti
- Ressa Herlambang
- Arzetti Bilbina (daerah pemilihan Jatim 1)
- Akrie Patrio
- Iyeth Bustami
- Theodora Meilani Setyowati
- C̶i̶n̶t̶a̶ ̶P̶e̶n̶e̶l̶o̶p̶e̶ ̶(̶b̶a̶t̶a̶l̶)̶
- A̶y̶u̶ ̶A̶z̶h̶a̶r̶i̶ ̶(̶b̶a̶t̶a̶l̶)̶
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) :
- Biem Benyamin
- Irwansyah
- Nuri Shaden (band zaman 90-an, Shaden)
- Nuri Shaden
- Moreno Soeprapto
- Iis Sugianto
- Riefian “Seventeen” (grup band Seventeen)
- Rahayu Saraswati
- Bondan Winarno (Mr maknyus)
- Purnomo (mantan pelari tercepat Asia tahun 80-an)
- Bella Saphira (tidak menghitung yang sudah jadi DPR di 2009-2014 seperti Rachel Maryam dan Jamal Mirdad)
Partai Golongan Karya (Golkar) :
- Angel Lelga (Jateng V, Surakarta, Boyolali, dan Klaten)
- Lyra Virna
- Emilia Contesa
- Okky Asokawati (DKI II, Jakarta Selatan-Jakarta Pusat)
- Ratih Sanggarwati (Jabar IX, Sumedang, Majalangka, dan Subang)
- Nasrullah “Mat Solar” (DKI III, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Pulau Seribu)
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) :
- Charles Bonar Sirait (daerah pemilihan DKI 1) (diluar Nurul Arifin, Tantowi Yahya, dan Tety Kadi yang sudah jadi anggota)
Partai Demokrat :
- Yessy Gusman
- Edo Kondologit
- Sonny Tulung
- Nico Siahaan (tidak menghitung Rieke Diah Pitaloka dan Miing, yang kembali nyaleg)
Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) :
- Yenny Rahman
- Dede Yusuf
- Anwar Fuadi (tidak menghitung Inggrid Kansil dan Venny Melinda yang sudah jadi anggota dan nyaleg lagi)
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) :
- David Chalik
- Andre Hehanusa (aslinya jadi caleg Nasdem, tapi karena Andre Hehanusa berada dalam gerbong Hary Tanoe, jadi ikut ke Hanura)
- Gusti Randa
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) :
- Destiara Talita (daerah pemilihannya di Jabar VIII meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon dan Indramayu)
- Camel Petir (nomor urut 3 daerah pemilihan DKI Jakarta II, meliputi Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan)
Tak ada artis sama sekali. Mengerikan :)
Tak Calegkan Artis, PKS: Kami Lebih Pentingkan Kualitas
Pemilu 2014 pastinya telah menjadi perang
‘bintang’ dengan banyaknya artis yang terjun di dunia politik sebagai
calon anggota legislatif atau sering disebut caleg. Namun, bagaimana menurut Partai Keadilan Sejahtera?
PKS telah menyatakan bahwa mereka tak tertarik mencalonkan artis di pemilihan legislatif atau Pileg, kerena PKS menilai bahwa mereka lebih mengutamakan kualitas caleg.
“PKS lebih mementingkan kualitas caleg ketimbang jumlah,” kata Humas PKS Mardani Ali Sera, kepada detikcom, Minggu (28/4/2013).
Menurutnya, penetapan bakal caleg PKS
dilakukan melalui serangkaian tahap seleksi sebelum diserahkan kepada
KPU untuk diverifikasi.
Caleg itulah yang diharapkan bisa mengoptimalkan fungsi kader dan struktur.
“Caleg berkualitas akan mengoptimalkan kekuatan kader dan struktur, tiang kekuatan kami adalah kader dan struktur,” ucapnya.
PKS telah menyerahkan total 492 nama bakal calon anggota legislatif ke KPU.
Daftar bakal caleg itu telah diverifikasi oleh KPU, bersama dengan daftar caleg dari 11 partai politik lainnya (detik).
Politikus Partai NasDem, Ferry Mursyidan Baldan, hadiri perayaan kemerdekaan Israel, Pengkhianat Bangsa?
Wajah Ferry Mursyidan Baldan, Ketua
Bidang Organisasi dan Keanggotaan Partai NasDem, tampak tertangkap
kamera saat menghadiri Peringatan Hari Kemerdekaan Israel di gedung School of the Arts, Singapura, Kamis (26/4/2012) lalu. Dalam foto yang dimuat laman Merdeka.com, mantan ketua umum PB HMI periode 1990-1992 itu menghadiri acara tersebut didampingi sang istri.
Kehadiran sejumlah tokoh asal Indonesia
dalam acara itu mengundang kecaman dari Joserizal Jurnalis. Pendiri
organisasi kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committe
(MER-C) itu mengutuk keras tindakan sejumlah tokoh dari Indonesia yang
menghadiri acara tersebut. ”Mereka telah melanggar konstitusi negara
Indonesia,” ujar Joserizal kepada Republika Online, Senin (30/4/2012).
Tak
cuma itu, Joserizal juga menganggap tokoh Indonesia yang menghadiri
acara kemerdekaan Zionis Israel itu sebagai sebagai penghianat bangsa.
“Mereka jelas-jelas melanggar konstitusi. Mereka adalah bagian dari
penghianat bangsa!” ujar Joserizal.
Menurut Joserizal, berdasarkan pembukaan
Undang undang Dasar Negara 1945 menyatakan, ”Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Menurut Jose, Israel adalah penjajah di
Palestina. Ia menegaskan bahwa Palestina seharusnya berhak merdeka.
”Sebagai bangsa yang berpegangan pada pembukaan UUD 1945, seharusnya
para tamu tersebut menyadari bahwa Israel adalah penjajah. Sehingga tak
sepatutnya menghadiri acara peringatan Hari Kemerdekaan Israel
tersebut”. Ia menambahkan, kalau pun batang tubuh UUD masih dapat
diubah, namun pembukaan UUD merupakan sesuatu yang tak dapat ditawar.
Jose juga menegaskan, baik politis maupun
pejabat yang menghadiri hari kemerdekaan Zionis Israel tak pantas
menjabat di Indonesia. Sudah sepatutnya mengundurkan diri dari jabatan
atau mundur dari kiprah politik mereka di Indonesia. “Mereka seharusnya
berhenti dari jabatan mereka. Mereka tidak pantas jadi politisi di
sini,” kata Jose. (merdeka/ republika)
Artis-Artis di Negara Dunia Ketiga Bergaya Hidup Super Mewah
Saat Angel Lelga dan Cinta Penelope amat-amat bangga dengan ber-Hermes 500-900 juta nyaris tiap bulan membeli yang baru ke Singapore (bukan gerai Hermes di Pacific Place Jakarta yang sebetulnya sudah amat mewah).
Ditengah kemiskinan rakyat yang semakin
terpuruk, caleg-caleg bukannya justru bergaya hidup sederhana, namun
kini makin banyak caleg-caleg (artis dan publik figure) yang justru
bergaya hidup super mewah. Misalnya, Angel Lelga telah memiliki koleksi
tas Hermes yang jumlahnya hampir 50 buah yang mana harga tiap tasnya
seharga ratusan juta rupiah hingga milyaran.
Tak bisa dibayangkan biaya ‘Kunjungan Kerja (kunker) ke luar negeri 2014-2019 dapat membengkak.
Ya mungkin artis-artis itu jikalau lolos
jadi anggota DPR, mungkin akan mampu biayai sendiri saat pergi ke luar
negeri. Namun, naluri manusia tidak pernah terpuaskan, setiap ada
kesempatan walau kaya, gratisan diutamakan.
Sedangkan artis yang sudah puluhan tahun
meninggalkan keartisannya, butuh hingga 5 tenaga ahli untuk membantu dia
improve di DPR sehinga bener-bener rajin datang dan bener-bener cadas
memberikan input RUU.
Taa terbayangkan pula misal Anang yang
biasa jadi juri “Indonesian Idol” tiba-tiba nyaleg dan lolos, lalu
mambatalkan kontrak agar benar-benar fokus kerja di DPR (katanya sudah
terbebas secara finansial, rumah super besar, jadi tak perlu lagi kerja
jadi artis dan fokus ke rakyat).
Entah nantinya berapa belas tenaga ahli
yang perlu disewa para artis-artis ini jika kemudian lolos jadi anggota
DPR 2014-2019. Walau mereka mampu bayar sendiri, namun DPR juga mungkin
akan meninjau anggarannyauntuk menutupi biaya tenaga ahli.
Rata-rata biaya Kunjungan Kerja ke luar
negeri per orang per tahun 2013 di DPR, diberikan oleh ‘pagu’ dengan
anggaran sekitar 80 juta per angota DPR.Tapi
boleh tidak mengambil sama sekali (tapi masih ada wakil ketua DPR yang
paspornya bersih sama sekali, belum pernah ke luar negeri)
Inilah 560 Anggota DPR RI Yang Telah Ditetapkan KPU
Berdasarkan penghitungan perolehan kursi
oleh KPU, PDI Perjuangan mendapat jatah kursi terbanyak, yaitu 109
kursi, diikuti Partai Golkar 91 kursi, Partai Gerindra 73 kursi, Partai
Demokrat 61 kursi, dan PAN 49 kursi. Kemudian, PKB sebanyak 47 kursi,
PKS 40 kursi, PPP 39 kursi, Partai Nasdem 35 kursi, serta Partai Hanura
16 kursi. seperti yang dilansir kpu.go.id
Penghitungan itu didasarkan pada
perolehan suara masing-masing parpol yang tertuang dalam Surat Keputusan
Nomor 411/Kpts/KPU/Tahun 2014 tentang Penetapan Hasil Pemilu Anggota
DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten-Kota dalam rangka Pemilu
2014.
Berikut adalah nama-nama 560 calon penghuni parlemen Senayan tersebut berdasarkan partai dengan jumlah kursi terbanyak:
1. PDI Perjuangan
1. Tagore Abubakar (Aceh II)
2. Irmadi Lubis (Sumut I)
3. Sofyan Tan (Sumut I)
4. Trimedya Panjaitan (Sumut II)
5. Junimart Girsang (Sumut III)
6. Alex Indra Lukman (Sumbar I)
7. Agus Susanto (Sumbar II)
8. Efendy Sianipar (Riau I)
9. Marsiaman Saragih (Riau II)
10. M.R. Ihsan Yunus (Jambi)
11. Nazarudin Kiemas (Sumsel I)
12. Erwin M. Singajuru (Sumsel II)
13. Yulian Gunhar (Sumsel II)
14. Elva Hartati (Bengkulu)
15. Isma Yatun (Lampung I)
16. Sudin (Lampung I) .
17. Henry Yosodiningrat (Lampung II)
18. Itet Tridjajati Sumarijanto (Lampung II)
19. Rudianto Tjen (Babel)
20. Dwi Ria Latifa (Kepri)
21. Wiryanti Sukamani (DKI I)
22. Eriko Sotarduga (DKI II)
23. Masinton Pasaribu (DKI II)
24. Effendi MS Simbolon (DKI III)
25. Darmadi Durianto (DKI III)
26. Charles Honoris (DKI III)
27. Ketut Sustiawan (Jabar I)
28. Junico BP Siahaan (Jabar I)
29. Jalaludin Rahmat (Jabar II)
30. Yadi Srimulyadi (Jabar II)
31. Diah Pitaloka (Jabar III)
32. Ribka Tjiptaning (Jabar IV)
33. Adian Yunus Yusak Napitupulu (Jabar V)
34. Indra P. Simatupang (Jabar V)
35. Sukur Nababan (Jabar VI)
36. Riska Mariska (Jabar VI)
37. Rieke Diah Pitaloka (Jabar VII)
38. Tono Bahtiar (Jabar VII)
39. Yoseph Umarhadi (Jabar VIII)
40. Ono Surono (Jabar VIII)
41. Maruarar Sirait (Jabar IX)
42. TB Hasanudin (Jabar IX)
43. Puti Guntur Soekarnoputri (Jabar X)
44. Dony Maryadi Oekon (Jabar XI)
45. Juliar P. Batubara (Jateng I)
46. Tjahjo Kumolo (Jateng I)
47. Daryatmo Mardiyanto (Jateng II)
48. Evita Nursanty (Jateng III)
49. Imam Suroso (Jateng III)
50. Bambang Wuryanto (Jateng IV)
51. Agustina Wilujeng Pramestuti (Jateng IV)
52. Puan Maharani (Jateng V)
53. Aria Bima (Jateng V)
54. Rahmad Handoyo (Jateng V)
55. Nursyiwan Soedjono (Jateng VI)
56. Sudjadi (Jateng VI)
57. Utut Udianto (Jateng VII)
58. Adisatrya Suliston (Jateng VIII)
59. Budiman Sudjatmiko (Jateng VIII)
60. Muhammad Prakosa (Jateng IX)
61. Damayanti Wisnu Putranti (Jateng IX)
62. Hendrawan Supratino (Jateng X)
63. Mohammad Idham Samawai (DIY)
64. Esti Wijayanti (DIY)
65. Guruh Irianto Soekarno Putra (Jatim I)
66. Indah Kurnia (Jatim I)
67. Henky Kurniadi (Jatim I)
68. Hamka Haq (Jatim II)
69. Nursuhud (Jatim III)
70. Arif Wibowo (Jatim IV)
71. Ahmad Basarah (Jatim V)
72. Andreas Eddy Susetyo (Jatim V)
73. Pramono Anung Wibowo (Jatim VI)
74. Djarot Saiful Hidayat (Jatim VI)
75. Budi Yuwono (Jatim VI)
76. Sirmadji (Jatim VII)
77. Mindo Sianipar (Jatim VIII)
78. Sadarestuwati (Jatim VIII)
79. Abidin Fikri (Jatim IX)
80. Nasyirul Falab Amru (Jatim X)
81. Said Abdullah (Jatim XI)
82. Karolin Margret Natasa (Kalbar)
83. Lasarus (Kalbar)
84. Michael Jeno (Kalbar)
85. Asdy Narang (Kalteng)
86. Willy M Yoseph (Kalteng)
87. Adriyansyah (Kalsel II)
88. Marten Apuy (Kaltim)
89. Olly Dondokambe (Sulut)
90. Vanda Sarundajang (Sulut)
91. Rendy M Affandy Lamadjido (Sulteng)
92. Andi Ridwan Wittiri (Sulsel I)
93. Samsul Niang (Sulsel II)
94. Mochamad Hasbi Asyidiki Jayabaya (Banten I)
95. Ichsan Soelistyo (Banten II)
96. Herdian Koosnadi (Banten III)
97. Marinus Gea (Banten III)
98. I Made Urip (Bali)
99. Wayan Koster (Bali)
100. I Gusti Agung Rai Wirajaya (Bali)
101. Nyoman Dhamantra (Bali)
102. Rachmat Hidayat (NTB)
103. Honing Sanny (NTT I)
104. Herman Hery (NTT II)
105. Mercy Chriesty Barends (Maluku)
106. Irine Yusiana Roba Putri (Malut)
107. Komarudin Watubun (Papua)
108. Tony Wardoyo (Papua)
109. Jimmy Demianus Ijie (Papua Barat)
2. Irmadi Lubis (Sumut I)
3. Sofyan Tan (Sumut I)
4. Trimedya Panjaitan (Sumut II)
5. Junimart Girsang (Sumut III)
6. Alex Indra Lukman (Sumbar I)
7. Agus Susanto (Sumbar II)
8. Efendy Sianipar (Riau I)
9. Marsiaman Saragih (Riau II)
10. M.R. Ihsan Yunus (Jambi)
11. Nazarudin Kiemas (Sumsel I)
12. Erwin M. Singajuru (Sumsel II)
13. Yulian Gunhar (Sumsel II)
14. Elva Hartati (Bengkulu)
15. Isma Yatun (Lampung I)
16. Sudin (Lampung I) .
17. Henry Yosodiningrat (Lampung II)
18. Itet Tridjajati Sumarijanto (Lampung II)
19. Rudianto Tjen (Babel)
20. Dwi Ria Latifa (Kepri)
21. Wiryanti Sukamani (DKI I)
22. Eriko Sotarduga (DKI II)
23. Masinton Pasaribu (DKI II)
24. Effendi MS Simbolon (DKI III)
25. Darmadi Durianto (DKI III)
26. Charles Honoris (DKI III)
27. Ketut Sustiawan (Jabar I)
28. Junico BP Siahaan (Jabar I)
29. Jalaludin Rahmat (Jabar II)
30. Yadi Srimulyadi (Jabar II)
31. Diah Pitaloka (Jabar III)
32. Ribka Tjiptaning (Jabar IV)
33. Adian Yunus Yusak Napitupulu (Jabar V)
34. Indra P. Simatupang (Jabar V)
35. Sukur Nababan (Jabar VI)
36. Riska Mariska (Jabar VI)
37. Rieke Diah Pitaloka (Jabar VII)
38. Tono Bahtiar (Jabar VII)
39. Yoseph Umarhadi (Jabar VIII)
40. Ono Surono (Jabar VIII)
41. Maruarar Sirait (Jabar IX)
42. TB Hasanudin (Jabar IX)
43. Puti Guntur Soekarnoputri (Jabar X)
44. Dony Maryadi Oekon (Jabar XI)
45. Juliar P. Batubara (Jateng I)
46. Tjahjo Kumolo (Jateng I)
47. Daryatmo Mardiyanto (Jateng II)
48. Evita Nursanty (Jateng III)
49. Imam Suroso (Jateng III)
50. Bambang Wuryanto (Jateng IV)
51. Agustina Wilujeng Pramestuti (Jateng IV)
52. Puan Maharani (Jateng V)
53. Aria Bima (Jateng V)
54. Rahmad Handoyo (Jateng V)
55. Nursyiwan Soedjono (Jateng VI)
56. Sudjadi (Jateng VI)
57. Utut Udianto (Jateng VII)
58. Adisatrya Suliston (Jateng VIII)
59. Budiman Sudjatmiko (Jateng VIII)
60. Muhammad Prakosa (Jateng IX)
61. Damayanti Wisnu Putranti (Jateng IX)
62. Hendrawan Supratino (Jateng X)
63. Mohammad Idham Samawai (DIY)
64. Esti Wijayanti (DIY)
65. Guruh Irianto Soekarno Putra (Jatim I)
66. Indah Kurnia (Jatim I)
67. Henky Kurniadi (Jatim I)
68. Hamka Haq (Jatim II)
69. Nursuhud (Jatim III)
70. Arif Wibowo (Jatim IV)
71. Ahmad Basarah (Jatim V)
72. Andreas Eddy Susetyo (Jatim V)
73. Pramono Anung Wibowo (Jatim VI)
74. Djarot Saiful Hidayat (Jatim VI)
75. Budi Yuwono (Jatim VI)
76. Sirmadji (Jatim VII)
77. Mindo Sianipar (Jatim VIII)
78. Sadarestuwati (Jatim VIII)
79. Abidin Fikri (Jatim IX)
80. Nasyirul Falab Amru (Jatim X)
81. Said Abdullah (Jatim XI)
82. Karolin Margret Natasa (Kalbar)
83. Lasarus (Kalbar)
84. Michael Jeno (Kalbar)
85. Asdy Narang (Kalteng)
86. Willy M Yoseph (Kalteng)
87. Adriyansyah (Kalsel II)
88. Marten Apuy (Kaltim)
89. Olly Dondokambe (Sulut)
90. Vanda Sarundajang (Sulut)
91. Rendy M Affandy Lamadjido (Sulteng)
92. Andi Ridwan Wittiri (Sulsel I)
93. Samsul Niang (Sulsel II)
94. Mochamad Hasbi Asyidiki Jayabaya (Banten I)
95. Ichsan Soelistyo (Banten II)
96. Herdian Koosnadi (Banten III)
97. Marinus Gea (Banten III)
98. I Made Urip (Bali)
99. Wayan Koster (Bali)
100. I Gusti Agung Rai Wirajaya (Bali)
101. Nyoman Dhamantra (Bali)
102. Rachmat Hidayat (NTB)
103. Honing Sanny (NTT I)
104. Herman Hery (NTT II)
105. Mercy Chriesty Barends (Maluku)
106. Irine Yusiana Roba Putri (Malut)
107. Komarudin Watubun (Papua)
108. Tony Wardoyo (Papua)
109. Jimmy Demianus Ijie (Papua Barat)
2. Partai Golkar
1. Salim Fakhry (Aceh I)
2. Firmandez (Aceh II)
3. Meutya Hafid (Sumut I)
4. Rambe Kamarul Zaman (Sumut II)
5. Captain Anthon Sihombing (Sumut III)
6. Delia Pratiwi Sitepu (Sumut III)
7. Betti Shadiq Pasadiqoe (Sumbar I)
8. John Kenedy Azis (Sumbar II)
9. Tabrani Maamun (Riau I)
10. Idris Laena (Riau II)
11. Hajah Sianitul Lativa (Jambi)
12. Dodi Reza Alex Noerdin (Sumsel I)
13. Bobby Adhityo Rizaldi (Sumsel II)
14. Dwie Aroem Hadiatie (Lampung I)
15. Azis Syamsuddin (Lampung II)
16. Azhar Romli (Babel)
17. Bambang Wiyogo (DKI I)
18. Fayakhun Andriadi (DKI II)
19. Tantowi Yahya (DKI III)
20. Popong Otje Djundjunan (Jabar I)
21. Agus Gumiwang Kartasasmita (Jabar II)
22. Lili Asjudiredja (Jabar II)
23. Deding Ishak (Jabar III)
24. Eka Sastra (jabar III)
25. Dewi Asmara (Jabar IV)
26. Airlangga Hartanto (Jabar V)
27. Ichsan Firdaus (Jabar V)
28. Wenny Haryanto (Jabar VI)
29. Ade Komarudin (Jabar VII)
30. Dadang S. Muchtar (Jabar VII)
31. Dave Akbarshah Fikarno (Jabar VIII)
32. Daniel Mutaqien Syafiuddin (Jabar VIII)
33. Eldie Suwandie (Jabar IX)
34. Agun Gunandjar Sudarsa (Jabar X)
35. Ferdiansyah (Jabar XI)
36. Ahmad Zaky Siradi (Jabar XI)
37. Mujib Rohmat (Jateng I)
38. Nusron Wahid (Jateng II)
39. Bowo Sidak Pangarso (Jateng II)
40. Firman Subagyo (Jateng III)
41. Endang Maria Astuti (Jateng IV)
42. Endang Srikarti Handayani (Jateng V)
43. Iqbal Wibisono (Jateng VI)
44. Bambang Soesatyo (Jateng VII)
45. Dito Ganindito (Jateng VIII)
46. Agung Widyantoro (Jateng IX)
47. Budi Supriaynto (Jateng X)
48. Siti Hedianti Soeharto (DIY)
49. Adies Kadir (Jatim I)
50. Mukhamad Misbakhun (Jatim II)
51. Hardisoesilo (Jatim III)
52. Muhammad Mur Purnamasidi (Jatim IV)
53. Ridwan Hisjam (Jatim V)
54. Sarmuji (Jatim VI)
55. Gatot Sudjito (Jatim VII)
56. Mohamad Suryo (jatim VIII)
57. Yudha (Jatim IX)
58. Eni Maulani (Jatim X)
59. Zainuddin Amali (Jatim XI)
60. Zulfadhli (Kalbar)
61. Agati Sulie Mahyudin (Kalteng)
62. Ahmad Noor Supit (Kalsel I)
63. Indro Hananto (Kalsel I)
64. Hasnuryadi Sulaiman (Kalsel II)
65. Mahyudin (Kaltim)
66. Neni Moerniaeni (Kaltim)
67. Aditya Anugerah Moha (Sulut)
68. Muhidin Muhammad Said (Sulteng)
69. Hamka B Kady (Sulsel I)
70. Syamsul Bachri (Sulsel II)
71. Andri Rio Idris Padjalangi (Sulsel II)
72. Markus Nari (Sulsel III)
73. Andi Fauziah Pujiwatie Hatta (Sulsel III)
74. Fadel Muhammad (Gorontalo)
75. Roem Kono (Gorontalo)
76. Enny Anggraeni Anwar (Gorontalo)
77. Andika Hazrumy (Banten I)
78. Yayat Y Biaro (Banten II)
79. Andi Achmad Dara (Banten III)
80. Gde Sumarjaya Linggih (Bali)
81. AA Bagus Adhi Mahendra Putra (Bali)
82. Muhammad Lutfi (NTB)
83. Melchias Markus Mekeng (NTT I)
84. Setya Novanto (NTT II)
85. Charles J Mesang (NTT II)
86. Edison Betaubun (Maluku)
87. Saiful Bahri Ruray (Maluku Utara)
88. Elion Numberi (Papua)
89. Robert Joppy Kardinal (Papua Barat)
90. Kahar Muzakir (Riau I)
91. Ridwan Bae (Sultra)
2. Firmandez (Aceh II)
3. Meutya Hafid (Sumut I)
4. Rambe Kamarul Zaman (Sumut II)
5. Captain Anthon Sihombing (Sumut III)
6. Delia Pratiwi Sitepu (Sumut III)
7. Betti Shadiq Pasadiqoe (Sumbar I)
8. John Kenedy Azis (Sumbar II)
9. Tabrani Maamun (Riau I)
10. Idris Laena (Riau II)
11. Hajah Sianitul Lativa (Jambi)
12. Dodi Reza Alex Noerdin (Sumsel I)
13. Bobby Adhityo Rizaldi (Sumsel II)
14. Dwie Aroem Hadiatie (Lampung I)
15. Azis Syamsuddin (Lampung II)
16. Azhar Romli (Babel)
17. Bambang Wiyogo (DKI I)
18. Fayakhun Andriadi (DKI II)
19. Tantowi Yahya (DKI III)
20. Popong Otje Djundjunan (Jabar I)
21. Agus Gumiwang Kartasasmita (Jabar II)
22. Lili Asjudiredja (Jabar II)
23. Deding Ishak (Jabar III)
24. Eka Sastra (jabar III)
25. Dewi Asmara (Jabar IV)
26. Airlangga Hartanto (Jabar V)
27. Ichsan Firdaus (Jabar V)
28. Wenny Haryanto (Jabar VI)
29. Ade Komarudin (Jabar VII)
30. Dadang S. Muchtar (Jabar VII)
31. Dave Akbarshah Fikarno (Jabar VIII)
32. Daniel Mutaqien Syafiuddin (Jabar VIII)
33. Eldie Suwandie (Jabar IX)
34. Agun Gunandjar Sudarsa (Jabar X)
35. Ferdiansyah (Jabar XI)
36. Ahmad Zaky Siradi (Jabar XI)
37. Mujib Rohmat (Jateng I)
38. Nusron Wahid (Jateng II)
39. Bowo Sidak Pangarso (Jateng II)
40. Firman Subagyo (Jateng III)
41. Endang Maria Astuti (Jateng IV)
42. Endang Srikarti Handayani (Jateng V)
43. Iqbal Wibisono (Jateng VI)
44. Bambang Soesatyo (Jateng VII)
45. Dito Ganindito (Jateng VIII)
46. Agung Widyantoro (Jateng IX)
47. Budi Supriaynto (Jateng X)
48. Siti Hedianti Soeharto (DIY)
49. Adies Kadir (Jatim I)
50. Mukhamad Misbakhun (Jatim II)
51. Hardisoesilo (Jatim III)
52. Muhammad Mur Purnamasidi (Jatim IV)
53. Ridwan Hisjam (Jatim V)
54. Sarmuji (Jatim VI)
55. Gatot Sudjito (Jatim VII)
56. Mohamad Suryo (jatim VIII)
57. Yudha (Jatim IX)
58. Eni Maulani (Jatim X)
59. Zainuddin Amali (Jatim XI)
60. Zulfadhli (Kalbar)
61. Agati Sulie Mahyudin (Kalteng)
62. Ahmad Noor Supit (Kalsel I)
63. Indro Hananto (Kalsel I)
64. Hasnuryadi Sulaiman (Kalsel II)
65. Mahyudin (Kaltim)
66. Neni Moerniaeni (Kaltim)
67. Aditya Anugerah Moha (Sulut)
68. Muhidin Muhammad Said (Sulteng)
69. Hamka B Kady (Sulsel I)
70. Syamsul Bachri (Sulsel II)
71. Andri Rio Idris Padjalangi (Sulsel II)
72. Markus Nari (Sulsel III)
73. Andi Fauziah Pujiwatie Hatta (Sulsel III)
74. Fadel Muhammad (Gorontalo)
75. Roem Kono (Gorontalo)
76. Enny Anggraeni Anwar (Gorontalo)
77. Andika Hazrumy (Banten I)
78. Yayat Y Biaro (Banten II)
79. Andi Achmad Dara (Banten III)
80. Gde Sumarjaya Linggih (Bali)
81. AA Bagus Adhi Mahendra Putra (Bali)
82. Muhammad Lutfi (NTB)
83. Melchias Markus Mekeng (NTT I)
84. Setya Novanto (NTT II)
85. Charles J Mesang (NTT II)
86. Edison Betaubun (Maluku)
87. Saiful Bahri Ruray (Maluku Utara)
88. Elion Numberi (Papua)
89. Robert Joppy Kardinal (Papua Barat)
90. Kahar Muzakir (Riau I)
91. Ridwan Bae (Sultra)
3. Partai Gerindra
1. Fadhullah (Aceh I)
2. Khaidir (Aceh II)
3. Muhammad Syafii (Sumut I)
4. Gus Irawan Pasaribu (Sumut II)
5. Suasana Dachi (Sumut II)
6. Martin Hutabarat (Sumut III)
7. Sursyam (Sumbar I)
8. Ade Rezki Pratama (Sumbar II)
9. Rita Zahara (Riau I)
10. Nurhaedi alias Eddy Tanjung (Riau II)
11. Sutan Adil Hendra (Jambi)
12. Edhy Prabowo (Sumsel I)
13. Sri Meliyana (Sumsel II)
14. Susi Markely Bachsin (Bengkulu)
15. Ahmad Muzani (Lampung I)
16. Dwita Ria Gunadi (Lampung II)
17. Asril Hamzah Tanjung (DKI I)
18. Biem Triani Benjamin (DKI II)
19. Aryo Djojohadikusumo (DKI III)
20. Sodik Mudjahid (Jabar I)
21. Rachel Maryam (Jabar II)
22. Ahmad Riza Oatria (Jabar III)
23. Heri Gunawan (Jabar IV)
24. Fadli Zon (Jabar V)
25. Nuroji (Jabar VI)
26. Putih Sari (Jabar VII)
27. Kardaya Warnika (Jabar VIII)
28. Sutisna (Jabar IX)
29. Subarna (Jabar XI)
30. Jamal Mirdad (Jateng I)
31. Abdul Wachid (Jateng II)
32. Sri Wulan (Jateng III)
33. Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (Jateng IV)
34. Bambang Riyanto (Jateng V)
35. Harry Pernomo (Jateng V)
36. Darori Wonodipuro (Jateng VII)
37. Novita Wijayanti (Jateng VIII)
38. Mohamad Hekal (Jateng IX)
39. Ramson Siagian (Jateng X)
40. Andika Pandu Puragabaya (DIY)
41. Bambang Haryo Soekartono (Jatim I)
42. Soeprayitno (Jatim II)
43. Sumail Abdullah (Jatim III)
44. Bambang Haryadi (Jatim IV)
45. Moreno Suprapto (Jatim V)
46. Endro Hermono (Jatim VI)
47. Supriyanto (Jatim VII)
48. Sareh Wiyono (Jatim VIII)
49. Wihadi Wiyanto (Jatim IX)
50. Khilmi (Jatim X)
51. Mohamad Nizar Zahro (Jatim XI)
52. Katherine Oenden (Kalbar)
53. Iwan Kurniawan (Kalteng)
54. Saiful Rasyid (Kalsel I)
55. Sjachrani Mataja (Kalsel II)
56. Luther Kombong (Kaltim)
57. Weny Waraue (Sulut)
58. Supratman Andi Agtas (Sulteng)
59. Azikin Solthan (Sulsel I)
60. Andi Iwan Darmawan Aras (Sulsel II)
61. Andi Nawir (Sulsel III)
62. Haerul Saleh (Sultra)
63. Elnino M Husein Mohi (Gorontalo)
64. Ruskati Ali Baal (Sulbar)
65. Anda (Banten I)
66. Desmond Junaidi Mahesa (Banten II)
67. Sufmi Dasco Ahmad (Banten III)
68. Ida Bagus Putu Sukarta (Bali)
69. Willgo Zainar (NTB)
70. Pius Lustrilanang (NTT I)
71. Fary Djemi Francis (NTT II)
72. Amrullah Amri Tuasikal (Maluku)
73. Roberth Rouw (Papua)
2. Khaidir (Aceh II)
3. Muhammad Syafii (Sumut I)
4. Gus Irawan Pasaribu (Sumut II)
5. Suasana Dachi (Sumut II)
6. Martin Hutabarat (Sumut III)
7. Sursyam (Sumbar I)
8. Ade Rezki Pratama (Sumbar II)
9. Rita Zahara (Riau I)
10. Nurhaedi alias Eddy Tanjung (Riau II)
11. Sutan Adil Hendra (Jambi)
12. Edhy Prabowo (Sumsel I)
13. Sri Meliyana (Sumsel II)
14. Susi Markely Bachsin (Bengkulu)
15. Ahmad Muzani (Lampung I)
16. Dwita Ria Gunadi (Lampung II)
17. Asril Hamzah Tanjung (DKI I)
18. Biem Triani Benjamin (DKI II)
19. Aryo Djojohadikusumo (DKI III)
20. Sodik Mudjahid (Jabar I)
21. Rachel Maryam (Jabar II)
22. Ahmad Riza Oatria (Jabar III)
23. Heri Gunawan (Jabar IV)
24. Fadli Zon (Jabar V)
25. Nuroji (Jabar VI)
26. Putih Sari (Jabar VII)
27. Kardaya Warnika (Jabar VIII)
28. Sutisna (Jabar IX)
29. Subarna (Jabar XI)
30. Jamal Mirdad (Jateng I)
31. Abdul Wachid (Jateng II)
32. Sri Wulan (Jateng III)
33. Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (Jateng IV)
34. Bambang Riyanto (Jateng V)
35. Harry Pernomo (Jateng V)
36. Darori Wonodipuro (Jateng VII)
37. Novita Wijayanti (Jateng VIII)
38. Mohamad Hekal (Jateng IX)
39. Ramson Siagian (Jateng X)
40. Andika Pandu Puragabaya (DIY)
41. Bambang Haryo Soekartono (Jatim I)
42. Soeprayitno (Jatim II)
43. Sumail Abdullah (Jatim III)
44. Bambang Haryadi (Jatim IV)
45. Moreno Suprapto (Jatim V)
46. Endro Hermono (Jatim VI)
47. Supriyanto (Jatim VII)
48. Sareh Wiyono (Jatim VIII)
49. Wihadi Wiyanto (Jatim IX)
50. Khilmi (Jatim X)
51. Mohamad Nizar Zahro (Jatim XI)
52. Katherine Oenden (Kalbar)
53. Iwan Kurniawan (Kalteng)
54. Saiful Rasyid (Kalsel I)
55. Sjachrani Mataja (Kalsel II)
56. Luther Kombong (Kaltim)
57. Weny Waraue (Sulut)
58. Supratman Andi Agtas (Sulteng)
59. Azikin Solthan (Sulsel I)
60. Andi Iwan Darmawan Aras (Sulsel II)
61. Andi Nawir (Sulsel III)
62. Haerul Saleh (Sultra)
63. Elnino M Husein Mohi (Gorontalo)
64. Ruskati Ali Baal (Sulbar)
65. Anda (Banten I)
66. Desmond Junaidi Mahesa (Banten II)
67. Sufmi Dasco Ahmad (Banten III)
68. Ida Bagus Putu Sukarta (Bali)
69. Willgo Zainar (NTB)
70. Pius Lustrilanang (NTT I)
71. Fary Djemi Francis (NTT II)
72. Amrullah Amri Tuasikal (Maluku)
73. Roberth Rouw (Papua)
4. Partai Demokrat
1. Teuku Riefky Harsya (Aceh I)
2. Muslim (Aceh II)
3. Ruhut “Poltak” Sitompul (Sumut I)
4. Rooslynda Marpaung (Sumut II)
5. Rudi Hartono Bangun (Sumut III)
6. Darizal Basir (Sumbar I)
7. Mulyadi (Sumbar II)
8. Sutan Sukarnotomo (Riau I)
9. Muhammad Nasir (Riau II)
10. Zulfikar (Jambi)
11. Syofwatillah Muzaib (Sumsel I)
12. Wahyu Sanjaya (Sumsel II)
13. Zulkifli Anwar (Lampung I)
14. Marwan Cik Asan (Lampung II)
15. Eko Wijaya (Babel)
16. Dwi Astuti Wulandari (DKI I)
17. Melani Leimana Suharli (DKI II)
18. Agung Budi Santoso (Jabar I)
19. Dede Yusuf Macan Effendi (Jabar II)
20. Syarifuddin Hasan (Jabar III)
21. Anton Sukartono Suratto (Jabar V)
22. Saan Mustopa (Jabar VII)
23. Herman Khaeron (Jabar VIII)
24. Linda Megawati (Jabar IX)
25. Amin Santono (Jabar X)
26. Siti Mufattanah (Jabar XI)
27. Agus Hermanto (Jateng I)
28. Djoko Udjianto (Jateng III)
29. Rinto Subekti (Jateng IV)
30. Khatibul Umam Wiranu (Jateng VIII)
31. Ambar Tjahyono (DIY)
32. Fandi Utomo (Jatim I)
33. Evi Zainal Abidin (Jatim II)
34. Azam Azman Natawijana (Jatim III)
35. Ayub Khan (Jatim IV)
36. Nurhayati Ali Assegaf (Jatim V)
37. Venna Melinda (Jatim VI)
38. Edhie Baskoro Yudhoyono (Jatim VII)
39. Sartono (Jatim VII)
40. Guntur Sasono (Jatim VIII)
41. Didik Mukrianto (Jatim IX)
42. Mat Nasir (Jatim XI)
43. Erma Suryani Ranik (Kalbar)
44. Norbaeti Isran Noor (Kaltim)
45. EE Mangindaan (Sulut)
46. Verna Gladies Merry Inkiriwang (Sulteng)
47. Aliyah Mustika Ilham (Sulsel I)
48. Muhammad Nasyit Umar (Selsel I)
49. Bahru Daido (Sulsel III)
50. Sali Mengga (Sulbar)
51. Vivi Sumantri Jayabaya (Banten I)
52. Wahidin Halim (Banten III)
53. Jero Wacik (Bali)
54. I Putu Sudiartana (Bali)
55. Syamsul Luthfi (NTB)
56. Benny Kabur Harman (NTT I)
57. Jefirstson R Riwu Kore (NTT II)
58. Libert Kristo ibo (Papua)
59. Willan Wandik (Papua)
60. Michael Watimena (Papua Barat)
61. Umar Arsal (Sultra)
2. Muslim (Aceh II)
3. Ruhut “Poltak” Sitompul (Sumut I)
4. Rooslynda Marpaung (Sumut II)
5. Rudi Hartono Bangun (Sumut III)
6. Darizal Basir (Sumbar I)
7. Mulyadi (Sumbar II)
8. Sutan Sukarnotomo (Riau I)
9. Muhammad Nasir (Riau II)
10. Zulfikar (Jambi)
11. Syofwatillah Muzaib (Sumsel I)
12. Wahyu Sanjaya (Sumsel II)
13. Zulkifli Anwar (Lampung I)
14. Marwan Cik Asan (Lampung II)
15. Eko Wijaya (Babel)
16. Dwi Astuti Wulandari (DKI I)
17. Melani Leimana Suharli (DKI II)
18. Agung Budi Santoso (Jabar I)
19. Dede Yusuf Macan Effendi (Jabar II)
20. Syarifuddin Hasan (Jabar III)
21. Anton Sukartono Suratto (Jabar V)
22. Saan Mustopa (Jabar VII)
23. Herman Khaeron (Jabar VIII)
24. Linda Megawati (Jabar IX)
25. Amin Santono (Jabar X)
26. Siti Mufattanah (Jabar XI)
27. Agus Hermanto (Jateng I)
28. Djoko Udjianto (Jateng III)
29. Rinto Subekti (Jateng IV)
30. Khatibul Umam Wiranu (Jateng VIII)
31. Ambar Tjahyono (DIY)
32. Fandi Utomo (Jatim I)
33. Evi Zainal Abidin (Jatim II)
34. Azam Azman Natawijana (Jatim III)
35. Ayub Khan (Jatim IV)
36. Nurhayati Ali Assegaf (Jatim V)
37. Venna Melinda (Jatim VI)
38. Edhie Baskoro Yudhoyono (Jatim VII)
39. Sartono (Jatim VII)
40. Guntur Sasono (Jatim VIII)
41. Didik Mukrianto (Jatim IX)
42. Mat Nasir (Jatim XI)
43. Erma Suryani Ranik (Kalbar)
44. Norbaeti Isran Noor (Kaltim)
45. EE Mangindaan (Sulut)
46. Verna Gladies Merry Inkiriwang (Sulteng)
47. Aliyah Mustika Ilham (Sulsel I)
48. Muhammad Nasyit Umar (Selsel I)
49. Bahru Daido (Sulsel III)
50. Sali Mengga (Sulbar)
51. Vivi Sumantri Jayabaya (Banten I)
52. Wahidin Halim (Banten III)
53. Jero Wacik (Bali)
54. I Putu Sudiartana (Bali)
55. Syamsul Luthfi (NTB)
56. Benny Kabur Harman (NTT I)
57. Jefirstson R Riwu Kore (NTT II)
58. Libert Kristo ibo (Papua)
59. Willan Wandik (Papua)
60. Michael Watimena (Papua Barat)
61. Umar Arsal (Sultra)
5. Partai Amanat Nasional
1. Muslim Ayub (Aceh I)
2. Mulfachri Harahap (Sumut I)
3. Saleh Partaonan Daulay (Sumut II)
4. Nasril Bahar (Sumut III)
5. Muhammad Asli Chaidir (Sumbar I)
6. Jon Erizal (Riau I)
7. A Bakrie (Jambi)
8. Hafisz Tohir (Sumsel I)
9. Hanna Gayatri (Sumsel II)
10. Dewi Coryati (Bengkulu)
11. Zulkifli Hasan (Lampung I)
12. Alimin Abdullah (Lampung II)
13. Asman Abnur (Kepri)
14. Dessy Ratnasari (Jabar IV)
15. Primus Yustisio (Jabar V)
16. Lucky Hakim (Jabar VI)
17. Daeng Muhammad (Jabar VII)
18. Budi Youyastri (Jabar X)
19. Haerudin (Jabar XI)
20. Yayuk Basuki (Jateng I)
21. Laila Istiana (Jateng IV)
22. MOhammad Hatta (Jateng V)
23. Tjatur Sapto Edy (Jateng VI)
24. Taufik Kurniawan (Jateng VII)
25. Ammy Amalia Fatma Surya (Jateng VIII)
26. Teguh Juwarno (Jateng IX)
27. Andriyanto Johan Syah (Jateng X)
28. Hanafi Rais (DIY)
29. Sungkono (Jatim I)
30. Anang Hermansyah (Jatim IV)
31. Totok Daryanto (Jatim V)
32. Riski Sadig (Jatim VI)
33. Eko Hendro Purnomo (Jatim VIII)
34. Kuswiyanto (Jateng IX)
35. Viva Yoga Mauladi (Jatim X)
36. Sukiman (Kalbar)
37. Hang Ali Saputra Syah Pahan (Kalteng)
38. Yasti Soepredjo Mokoagow (Sulut)
39. Indira Chundathita Syahrul (Sulsel I)
40. Andi Taufan Tiro (Sulsel II)
41. Amran (Sulsel III)
42. Asnawati Hasan (Sultra)
43. Yandri Susanto (Banten II)
44. Ali Taher (Banten III)
45. Muhammad Syafrudin (NTB)
46. Laurens Bahang Dama (NTT I)
47. Jamaludin Jafar (Papua)
48. Ahmad Najib Qodratullah (Jabar II)
49. Mohammad Yamn Tawary (Maluku Utara)
2. Mulfachri Harahap (Sumut I)
3. Saleh Partaonan Daulay (Sumut II)
4. Nasril Bahar (Sumut III)
5. Muhammad Asli Chaidir (Sumbar I)
6. Jon Erizal (Riau I)
7. A Bakrie (Jambi)
8. Hafisz Tohir (Sumsel I)
9. Hanna Gayatri (Sumsel II)
10. Dewi Coryati (Bengkulu)
11. Zulkifli Hasan (Lampung I)
12. Alimin Abdullah (Lampung II)
13. Asman Abnur (Kepri)
14. Dessy Ratnasari (Jabar IV)
15. Primus Yustisio (Jabar V)
16. Lucky Hakim (Jabar VI)
17. Daeng Muhammad (Jabar VII)
18. Budi Youyastri (Jabar X)
19. Haerudin (Jabar XI)
20. Yayuk Basuki (Jateng I)
21. Laila Istiana (Jateng IV)
22. MOhammad Hatta (Jateng V)
23. Tjatur Sapto Edy (Jateng VI)
24. Taufik Kurniawan (Jateng VII)
25. Ammy Amalia Fatma Surya (Jateng VIII)
26. Teguh Juwarno (Jateng IX)
27. Andriyanto Johan Syah (Jateng X)
28. Hanafi Rais (DIY)
29. Sungkono (Jatim I)
30. Anang Hermansyah (Jatim IV)
31. Totok Daryanto (Jatim V)
32. Riski Sadig (Jatim VI)
33. Eko Hendro Purnomo (Jatim VIII)
34. Kuswiyanto (Jateng IX)
35. Viva Yoga Mauladi (Jatim X)
36. Sukiman (Kalbar)
37. Hang Ali Saputra Syah Pahan (Kalteng)
38. Yasti Soepredjo Mokoagow (Sulut)
39. Indira Chundathita Syahrul (Sulsel I)
40. Andi Taufan Tiro (Sulsel II)
41. Amran (Sulsel III)
42. Asnawati Hasan (Sultra)
43. Yandri Susanto (Banten II)
44. Ali Taher (Banten III)
45. Muhammad Syafrudin (NTB)
46. Laurens Bahang Dama (NTT I)
47. Jamaludin Jafar (Papua)
48. Ahmad Najib Qodratullah (Jabar II)
49. Mohammad Yamn Tawary (Maluku Utara)
6. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
1. Irmawan (Aceh I)
2. Marwan Dasopang (Sumut II)
3. Muhammad Lukman Edi (Riau II)
4. Handayani (Jambi)
5. Bertu Merlas (Sumsel II)
6. Musa Zainuddin (Lampung I)
7. Chusnunia Chalim (Lampung II)
8. Cucun AhmaD Syamsurizal (Jabar II)
9. Neng Eem Marhamah Zulfais (Jabar III)
10. Krisna Mukti (Jabar VII)
11. Dedi Wahidi (Jabar VIII)
12. Maman Imanul (Kabar IX)
13. Yanuar Prihatin (Jabar X)
14. Acep Adang Ruhiat (Jabar XI)
15. Alamudin Dimyati Rois (Jateng I)
16. Fathan (Jateng II)
17. Marwan Jafar (Jateng III)
18. Mohammad Toha (Jateng V)
19. Abdul Kadir Kading (Jateng VI)
20. Taufiq Abdullah (Jateng VII)
21. Siti Mukaromah (Jateng VIII)
22. Bachrudin Nasori (Jateng IX)
23. Muhammad Danif Dhakiri (Jateng X)
24. Bisri Romly (Jateng X)
25. Agus Sulistyono (DIY)
26. Sukamta (DIY)
27. Imam Nahrawi (Jatim I)
28. Syaikhul Islam (Jatim I)
29. Abdul Malik Haramain (Jatim II)
30. Nihayatul Wafiroh (Jatim III)
31. Nasim Khan (Jatim III)
32. Syaiful Bahri Ansori (jatim IV)
33. Hadi Zainal Abidin (Jatim IV)
34. Lathifah Shohib (Jatim V)
35. An’im F Mahrus (Jatim VI)
36. Ibnu Multazam (Jatim VII)
37. Abdul Muhaimin Iskandar (VIII)
38. Ida Fauziah (Jatim VIII)
39. Anna Muawanah (Jatim IX)
40. Jazilul Fawaid (Jatim X)
41. Kholilurrahman (Jatim XI)
42. Daniel Johan (Kalbar)
43. Zainul Arifin Noor (Kalsel I)
44. HM Zairulah Azhar (Kalsel II)
45. Siti Masrifah (Banten III)
46. Helmy Faishal Zaini (NTB)
47. Rohani (Maluku)
2. Marwan Dasopang (Sumut II)
3. Muhammad Lukman Edi (Riau II)
4. Handayani (Jambi)
5. Bertu Merlas (Sumsel II)
6. Musa Zainuddin (Lampung I)
7. Chusnunia Chalim (Lampung II)
8. Cucun AhmaD Syamsurizal (Jabar II)
9. Neng Eem Marhamah Zulfais (Jabar III)
10. Krisna Mukti (Jabar VII)
11. Dedi Wahidi (Jabar VIII)
12. Maman Imanul (Kabar IX)
13. Yanuar Prihatin (Jabar X)
14. Acep Adang Ruhiat (Jabar XI)
15. Alamudin Dimyati Rois (Jateng I)
16. Fathan (Jateng II)
17. Marwan Jafar (Jateng III)
18. Mohammad Toha (Jateng V)
19. Abdul Kadir Kading (Jateng VI)
20. Taufiq Abdullah (Jateng VII)
21. Siti Mukaromah (Jateng VIII)
22. Bachrudin Nasori (Jateng IX)
23. Muhammad Danif Dhakiri (Jateng X)
24. Bisri Romly (Jateng X)
25. Agus Sulistyono (DIY)
26. Sukamta (DIY)
27. Imam Nahrawi (Jatim I)
28. Syaikhul Islam (Jatim I)
29. Abdul Malik Haramain (Jatim II)
30. Nihayatul Wafiroh (Jatim III)
31. Nasim Khan (Jatim III)
32. Syaiful Bahri Ansori (jatim IV)
33. Hadi Zainal Abidin (Jatim IV)
34. Lathifah Shohib (Jatim V)
35. An’im F Mahrus (Jatim VI)
36. Ibnu Multazam (Jatim VII)
37. Abdul Muhaimin Iskandar (VIII)
38. Ida Fauziah (Jatim VIII)
39. Anna Muawanah (Jatim IX)
40. Jazilul Fawaid (Jatim X)
41. Kholilurrahman (Jatim XI)
42. Daniel Johan (Kalbar)
43. Zainul Arifin Noor (Kalsel I)
44. HM Zairulah Azhar (Kalsel II)
45. Siti Masrifah (Banten III)
46. Helmy Faishal Zaini (NTB)
47. Rohani (Maluku)
7. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
1. Nasir Djamil (Aceh I)
2. Tifatul Sembiring (Sumut I)
3. Iskan Qolba Lubis (Sumut II)
4. Ansory Siregar (Sumut III)
5. Hermanto (Sumbar I)
6. Refrizal (Sumbar II)
7. Chairul Anwar (Riau I)
8. Ihsan Yunus (Jambi)
9. Mustafa Kamal (Sumsel I)
10. Mohammad Iqbal Romzi (Sumsel II)
11. Almuzzamil Yusuf (Lampung I)
12. Abdul Hakim (Lampung II)
13. Ahmad Zainuddin (DKI I)
14. Hidayat Nur Wahid (DKI II)
15. Adang Daradjatun (DKI III)
16. Ledia Hanifa Amaliah (Jabar I)
17. Mamur Hasanuddin (Jabar II)
18. Ecky Awal Mucharam (Jabar III)
19. Yudi Widiana Adia (Jabar IV)
20. TB Soemandjaja (Jabar v)
21. Mahfudz Abdurrahman (Jabar VI)
22. Sa’Duddin (Jabar VII)
23. Mahfudz Siddiq (Jabar VIII)
24. Nur Hasan Zaidi (Jabar IX)
25. Surahman Hidayat (Jabar X)
26. Muhamad Sohibul iman (Jabar XI)
27. Gamari (Jateng III)
28. Hamid Noor Yasin (Jateng IV)
29. Abdul Kharis Almasyari (Jateng V)
30. Abdul Fikri (Jateng IX)
31. Sigit Sosiantomo (Jatim I)
32. Rofi Munawar (Jatim VII)
33. Habib Aboe Bakar Alhabsyi (Kalsel I)
34. Hadi Mulyadi (Kaltim)
35. Tamsil Linrung (Sulsel I)
36. Andi Akmal Pasludin (Sulsel II)
37. Zulkieflimansyah (Banten II)
38. Jazuli Juwaini (Banten III)
39. Fahri Hamzah (NTB)
40. Peggi Patrisia Pattipi (Papua)
2. Tifatul Sembiring (Sumut I)
3. Iskan Qolba Lubis (Sumut II)
4. Ansory Siregar (Sumut III)
5. Hermanto (Sumbar I)
6. Refrizal (Sumbar II)
7. Chairul Anwar (Riau I)
8. Ihsan Yunus (Jambi)
9. Mustafa Kamal (Sumsel I)
10. Mohammad Iqbal Romzi (Sumsel II)
11. Almuzzamil Yusuf (Lampung I)
12. Abdul Hakim (Lampung II)
13. Ahmad Zainuddin (DKI I)
14. Hidayat Nur Wahid (DKI II)
15. Adang Daradjatun (DKI III)
16. Ledia Hanifa Amaliah (Jabar I)
17. Mamur Hasanuddin (Jabar II)
18. Ecky Awal Mucharam (Jabar III)
19. Yudi Widiana Adia (Jabar IV)
20. TB Soemandjaja (Jabar v)
21. Mahfudz Abdurrahman (Jabar VI)
22. Sa’Duddin (Jabar VII)
23. Mahfudz Siddiq (Jabar VIII)
24. Nur Hasan Zaidi (Jabar IX)
25. Surahman Hidayat (Jabar X)
26. Muhamad Sohibul iman (Jabar XI)
27. Gamari (Jateng III)
28. Hamid Noor Yasin (Jateng IV)
29. Abdul Kharis Almasyari (Jateng V)
30. Abdul Fikri (Jateng IX)
31. Sigit Sosiantomo (Jatim I)
32. Rofi Munawar (Jatim VII)
33. Habib Aboe Bakar Alhabsyi (Kalsel I)
34. Hadi Mulyadi (Kaltim)
35. Tamsil Linrung (Sulsel I)
36. Andi Akmal Pasludin (Sulsel II)
37. Zulkieflimansyah (Banten II)
38. Jazuli Juwaini (Banten III)
39. Fahri Hamzah (NTB)
40. Peggi Patrisia Pattipi (Papua)
8. Partai Persatuan Pembangunan
1. Anwar Idris (Aceh II)
2. Hasrul Anwar (Sumut I)
3. Fadly Nurzal (Sumut III)
4. Epyardi Asda (Smbar I)
5. Muhammad Iqbal (Sumbar II)
6. Elviana (Jambi)
7. Achmad Fauzan (DKI I)
8. Okky Asokawati (DKI II)
9. Achmad Dimyati Natakusumah (DKI III)
10. Joko Purwanto (Jabar III)
11. Reni Marlinawati (Jabar IV)
12. Achmad Farial (Jabar V)
13. Wardatul Asriah (Jabar VII)
14. Dony Ahmad Munir (Jabar IX)
15. Asep Maoshul Affandy (Jabar X)
16. Nurhayati (Jabar XI)
17. Muchlisin (Jateng II)
18. Mohammad Arwani Thomafi (Jateng III)
19. Lukman Hakim Syaifuddin (Jateng VI)
20. Muchammad Romahurmuziy (Jateng VII)
21. Achmad Mustaqim (Jateng VIII)
22. Zainut Tauhid (Jateng IX)
23. Arsul Sani (Jateng X)
24. Mustofa Assegaf (Jatim II)
25. SY Anas Thahir (Jatim III)
26. Iskandar Syaichu (Jatim X)
27. Fanny Safriansyah (Jatim XI)
28. Usman Ja’far (Kalbar)
29. Syaifullah Tamliha (Kalsel I)
30. Aditya Mufthi Ariffin (Kalsel II)
31. Kasriyah (Kaltim)
32. Amir Uskara (Sulsel I)
33. Andi Muhammad Galib (Sulsel II)
34. Fatmawati Rusdi (Sulsel III)
35. Amirul Tamim (Sultra)
36. Irna Narulita (Banten I)
37. Kartika Yudhisti (Banten II)
38. Irgan Chairul Mahfiz (Banten III)
39. Ermalena (NTB)
2. Hasrul Anwar (Sumut I)
3. Fadly Nurzal (Sumut III)
4. Epyardi Asda (Smbar I)
5. Muhammad Iqbal (Sumbar II)
6. Elviana (Jambi)
7. Achmad Fauzan (DKI I)
8. Okky Asokawati (DKI II)
9. Achmad Dimyati Natakusumah (DKI III)
10. Joko Purwanto (Jabar III)
11. Reni Marlinawati (Jabar IV)
12. Achmad Farial (Jabar V)
13. Wardatul Asriah (Jabar VII)
14. Dony Ahmad Munir (Jabar IX)
15. Asep Maoshul Affandy (Jabar X)
16. Nurhayati (Jabar XI)
17. Muchlisin (Jateng II)
18. Mohammad Arwani Thomafi (Jateng III)
19. Lukman Hakim Syaifuddin (Jateng VI)
20. Muchammad Romahurmuziy (Jateng VII)
21. Achmad Mustaqim (Jateng VIII)
22. Zainut Tauhid (Jateng IX)
23. Arsul Sani (Jateng X)
24. Mustofa Assegaf (Jatim II)
25. SY Anas Thahir (Jatim III)
26. Iskandar Syaichu (Jatim X)
27. Fanny Safriansyah (Jatim XI)
28. Usman Ja’far (Kalbar)
29. Syaifullah Tamliha (Kalsel I)
30. Aditya Mufthi Ariffin (Kalsel II)
31. Kasriyah (Kaltim)
32. Amir Uskara (Sulsel I)
33. Andi Muhammad Galib (Sulsel II)
34. Fatmawati Rusdi (Sulsel III)
35. Amirul Tamim (Sultra)
36. Irna Narulita (Banten I)
37. Kartika Yudhisti (Banten II)
38. Irgan Chairul Mahfiz (Banten III)
39. Ermalena (NTB)
9. Partai Nasional Demokrat
1. Bachtiar Aly (Aceh I)
2. Zulfan Lindan (Aceh II)
3. Prananda Surya Paloh (Sumut I)
4. Sahat Silaban (Sumut II)
5. Ali Umri (Sumut III)
6. Endre Saifoel (Sumbar I)
7. Irma Suryani (Sumsel II)
8. Patrice Rio Capella (Bengkulu)
9. Tamanuri (Lampung II)
10. Nyat Kadir (Kepri)
11. Ahmad Sahroni (DKI III)
12. Mayjen Supiadin Aries (Jabar XI)
13. Fadholi (Jateng I)
14. Prasetyo (Jateng II)
15. Donny Imam Priambodo (Jateng III)
16. Choirul Muna (Jateng VI)
17. Amelia Anggraini (Jateng VII)
18. Hasan Aminuddin (Jatim II)
19. Taufiqulhadi (Jatim IV)
20. Kresna Dewananta Phrosakh (Jatim V)
21. Mohammad Mahardika Suprapto (Jatim VI)
22. Yayuk Sri Rahayningsih (Jatim VII)
23. Soehartono (Jatim VIII)
24. Slamet Junaedi (Jatim XI)
25. Syarif Abdullah (Kalbar)
26. Hamdani (Kalteng)
27. Achmad Amins (Kaltim)
28. Ahmad Ali (Sulteng)
29. Akbar Faizal (Sulsel II)
30. M. Luthfi A. Mutty (Sulsel III)
31. Try Murni (Banten I)
32. Kurtubi (NTB)
33. Johnny G. Plate (NTT I)
34. Viktor Buntilu Laiskodat (NTT II)
35. Sulaiman L Hamzah (Papua)
2. Zulfan Lindan (Aceh II)
3. Prananda Surya Paloh (Sumut I)
4. Sahat Silaban (Sumut II)
5. Ali Umri (Sumut III)
6. Endre Saifoel (Sumbar I)
7. Irma Suryani (Sumsel II)
8. Patrice Rio Capella (Bengkulu)
9. Tamanuri (Lampung II)
10. Nyat Kadir (Kepri)
11. Ahmad Sahroni (DKI III)
12. Mayjen Supiadin Aries (Jabar XI)
13. Fadholi (Jateng I)
14. Prasetyo (Jateng II)
15. Donny Imam Priambodo (Jateng III)
16. Choirul Muna (Jateng VI)
17. Amelia Anggraini (Jateng VII)
18. Hasan Aminuddin (Jatim II)
19. Taufiqulhadi (Jatim IV)
20. Kresna Dewananta Phrosakh (Jatim V)
21. Mohammad Mahardika Suprapto (Jatim VI)
22. Yayuk Sri Rahayningsih (Jatim VII)
23. Soehartono (Jatim VIII)
24. Slamet Junaedi (Jatim XI)
25. Syarif Abdullah (Kalbar)
26. Hamdani (Kalteng)
27. Achmad Amins (Kaltim)
28. Ahmad Ali (Sulteng)
29. Akbar Faizal (Sulsel II)
30. M. Luthfi A. Mutty (Sulsel III)
31. Try Murni (Banten I)
32. Kurtubi (NTB)
33. Johnny G. Plate (NTT I)
34. Viktor Buntilu Laiskodat (NTT II)
35. Sulaiman L Hamzah (Papua)
10. Partai Hati Nurani Rakyat
1. Nurdin Tampubolon (Sumut I)
2. Rufinus Hotmaulana Hutauruk (Sumut II)
3. Samsudin Siregar (Sumut III)
4. Fauzih Amro (Sumsel I)
5. Frans Agung Mulia Putra (Lampung I)
6. Moh. Arief Suditomo (Jabar I)
7. Dadang Rusdiana (Jabar II)
8. Djoni Rolindrawan (Jabar III)
9. Miryam S. Haryani (Jabar VIII)
10. Dossy Iskandar Prasetyo (Jatim VIII)
11. M. Farid Alfauzi (Jatim XI)
12. Inas Nasrullah Zubir (Banten III)
13. Lalu Gede Syamsul Mujahidin (NTB)
14. Saleh Husin (NTT II)
15. Sarifuddin Suding (Sulteng)
16. Dewie Yasin limpo (Sulsel I)
2. Rufinus Hotmaulana Hutauruk (Sumut II)
3. Samsudin Siregar (Sumut III)
4. Fauzih Amro (Sumsel I)
5. Frans Agung Mulia Putra (Lampung I)
6. Moh. Arief Suditomo (Jabar I)
7. Dadang Rusdiana (Jabar II)
8. Djoni Rolindrawan (Jabar III)
9. Miryam S. Haryani (Jabar VIII)
10. Dossy Iskandar Prasetyo (Jatim VIII)
11. M. Farid Alfauzi (Jatim XI)
12. Inas Nasrullah Zubir (Banten III)
13. Lalu Gede Syamsul Mujahidin (NTB)
14. Saleh Husin (NTT II)
15. Sarifuddin Suding (Sulteng)
16. Dewie Yasin limpo (Sulsel I)
(sumber: adimuliapradana@twitter, via: sesama wartawan yang ikut kasak-kusuk menembus hujan deras ke KPU sejak 2013 hingga 2014)
(sumber: tribunnews.com / kompas.com / tempo.co (1) / tempo.co (2) / rimanews.com / theglobejournal.com / kaskus.co.id / modifikasi.com / detik.com/ inilah.com/ adimuliapradana@kompasiana & twitter/ wikipedia / icc article created since 15 Dec. 2013, release Jan. 2014)
1 |
Aceh I | Lihat PDF |
2 |
Aceh II | Lihat PDF |
3 |
Sumatera Utara I | Lihat PDF |
4 |
Sumatera Utara II | Lihat PDF |
5 |
Sumatera Utara III | Lihat PDF |
6 |
Sumatera Barat I | Lihat PDF |
7 |
Sumatera Barat II | Lihat PDF |
8 |
Riau I | Lihat PDF |
9 |
Riau II | Lihat PDF |
10 |
Jambi | Lihat PDF |
11 |
Sumatera Selatan I | Lihat PDF |
12 |
Sumatera Selatan II | Lihat PDF |
13 |
Bengkulu | Lihat PDF |
14 |
Lampung I | Lihat PDF |
15 |
Lampung II | Lihat PDF |
16 |
Bangka Belitung | Lihat PDF |
17 |
Kepulauan Riau | Lihat PDF |
18 |
DKI Jakarta I | Lihat PDF |
19 |
DKI Jakarta II | Lihat PDF |
20 |
DKI Jakarta III | Lihat PDF |
21 |
Jawa Barat I | Lihat PDF |
22 |
Jawa Barat II | Lihat PDF |
23 |
Jawa Barat III | Lihat PDF |
24 |
Jawa Barat IV | Lihat PDF |
25 |
Jawa Barat V | Lihat PDF |
26 |
Jawa Barat VI | Lihat PDF |
27 |
Jawa Barat VII | Lihat PDF |
28 |
Jawa Barat VIII | Lihat PDF |
29 |
Jawa Barat IX | Lihat PDF |
30 |
Jawa Barat X | Lihat PDF |
31 |
Jawa Barat XI | Lihat PDF |
32 |
Jawa Tengah I | Lihat PDF |
33 |
Jawa Tengah II | Lihat PDF |
34 |
Jawa Tengah III | Lihat PDF |
35 |
Jawa Tengah IV | Lihat PDF |
36 |
Jawa Tengah V | Lihat PDF |
37 |
Jawa Tengah VI | Lihat PDF |
38 |
Jawa Tengah VII | Lihat PDF |
39 |
Jawa Tengah VIII | Lihat PDF |
40 |
Jawa Tengah IX | Lihat PDF |
41 |
Jawa Tengah X | Lihat PDF |
42 |
DI Yogyakarta | Lihat PDF |
43 |
Jawa Timur I | Lihat PDF |
44 |
Jawa Timur II | Lihat PDF |
45 |
Jawa Timur III | Lihat PDF |
46 |
Jawa Timur IV | Lihat PDF |
47 |
Jawa Timur V | Lihat PDF |
48 |
Jawa Timur VI | Lihat PDF |
49 |
Jawa Timur VII | Lihat PDF |
50 |
Jawa Timur VIII | Lihat PDF |
51 |
Jawa Timur IX | Lihat PDF |
52 |
Jawa Timur X | Lihat PDF |
53 |
Jawa Timur XI | Lihat PDF |
54 |
Banten I | Lihat PDF |
55 |
Banten II | Lihat PDF |
56 |
Banten III | Lihat PDF |
57 |
Bali | Lihat PDF |
58 |
Nusa Tenggara Barat | Lihat PDF |
59 |
Nusa Tenggara Timur I | Lihat PDF |
60 |
Nusa Tenggara Timur II | Lihat PDF |
61 |
Kalimantan Barat | Lihat PDF |
62 |
Kalimantan Tengah | Lihat PDF |
63 |
Kalimantan Selatan I | Lihat PDF |
64 |
Kalimantan Selatan II | Lihat PDF |
65 |
Kalimantan Timur | Lihat PDF |
66 |
Sulawesi Utara | Lihat PDF |
67 |
Sulawesi Tengah | Lihat PDF |
68 |
Sulawesi Selatan I | Lihat PDF |
69 |
Sulawesi Selatan II | Lihat PDF |
70 |
Sulawesi Selatan III | Lihat PDF |
71 |
Sulawesi Tenggara | Lihat PDF |
72 |
Gorontalo | Lihat PDF |
73 |
Sulawesi Barat | Lihat PDF |
74 |
Maluku | Lihat PDF |
75 |
Maluku Utara | Lihat PDF |
76 |
Papua | Lihat PDF |
77 |
Papua Barat | Lihat PDF |
0 Komentar
Berkomentarlah dengan sopan dan santun