
Misteri Kerja Otak dan Menyibak Kerja Otak Dominan Presiden Indonesia
Salah satu organ tubuh yang menakjubkan
dan masih banyak misterinya adalah otak manusia. Otak dengan berat 1
persen dari berat badan manusia berfungsi sangat kompleks dan istimewa.
Di antaranya yang istimewa adalah fungsi
berpikir dan berperilaku, fungsi yang membedakan manusia dengan hewan.
Bahkan otak kita juga miliki kemampuan GPS. Pertanyaannya adalah,
bagaimana menjelaskan hal itu secara ilmiah?
Menguak Kerja Otak
Kemampuan otak mengidentifikasi lokasi,
memetakan, dan menavigasi mungkin bagi orang awam terlihat sesuatu yang
alamiah, wajar, dan tidak perlu penjelasan rumit.
Tiga ilmuwan neurosains mencari
penjelasan ilmiahnya. John O’Keefe, Edvard Moser, dan May-Britt Moser
dianugerahi Hadiah Nobel Kedokteran 2014 atas jasanya itu.
Gabungan temuan O’Keefe dan pasangan suami-istri Moser telah mengungkapkan sistem kerja sel dalam otak yang mirip global positioning system (GPS). Informasi detail terkait dengan lokasi dan lingkungan tempat kita berada akan disimpan.
Sistem dalam otak manusia akan
mengolahnya sehingga seseorang dapat mengingat kembali lokasi yang
pernah dia datangi atau menavigasi jalan mana untuk menuju ke satu
lokasi.
Temuan mereka tersebut telah membuka jalan baru untuk memahami proses kognitif lain, seperti memori, pemikiran, dan perencanaan.
Oleh karena itu, hasil temuan ketiganya
tersebut pun menjadi pijakan awal bagi riset penyakit penurunan fungsi
kognitif selanjutnya, seperti alzheimer.
“Jika kita mengetahui bagaimana otak
seseorang bekerja, kita juga akan punya peluang untuk mengatasi
penyakitnya,” kata O’Keefe yang menggeluti neruosains selama puluhan
tahun.
Dia sangat ingin mengetahui cara kerja
otak manusia—dengan harapan agar dapat mencari jalan keluar yang tepat
bagi penanganan alzheimer.
Pada 1960-an, dia melakukan penelitian dengan menggunakan metode neurofisiologi untuk menjawab keingintahuan tersebut.
Dia merekam sinyal otak dari bagian hippocampus pada tikus. Hasilnya, pada 1971, di London, O’Keefe menemukan sel yang mampu mengidentifikasi lokasi.
Sel tertentu pada hippocampus
akan aktif di tempat tertentu. Sementara sel lain akan aktif di tempat
yang berbeda. Sel ini kemudian akan menciptakan peta lokasi dalam otak
manusia.
Hasil temuan dari John O’Keefe ternyata
merupakan salah satu komponen dari sistem pemosisian dalam otak manusia.
Pada 2005, pasangan Edvard Moser dan May-Britt Moser menemukan sel
saraf lain dalam bagian korteks entorhinal pada tikus yang berperan
dalam pembentukan GPS dalam otak.
Sel mampu menghasilkan sistem koordinat
yang presisi dalam menentukan posisi dan navigasi. Hasil temuan mereka
tersebut mampu melengkapi apa yang sudah ditemukan oleh O’Keefe beberapa
dekade sebelumnya.
Penelitian termutakhir dengan teknik
pencitraan otak manusia—seperti halnya riset pada pasien yang menjalani
bedah saraf—telah menunjukkan bukti bahwa sel lokasi dan sel jaringan
juga terdapat pada manusia.
Menguak Lima Misteri Otak
Beberapa dekade terakhir, para ilmuwan
mulai menguak misteri di balik organ satu ini. Selama berabad-abad, otak
merupakan organ yang menjadi misteri. Hanya berpuluh tahun terakhir,
para ilmuwan mulai menguak misteri di balik organ satu ini. Kecanggihan
teknologi merupakan kuncinya.
Kendati untuk mengerti bagaimana otak
bekerja merupakan hal yang masih harus diteliti hingga kini, ada lima
studi penting yang menguak misteri otak. Sebagai berikut paparannya.
1. Cara memulihkan otak

Misalnya saat terjadi demensia atau
kepikunan, banyak studi menunjukkan adanya plak pada materi abu-abu,
sehingga pengobatan fokus pada daerah tersebut. Namun menurut Atticus
Hainsworth, materi putih dan asupan darah pada otak juga sama
pentingnya.
Warna putih pada bagian tersebut
sebenarnya hasil dari lemak di sekitar akson yang merupakan perpanjangan
tubuh sel saraf untuk membantu komunikasi antarsel. Materi putih pada
otak berpotensi memicu kebocoran pembuluh darah sehingga berperan dalam
meningkatkan risiko demensia.
Hal inilah yang membuat para peneliti
perlu menemukan cara penyembuhan otak yang lebih baik, dengan
mempertimbangan materi abu-abu dan materi putih pada otak.
2. Cara membuat otak jenius

Ilmuwan saraf dari Cambridge University
Barbara Sahakian mengatakan, meskipun penggunakan jangka panjang obat
belum dapat dipastikan aman, namun ada obat tertentu yang dapat
meningkatkan kemampuan otak.
“Sehingga obat cocok digunakan bagi
mereka yang pekerjaannya membutuhkan konsentrasi tinggi seperti dokter
bedah atau pilot,” ujarnya.
Obat tersebut dapat meningkatkan produksi
dopamin dan noradrenalin pada otak yang meningkatkan rasa awas dan
kemampuan kognitif. Manfaatnya pun bisa dirasakan pada siswa-siswa yang
hendak menghadapi ujian.
3. Memanfaatkan alam bawah sadar
Konsentrasi mungkin diperlukan untuk
menyelesaikan tugas, namun alam bawah sadar mungkin juga dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan diri.
Memainkan satu bagian musik yang paling
rumit sekalipun dengan berulang-ulang dapat membantu orang untuk dapat
melakukannya dengan lebih mudah.
Spesialis sel Tania Lisboa yang juga peneliti di Centre for Performance Science, London’s Royal College of Music mengatakan, cara tersebut dapat memindahkan sesuatu dari alam sadar ke alam bawah sadar otak.
Setelah berlatih berkali-kali, otak seorang musisi menyimpan memori tersebut pada bagian belakang otak yang disebut serebelum atau otak kecil.
4. Mimpi
![[Test Your Brain] Hebat! Misteri & Manipulasi Otak Saat Relax](https://indocropcircles.files.wordpress.com/2011/11/tell4thing-blogspot-comlucid-dreamer.jpg?w=249&h=141)
Sebelumnya, bermimpi dipercaya adalah saat jiwa keluar dari tubuh dan kembali lagi saat menjelang waktu terbangun.
Fase tidur REM yang terjadi setiap 90
menit dimulai saat sinyal yang dikirimkan dasar otak mencapai korteks
seberal, lapisan luar otak yang bertanggung jawab pada aktivitas belajar
dan berpikir.
Menurut Profesor Robert Stickgold dari
Beth Israel Deaconess Medical Center for Sleep and Cognition di Boston,
bermimpi merupakan aktivitas yang vital dalam proses pembentukan memori.
5. Mengobati sakit
Namun sebenarnya tanpa bantuan dari
obat-obat pereda rasa sakit, para ahli bedah dapat menggunakan stimulasi
otak untuk memberikan efek dari obat pada pasien.
Teknik tersebut melibatkan elektroda yang dimasukan ke dalam otak.
Area sasaran distimulasi dengan elektroda
yang terhubung dengan alat pacu bertenaga baterei. Melalui operasi
bedah pula, alat tersebut diletakan pada bawah tulang leher pasien.
Pelopor teknik tersebut adalah Prof. Tipu Aziz dari John Radcliffe Hospital
di Oxford mengatakan, stimulasi otak telah digunakan dalam mengobati
penyakit parkinson dan depresi. Kini, metode tersebut juga dikembangkan
untuk penyakit kronis.
Otak Dominan Presiden Indonesia
Psikolog dunia peraih Nobel tahun 1981,
Roger W Sperry, memetakan otak berdasarkan fungsinya menjadi otak kanan
dan kiri. Teori ini beberapa tahun terakhir dibantah oleh para ahli
neurosains karena kedua belahan otak kanan dan kiri adalah satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan dan dibandingkan.
Namun, pada kenyataannya, masih banyak
yang mempercayainya, dengan banyaknya pelatihan atau buku-buku yang
berisi upaya mengaktifkan otak kanan agar seseorang bisa sukses.
Menarik jika mengaplikasikan teori ini
kepada presiden-presiden Indonesia dengan melihat cara pengambilan
keputusan, sifat dan cara berfikir mereka. Lebih dominan menggunakan
otak kiri atau otak kanan? Berikut adalah hasil analisanya:
1. Presiden Soekarno

Hal ini bisa kita lihat pada gagasan
besar tentang falsafah dasar negara dan ide brilian tentang berbangsa
dan bernegara yang merupakan hasil kerja otak kiri.
Namun, sejarah juga menunjukkan betapa
besar peran Presiden Soekarno terhadap karya seni, kemanusiaan, dan
intuisi tajam, serta kreativitas yang menakjubkan.
2. Presiden Soeharto
Saat memerintah selama 32 tahun, ia lebih
mengedepankan pendekatan logis dan penalaran dibandingkan pendekatan
intuisi dan kreativitas.
Beberapa pelanggaran kemanusiaan dan kasus korupsi di masa pemerintahannya juga membuktikan otak kanannya tidak begitu dominan.
3. Presiden BJ Habibie

Maka, pencapaiannya selama menjabat
presiden juga lebih dominan ke arah ilmu pengetahuan dan teknologi
(terutama pesawat terbang), sedangkan intuisi dan seni tidak begitu
menonjol.
4. Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Beberapa keputusan dan ucapannya sering sulit diterima oleh nalar.
Belum lagi sifat kesehariannya yang
humanis, melindungi minoritas dan intuitif serta kemampuannya
memprediksi kejadian masa depan.
5. Presiden Megawati Soekarnoputri
Presiden kelima Megawati Soekarnoputri juga lebih cenderung menggunakan otak kanan dibandingkan otak kiri.
Namun tidak seperti bapaknya, Presiden
pertama Indonesia Soekarno yang bisa menggunakan otak kiri dan kanan
dengan sangat sempurna, sebagai anak Soekarno, Megawati lebih cenderung
menunjukkan ekspresi dan emosi dibandingkan ide yang berlian dan
kreatif.
Sebagai presiden wanita, Megawati sering
menutup diri dan kurang komunikasi dengan masyarakat termasuk bila ada
hal yang menyinggung perasaannya.
6. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Dia sangat detail dan membutuhkan
penalaran yang cermat sebelum memutuskan sesuatu, hal kemudian tampak
sebagai sifat ragu-ragu dan lambat dalam mengambil keputusan penting.
Ini berbeda dengan Habibie yang juga
dominan otak kiri, tetapi lebih cepat dan tanggap dalam merespons setiap
permasalahan penting. Sedangkan SBY sangat hati-hati dan lambat, suatu
kekurangan yang sekaligus menjadi kelebihannya.
7. Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Bersentuhan langsung dengan rakyat menggugah emosi dan intuisi Jokowi untuk menyelesaikan masalah secara cepat dan langsung.
Namun, ada hal yang belum tampak dari
peran otak kanan yaitu munculnya ide besar dan kreativitas tentang
berbangsa dan bernegara. Penampilan Jokowi yang sederhana dan memikat
banyak orang belum ditunjang “ide besar dan kreativitas tinggi” yang
menunjukkan kesempurnaan otak kanan seorang presiden terpilih.
Beruntung Jokowi punya wakil presiden
terpilih Jusuf Kalla yang kemampuan otak kanan dan kirinya berimbang
sehingga bisa menutup kekurangannya.
Otak kanan lebih banyak berfungsi untuk
intuisi, menggambar, emosi, kreativitas, mengenali warna, dan fokus pada
hal global. Otak kiri lebih berfungsi untuk berbahasa, logika, berpikir
kritis, penalaran dan menghitung, dan fokus pada satu titik. Singkatnya
seorang yang dominan otak kiri akan menjadi ilmuwan, otak kanan
cenderung menjadi seniman.
Kita membutuhkan presiden dan wakil
presiden yang mampu mengoptimalkan otak kanan-kiri secara bersamaan dan
bersinergi untuk memecahkan persoalan bangsa yang kompleks dan rumit
ini, serumit misteri susunan otak manusia yang belum banyak terpecahkan.
(Sumber: Kompas / Badrul Munir,
Dokter Spesialis Saraf RS Saiful Anwar; Dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang / Natgeo Indonesia / editor:
IndoCropCircles)
Tes otak anda dengan melihat gambar animasi dibawah ini, otak bagian mana yang lebih dominan?

Jika
anda melihat gambar animasi diatas berputar searah jarum jam, maka saat
ini otak anda yang lebih dominan bekerja adalah otak kanan. Jika gambar
animasi berputar arah sebaliknya, maka saat ini otak anda yang lebih
dominan bekerja adalah otak kiri.
Jika anda melihat gambar animasi diatas
berputar searah jarum jam, maka saat ini otak anda yang lebih dominan
bekerja adalah otak kanan. Jika gambar animasi berputar arah sebaliknya,
maka saat ini otak anda yang lebih dominan bekerja adalah otak kiri.
Video:
1 Komentar
`Thank you for nice information. Please visit our web:
BalasHapussyafiq
syafiq
Berkomentarlah dengan sopan dan santun