Manusia harus memandang pada satu arah yaitu kekuatan mata uang,
sebagaimana yang dilambangkan oleh mata uang satu dolar Amerika – novus
ordo seclorum. Seluruh struktur perekonomian global telah dikuasai oleh
kaum Iluminati / Freemasonry,World Bank dan IMF yang telah menjadi
“Dewa Luficer” ( pembawa cahaya, bintang pagi dan kesempurnaan, penuh
dengan kebijaksanaan, sempurna dalam kecantikan dan membimbing manusia
menuju kesempurnaan sejati).
Menyerukan umat manusia di muka bumi ini menyembah bintang
berlambang ‘666′ untuk menuju millenium baru dan membawa misi yaitu
’satu dunia baru’ – novus ordo seclorum yang akan menyelamatkan manusia
sekaligus menguasainya . Prof. J.S.Malan , seorang ahli ekonomi dari
Universitas Sao Paolo mengatakan : ” Setiap bangsa akan menanggung
hutang yang berat dan mereka tidak akan mampu membayarnya sehingga
mereka menjadi budak yang setia dan patuh terhadap perintah. Kekuatan
IMF sangat absolut sehingga tidak akan ada satu negara pun yang mampu
mendapatkan satu sen pun, kecuali atas persetujuan atau arahan IMF. “
Kekuasaan IMF adalah berpuncak dari tangan gerakan Zionis yang
merupakan perwujudan dari perintah Tuhan ” Orang kaya menguasai orang
miskin yang berhutang menjadi budak dari yang menghutang ” ( Amsal 22:7
)
“Mereka harus menguasai seluruh ladang kerana terlalu kelaparan yang ditanggung bangsa di muka bumi.Kaum Zionis akan menjadikan seluruh bangsa merangkak dan mengemis kepada kekuasaannya. ”
Hari Kemerdekaan Amerika Serikat yaitu 4 Juli.
Pada saat itu dibentuk panitia untuk membuat mata wang Amerika
(dolar) yang terdiri dari : Benyamin Franklin, Thomas Jefferson, John
Adam dan Pierre du Simitiere yang semuanya adalah para anggota
Iluminati @ Freemason tingkat ke 33. Bahkan Thomas Jefferson adalah
pengikut mistik agama Desime yang menjadi pelopor lahirnya pemikiran
unitarian-universalist.
Pada saat itu, pemikiran Adam Weishaupt serta bukunya Novus Ordo
Seclorum telah merasuki seluruh jiwa para anggota Freemason. Sebagai
penghargaan kepada Adam Weishaupt seorang tokoh central zionis , maka
mereka menyepakati bahwa lambang satu dolar Amerika memakai
simbol-simbol dari Iluminati dan mencantumkan nama judul buku Weishaupt
tersebut sebagai motto pada wang dolar Amerika.
Mereka
tidak memilih mata uang dalam bentuk pecahan lima, sepuluh atau dua
puluh karena pecahan satu dolar mewakili pemikiran “satu dunia baru “.
Itulah sebabnya pada pecahan satu dolar tersebut sarat dengan falsafah
Iluminasi.
Prof. J.S.Malan dalam tulisannya, New Age Reforms : ” Seluruh sumber
daya alam dunia seperti monitor dan industri harus dikontrol
sepenuhnya oleh “pemerintahan dunia” karena dengan cara seperti ini,
sistem persamaan ekonomi serta kesejahteraan dunia dapat dilaksanakan
serta dinikmati secara merata. Seluruh dunia hanya mempunyai satu
sistem monitor yang pengawasanya di bawah satu badan yang
tersentralisasi. Dengan cara sepertii ini memungkinkan “pemerintahan
dunia” menjalankan kebijaksanaannya untuk mengendalikan seluruh negara
dan rakyat .”
Dunia harus “tunduk” dan “menyembah” kepada dolar sebagai medium
untuk mendapatkan karunia dari Tuhan (Setan) Lucifer. Mereka yang
mendapat limpahan dolar akan mampu menjadi manusia unggul. Mereka yang
menguasai dolar juga – di bidang ekonomi – adalah mereka yang menguasai
dunia.
Seluruh Lembaga Keuangan Internasional yang telah dirintis oleh
Mayer Rothchild harus menunjukkan keperkasaanya dalam bidang kewangan.
Pemilikan saham perbankan, mutinasional dan teknologi termasuk
mikrochip harus dimiliki secara majorati oleh persaudaraan anggota
Freemason @ Iluminati.
Pakar Teologi Protestan Amerika, Batt Robertson, mengatakan bahwa
lambang yang ada pada lembaran uang Dolar Amerika itu sama sekali tidak
berhubung dengan kemerdekaan Amerika .
Beliau menyatakan lagi bahawa yang merancang atau mereka cop
tersebut pada uang Dolar Amerika itu adalah seorang bernama Charles
Thompson, anggota Kongres dan seorang penganut Iluminati @ Freemason @
Masuniyyah tulen.
Pean Happies menulis sebuah buku berjudul ‘ Jalan Menuju Dunia
Diktator Yahudi ‘ mengatakan bahawa Dolar Amerika adalah murni mata
uang Zionis Israel kerana tidaklah aneh kalau Raja Zionis meletakan
copnya pada mata wang Amerika itu. Dengan begitu , ia memerintah dunia
di bawah slogan ” Tata Dunia Baru “.
Sebelum itu pada 1848, Menteri Kehakiman Perancis seorang keturunan
asli Yahudi , anggota elit kelompok Masuniyyah tingkat ke 33 dan salah
seorang tokoh Gerakan Yahudi Sedunia menulis :
” Hari ini telah dekat masanya , ketika Orchalma menjadi rumah
sembahyang (bait). Di sini akan berkibar satu-satunya bendera Israel
,bendera Tuhan dan akan naik di atas pantai-pantai yang sangat jauh
.Tidak mungkin orang Yahudi menjadi teman bagi orang Kristen atau
Muslim sebelum memancarkan sinar keimanan dan satu-satunya agama
rasional, yang masa kedatangannya ke dunia ini telah dekat. Inilah
syarat kehadirannya yang terdapat pada lembaran wang Dolar Amerika . Ia
memancarkan cahaya pada setiap orang yang membawa uang itu untuk
mendapatkan kesenangan dengan lahirnya ” Tata Dunia Baru ” yang
menandakan kembalinya sang Juru Selamat ” .
Sedikit sepak terjang IMF di Indonesia
Keputusan IMF yang kontraproduktif, pencabutan subsidi BBM yg
menyebabkan harga melambung tinggi, inflasi melonjak, dan munculnya
berbagai aksi demonstrasi. Liberalisasi perdagangan juga telah
mengakibatkan membanjirnya barang-barang impor dan hancurnya industri
dalam negeri yang di paksa masuk dalam pasar bebas tanpa persiapan.
Kebijakan suku bunga (riba) tinggi mengakibatkan melonjaknya kredit
macet dan negative spread perbankan sehingga mengakibat sektor real
macet. Salah satu kebijakan yg dinilai sangat mematikan adalah
likuidasi terhadap 16 bank yang mengakibatkan rontoknya sektor
perbankan, ribuan orang di PHK, kepercayaan masyarakat anjlok, terjadi
rush, dan akhirnya BI terpaksa mencetak uang untuk menyelamatkan bank.
Jumlah uang beredar jadi membengkak sehingga mengakibatkan hiperinflasi
yang sempat mencapai 80%-90% pertahun.
Selama lima tahun, Indonesia harus melaksanakan resep IMF yg berisi
130 program dalam Letter of Intent (LoI) mencakup moneter, perbankan,
sektor real, hingga penjualan aset negara. Menurut ekonom dari UGM,
Revrisond Bawsir, hal itu menjadikan upaya pemulihan ekonomi menjadi
tidak fokus. Bahkan ia menduga, program-program IMF tersebut sekitar
85%-nya merupakan titipan dari Amerika Serikat dan negara-negara
anggota G-7. Namun, sangat disayangkan, sejauh ini evaluasi terhadap
kinerja IMF di Indonesia masih di seputar persoalan kepiawaian IMF.
Sementara itu, mengenai siapa IMF, untuk kepentingan siapa ia bekerja,
dan apa implikasi pelaksanaan agenda-agenda IMF terhadap masa depan
perekonomian suatu negara, belum begitu mendapat perhatian.
Potret Kegagalan IMF
IMF
adalah dokter spesialis amputasi. Setelah melakukan amputasi kepada
pasiennya, kemudian biayanya dibebankan kepada si pasien. Data empirik
menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan (success rate) IMF di banyak
negara kurang dari 30%. Itu pun hanya negara-negara yg relatif kecil
atau masih pada tahap awal dari proses pembangunan ekonomi. Untuk
negara-negara pengutang besar, nyaris tak terdengar cerita keberhasilan
dari program IMF; yang ada justru penyakit kambuhan (repeated
patients). Hasil penelitian Johnson dan Schaefer (1997) sejak tahun
1965-1995 menunjukkan, bahwa perekonomian 48 dari 89 negara berkembang
yang menerima bantuan IMF tidak menjadi lebih maju. Bahkan, 32 dari 48
negara tersebut justru menjadi lebih miskin. IMF malah menimbulkan
krisis berkepanjangan (roller coaster), padahal negeri-negeri tersebut
telah menjadi pasien IMF selama puluhan tahun.
Secara umum, bukti atas kegagalan IMF adalah di Mexico yang pada
tahun 1994 mengalami krisis lebih parah setelah krisis yg pertama 1982.
Mexico akhirnya menyatakan tidak sanggup membayar utangnya. Brasil,
negara-negara Asia tahun 1997, Turki tahun 1999 dan 2001, dan Argentina
yang selama sepuluh tahun menjadi pasien IMF, akhirnya kandas tidak
bisa membayar tepat waktu sebagian dari total utangnya, yakni sebesar
US$ 141 miliar.
Di Indonesia, potret kegagalan IMF dari segi menciptakan kesempatan
kerja baru, misalnya, tampak nyata. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
cuma 3.66% pada tahun 2002 itu hanya mampu menciptakan kesempatan kerja
baru dan menyerap sekitar 1,7 juta dari angkatan kerja baru yang masuk
pasar sekitar 2,5 juta orang. Ini berarti, setiap tahun masih ada
tambahan pengangguran baru sekitar 800,000 orang. Keadaan ini menjadi
serius dengan pengangguran terbuka sekitar 9 juta dan yang setengah
menganggur mencapai 39 juta orang.
Faktor kegagalan IMF di Indonesia sejak keterlibatannya pada Oktober 1997 s.d. 2002 dapat digambarkan sebagai berikut:
Pertama, IMF selalu memaksakan pengetatan fiskal dan moneter jika
suatu negara mengalami krisis ekonomi. Pengetatan fiskal tersebut
dipaksakan kepada negara berkembang agar ada surplus untuk membayar
beban peningkatan utang. Padahal, masing-masing negara memiliki
struktur ekonomi dan kompleksitas masalah yang berbeda. Akibatnya,
kondisi ekonomi yang sudah memburuk malah semakin terpuruk akibat
kebijakan pengetatan fiskal dan moneter yang dianjurkan IMF, terutama
pada awal krisis.
Kedua, pendekatan dengan penambahan beban utang untuk mendukung
posisi neraca pembayaran hanyalah perbaikan yg bersifat semu, tidak
real, karena bukan hasil peningkatan aliran modal swasta maupun
peningkatan ekspor netto. Karena terus-menerus melakukan pinjaman untuk
meningkatkan neraca pembayaran, beban utang meningkat berlipat menjadi
Rp 650 triliun (US$ 72 miliar).
Ketiga, prasyarat dan rekomendasi kebijakan IMF dalam berbagai
Letter of Intent lebih banyak mencakup bidang di luar makroekonomi dan
moneter seperti perbankan, pertanian, corporate restructuring, dan
industri. Rekomendasi IMF untuk menutup 16 bank pada November 1997
telah menciptakan destabilisasi finansial dan punahnya kepercayaan
masyarakat. Akibatnya, ekonomi Indonesia mengalami hard landing,
kebangkrutan massal, dan jutaan orang di PHK.
Siapa IMF?
IMF dan Bank Dunia adalah lembaga keuangan internasional yang
didirikan oleh negara-negara Barat, pemenang Perang Dunia II. Keduanya
lahir dari sebuah pertemuan yang bernama Konferensi tentang Sistem
Moneter dan Keuangan di kota Breton Woods, New Hampshire, Amerika
Serikat, pada tahun 1944. Berdirinya lembaga keuangan tersebut
bertujuan untuk memulihkan perekonomian bagi negara-negara Eropa Barat
yang hancur akibat perang. Lembaga itu kemudian berkembang menjadi
lembaga multilateral yang konon diharapkan mendorong terciptanya
kerjasama keuangan internasional, mendorong ekspansi dan pertumbuhan
perdagangan internasional yang berimbang, mendorong kestabilan nilai
tukar, membantu terciptanya sistem pembayaran internasional,
mengusahakan tersedianya likuiditas sementara bagi yang mengalami
masalah neraca pembayaran, dan menghilangkan kesenjangan neraca
pembayaran negara-negara anggotanya.
IMF, sejak berdirinya tanggal 27 Desember 1945, yang pendiriannya
ditandatangani oleh 29 negara, hingga kini jumlah anggotanya mencapai
183 negara merdeka. Akan tetapi, proses pengambilan keputusan di tubuh
IMF tak ubahnya seperti proses pengambilan keputusan dalam sebuah
perusahaan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, proses pengambilan
keputusan di IMF dilakukan berdasarkan jumlah kepemilikan saham, yaitu
dengan ketentuan 85% suara setuju. Padahal, negara-negara G-7 saja yang
terdiri dari AS, Inggris, Jepang, Kanada, Jerman, Prancis, dan Italia
menguasai 45% suara. Dengan demikian, negara-negara kaya ini praktis
mendominasi seluruh proses pengambilan keputusan dalam IMF. Yang lebih
celaka, ternyata AS adalah pemegang saham utama dengan menguasai 18%
suara. Jadi, praktis tidak ada keputusan yg dapat diambil tanpa
persetujuan AS. Dengan demikian, bagaimana mungkin IMF bekerja tidak
untuk kepentingan negara-negara G-7 itu?! Demikianlah sebagaimana
dominasi mereka di berbagai pertemuan lembaga-lembaga keuangan atau
perdagangan internasional lainnya seperti WTO, Bank Dunia, CGI, dan
bahkan Paris Club. Ironisnya, yang berada di balik negara-negara G-7 itu
adalah perusahaan-perusahaan Transnasional Company (TNC). Delegasi
negara-negara G-7 hampir selalu berangkat dengan membawa seabreg titipan
dari TNC negara mereka masing-masing. Dengan demikian, program ekonomi
IMF sesungguhnya tidak lebih dari agenda terselubung para TNC itu. Itu
artinya, target dari pelaksanaan program ekonomi IMF terhadap para
pasiennya yang kekurangan gizi (negara berkembang) menjadi mudah
ditebak. Terlepas dari keberhasilan atau kegagalannya dalam “memulihkan”
perekonomian sebuah negara, pelaksanaan program ekonomi IMF dapat
dipastikan akan berakibat pada menguatnya dominasi TNC terhadap
perekonomian negara-negara yang menjadi pasiennya itu.
Oleh karena itu, kepentingan G-7 dan para TNC tersebut dituangkan ke
dalam program ekonomi IMF dalam berbagai penekanan, seperti pada:
(1)Pengetatan anggaran negara untuk menjamin kelancaran pembayaran utang;
(2)Liberalisasi sektor keuangan untuk memberi keleluasan kepada para
pemodal internasional untuk datang dan pergi sesuka hati mereka;
(3)Liberalisasi sektor perdagangan untuk mempermudah penetrasi produk negara-negara industri maju;
(4)Privatisasi BUMN untuk memperlemah interfensi negara dan
memperkuat dominasi TNC di negara-negara yang bersangkutan dengan harga
murah.
Jadi, kegagalan utama IMF yang sesungguhnya bukan terletak pada
kinerja “pemulihan” ekonominya, melainkan pada jatidirinya sebagai agen
kepentingan TNC.
Pelaksanaan program ekonomi IMF yang didominasi oleh kepentingan
negara G-7 menyebabkan terjadinya pelembagaan suatu sistem kolonialisme
baru, dikorbankannya kepentingan rakyat untuk menyelamatkan para
bankir, meningkatnya komersialisasi pelayanan publik, meluasnya
pengangguran, merosotnya upah buruh, melebarnya kesenjangan
kaya-miskin, dan semakin komplikasinya krisis ekonomi. Oleh karena itu,
mudah dimengerti kalau Joseph Stiglitz menyebut program privatisasi
yang dipaksakan IMF itu sebagai briberization (rampokisasi).
Kepanjangan tangan dari Ekonomi Freemasonry ini di Indonesia yang
sekarang sudah ketahuan Widjojo Nitisastro. Para anggotanya antara lain
Emil Salim, Ali Wardhana, dan J.B. Soemarlin. Dorodjatun
Koentjoro-Jakti Burhanuddin Abdullah, Sri Mulyani, Prof. Dr.
Boediono,M.Ec.
0 Komentar
Berkomentarlah dengan sopan dan santun