AS dan Eropa versus Rusia, Semua Mulai Siapkan Pasukan dan Alat Tempur Untuk Perang Besar (Krisis Ukraina-3)
Pemerintah Rusia langsung
menyiagakan kekuatan militer penuh menyusul langkah Amerika Serikat (AS)
dan NATO yang terus memperbanyak pasukan di Eropa Timur.
Sumber-sumber militer di Kementerian
Pertahanan Rusia, dengan jelas menyebut, Rusia dalam posisi siap perang
dengan Amerika Serikat, menyusul makin banyaknya kehadiran militer AS di
Eropa Timur.
Militer Rusia dikabarkan mempersiapkan skenario perang skala besar dan di pihak AS juga melakukan hal serupa!
Pasukan Rusia dan AS siap-siap konfrontasi militer!
Russia Today
dalam laporannya, Jumat (04/04/2014) menyebut, Pemerintah Rusia
langsung menyiagakan kekuatan militer penuh menyusul langkah Amerika
Serikat (AS) dan NATO yang terus memperbanyak pasukan di Eropa Timur,
ketegangan makin memanas karena kapal perang lain AS dikirim menuju Laut
Hitam dan makin memicu meningkatnya ketegangan.
Pentagon berdalih kapal perang baru itu
untuk menggantikan kapal perusak pemandu rudal, USS Truxtun dalam
partisipasi militer dengan Angkatan Laut Bulgaria dan Rumania.
Sementara itu, USS Donald Coogoogk and
USS Ramage kini ditempatkan di Mediterania timur. Dua kapal perusak
Amerika itu berpartisipasi dalam latihan militer dengan Angkatan Laut
Yunani dan Israel.
Kapten Gregory Hicks dari Komando Eropa
AS mengatakan bahwa pihaknya berencana memenuhi seruan pejabat AS dan
NATO untuk mempertahankan kehadiran pasukan maritim di Mediterania timur
dan Laut Hitam.
Pemerintah Rusia sendiri menyikapi hadirnya pasukan militer Barat dengan mengaktifkan semua kekuatan militer yang mereka punya.
Siap tempur, Putin perintahkan militer Rusia Siaga-I
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov
meminta NATO menjelaskan rencana barunya meningkatkan kehadiran pasukan
militer di Eropa Timur.
Dilansir AFP, Jumat
(04/04/2014), Lavrov mengatakan negaranya sedang menunggu penjelasan
NATO tentang rencana aliansi militer itu mengintensifkan kegiatan di
negara-negara Eropa Timur.
“Kami telah bertanya pada NATO. Kami
mengharapkan bukan sekedar jawaban tapi jawaban sepenuhnya yang
menghormati aturan yang kita telah koordinasikan,” tegas Lavrov.
Sementara itu, di Kremlin, Moskow,
Presiden Rusia Vladimir Putin memerintah Menteri Pertahanan agar militer
dalam kondisi siaga I atau siap tempur. Bahkan, pangkalan AL Rusia di
Laut Hitam sudah menerima order Moskow tentang status siaga I yang
diperintkan Presiden Putin.
Akhirnya, Rusia pilih check out dari kerjasama NATO
Pemerintah Rusia resmi keluar dan menarik
Valery Yevnevich, kepala perwakilan militernya di NATO menyusul sikap
AS dan Barat yang terus menebarkan permusuhan kepada pemerintah di
Moskow.
“Kami tidak melihat kesempatan untuk
melanjutkan kerjasama militer dengan NATO, mereka terus menebarkan
kebencian,” ujar Wakil Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Antonov, Jumat
(04/04/2014), dilansir Ria Novosti.
Penarikan Valery Yevnevich mengikuti
menyusul keputusan NATO pekan ini yang menangguhkan kerjasama dengan
Rusia setelah wilayah Crimea menyatakan kemerdekaannya dari Ukraina.
Langkah keluar Rusia itu mengagetkan
Pemerintah Amerika Serikat. Dengan keluarnya NATO, maka Rusia sudah
tidak lagi menilai NATO sebagai aliansi mitra, melainkan sebagai musuh.
Putin permalukan Obama, telepon 3 kali ditolak terus
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack
Obama kena batunya. Karena tak percaya Rusia keluar dari kerjasama NATI,
Obama menelepon Presiden Vladimir Putin. Namun, Putin ogah menerima
telepon Obama, meski penguasa Gedung Putih itu berusaha menghubunginya
sebanyak 3 kali.
Dilaporkan New York Daily, Jumat
(04/04/2014), kejadian itu diungkapkan staf kepresiden di Grand
Kremlin, yang menyebut telepon Obama hanya dijawab oleh staf Putin.
Dalam telepon yang ketiga, staf Putin
menjelaskan kalau Presiden Rusia itu menolak berbicara dengan Obama.
Namun tidak dijelaskan apa maksud Putin untuk kali pertama itu menolak
berhubungan telepon dengan Obama.
“Presiden Putin sangat tidak berkenan
menerima telepon Presiden Obama. Ini adalah kejadian pertama dan tentu
saja Obama malu akan hal ini,” ujar Joseph Vledovich, salah satu staf
kepresidinen di Kremlin. Pihak Gedung Putih sendiri menolak memberikan
pernyataan tentang aksi penolakan Putin menerima telepon Obama.
Presiden Putin janjikan “Kiamat Ekonomi” untuk Amerika
Rusia dan Amerika Serikat (AS) kini sudah
resmi berperang. Meski kontak senjata belum diletuskan, namun perang
ekonomi sudah dimulai.
AS memulainya dengan penjatuhan sanksi
ekonomi bagi perusahaan dan perbankan Rusia dan kini sanksi itu dibalas
Rusia dengan menaikkan harga pasokan gas dan penolakkan penggunaan mata
uang dollar AS dalam berbagai transaksi.
Presiden Rusia, Vladimir Putin dilansir Russia Today, Sabtu (05/04/2014) menyatakan, Rusia memiliki kemampuan memukul balik sanksi yang dijatuhkan AS.
“Mereka sepertinya lupa
bahwa kami adalah sebuah kekuatan energi besar yang mampu menolak
dollar AS untuk melunasi hutang kami dan untuk cadangan energinya. Jika
kalian tetap dengan sikap bermusuhan kalian, Rusia akan membuat ekonomi
kalian kiamat,” tegas Putin.
Kebijakan terbaru Rusia itu menyusul
makin meningkatnya ketegangan eskalasi di krisis Ukraina pasca Crimea
bergabung ke Rusia. Eric Draitser, seorang analis Wall Street, dilansir Financial, menyebut bahwa kini Rusia memasok lebih dari 1/3 gas untuk Eropa.
“Jika
Amerika dan Eropa berupaya melakukan eskalasi situasi terus-menerus dan
Rusia juga melakukan aksinya maka akan terjadi depresiasi euro dan
dollar yang pada gilirannya akan memicu kerusuhan dalam pasar global,”
ujarnya.
Menurut Draitser, Rusia sangat mudah membuat Eropa kesulitan dalam mengakses kebutuhan gas.
“Saya pikir semua orang sangat ingin
menghindari perang, saling tembak, terutama dengan senjata nuklir dimana
Rusia jelas-jelas memilikinya. AS memilih menekan Rusia lewat perang
ekonomi, tapi Rusia punya senjata utama, yakni kekuatan pasokan gas,”
pungkas Draitser.
Rusia naikkan harga gas 80 persen, Uni Eropa menjerit!
Janji Rusia untuk membuat negara-negara
Barat menyesal karena mengikuti langkah Amerika Serikat (AS), akhirnya
dibuktikan. Terhitung sejak Sabtu (05/04/2014) hari ini, pemerintah
Rusia menaikkan tarif kenaikan harga pasokan gas ke Eropa dan Ukraina
sebesar 80 persen.
Aksi ini diduga sebagai jawabam atas sanksi yang diberikan AS dan Eropa kepada Rusia atas krisis di Ukraina.
Dilansir pada Sabtu (05/04/2014),
Kementerian Energi Rusia, dalam pernyataan resminya menyatakan, jika ada
negara di Eropa yang tidak sanggup, maka Moskow akan menghentikan
pasokan gas pada negara itu.
Kabar dinaikkanya harga gas oleh Rusia
itu langsung memantik kericuhan di kalangan pemimpin Eropa. Namun sejauh
ini, belum ada pemimpin Eropa yang mengomentari kebijakan Rusia itu.
Pemerintah AS langsung bereaksi keras
dengan langkah terbaru Rusia ini. Wakil Presiden AS Joe Biden berjanji
akan bekerja dengan Ukraina dan sekutu lainnya untuk mencegah
negara-negara seperti Rusia menggunakan energi sebagai senjata.
“Kita akan bekerjasama dan tidak akan
membiarkan Rusia menggunakan energi sebagai senjata. Kita akan
bersama-sama memenuhi kebutuhan paling mendesak itu,” tegas Biden.
Rusia akan menyerbu Ukraina jika gabung NATO
Pemerintah Rusia mengeluarkan ancaman keras kepada Ukraina jika negara bekas Uni Soviet itu bergabung ke NATO.
Moskow mengancam akan melakukan serangan
militer pendahuluan menyusul aksi provokatif NATO berusaha mengerahkan
pasukannya di perbatasan Rusia dengan merekrut Georgia dan Ukraina untuk
bergabung ke NATO.
Russia Today, dalam laporannya,
Senin (07/04/2014) melaporkan, ancaman perang dari Rusia itu menyusul
terjadi pertemuan antara NATO dan para pejabat Georgia dan Ukraina di
Brussels guna merancang pembicaraan tentang Rencana Aksi Keanggotaan
(MAP) pada September 2014 mendatang.
Kementerian Luar Negeri Rusia dalam
pernyataan resminya menegaskan Moskow memperingatkan Ukraina agar tidak
bergabung dengan NATO.
“Rakyat Ukraina tidak mendukung
penggabungan ke NATO. Jika hal itu dipaksakan, kami akan melakukan
langkah-langkah pendahuluan untuk mencegah itu terjadi, termasuk pilihan
untuk melakukan serangan militer,” bunyi pernyataan itu.
Membelot, 8 ribu pasukan Ukraina pindah ke Rusia
Sekitar 8.000 tentara Ukraina yang
bertugas di Crimea meninggalkan pangkalan militer dan bergabung dengan
angkatan bersenjata Rusia.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, dilansir Reuters,
Senin (07/04/2014) mengatakan angka tersebut dan mengatakan tentara
Ukraina itu mengajukan permohonan izin untuk bergabung dengan tentara
Rusia, dan sekitar 3.000 tentara Ukraina telah bergabung dengan pasukan
Rusia.
Shoigu juga mengatakan, pasukan Ukraina
lainnya telah meninggalkan semenanjung Laut Hitam. Selain itu, Shoigu
membantah bahwa Rusia melanggar perjanjian yang ditandatangani dengan
Kiev untuk meningkatkan kehadiran militernya di semenanjung itu.
Dokumen NATO: Target singkirkan Presiden Vladimir Putin!
Sebuah dokumen rahasia milik aliansi
pakta pertahanan Atlantik Utara (NATO), mengungkap adanya skenario untuk
menyingkirkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dari kursi kepresidenan.
Putin, di mata AS dan NATO adalah
rintangan besar dalam mewujudkan ambisi hegemoni AS untuk menguasai
negara-negara di Eropa Timur dan sejumlah negara bekas Uni Soviet,
khususnya penempatan perisai-perisai rudal yang selama ini ditentang
keras oleh Putin.
Dalam laporan yang beredar, dilansir Dekapfile,
(08/04/2014), AS dan NATO merencanakan sejumlah sabotase di sejumlah
lokasi di Rusia, dengan maksud untuk menghasut rasa takut publik dan
menyalah Putin atas kebijakannya mengambil alih Crimea dari Ukraina.
Dokumen itu juga menyebut, Putin harus
segera dienyahkan, karena NATO melihat gelagat Putin akan kembali
beraksi untuk menganeksasi kota-kota lain di Ukraina Timur. Gegalat itu
tampak dari sejumlah aksi demonstrasi di tiga kota di wilayah timur
Ukraina yang berbatasan dengan Rusia.
Satu yang menjadi perhatian NATO adalah
kecermatan Putin dalam melakukan analisa intelijen. Pengalaman Putin
sebagai agen KGB di masa Uni Soviet memberi keuntungan bagi Putin untuk
membaca aksi intelijen yang ditujukan padanya.
Selangkah lagi, Kota Donetsk di Ukraina jadi milik Rusia
Ribuan demonstran pro-Rusia di kota
Donetsk, Ukraina timur mendeklarasikan kemerdekaan Republik Rakyat
Donetsk secara independen dan menyatakan bergabung dengan Federasi
Rusia.
Dilansir Russia Today,
Selasa (08/04/2014), legislatif daerah Donetsk memutuskan untuk
mengadakan referendum untuk bergabung dengan Federasi Rusia pada 11 Mei
mendatang.
Para demonstran juga meminta Rusia untuk
mengirim pasukan guna menjaga wilayah yang akan dimerdekakan itu.
Sementara itu di dekat kota Kharkiv, bentrokan meletus antara demonstran
pro-Moskow dan pro-Kiev.
Unjuk rasa pro-Rusia menjadi pemandangan
umum di timur kota Ukraina selama beberapa minggu terakhir ini.
Orang-orang bersenjata pro-Rusia telah menduduki markas keamanan negara
di kota Luhansk, Ukraina timur, menuntut adanya referendum untuk
bergabung ke Rusia, menyusul Crimea.
Dilansir AFP, Senin
(07/04/2014), para demonstran berbaris di Luhansk dan kota lain di
bagian timur Ukraina, Donetsk, dimana demonstran melemparkan petasan ke
arah polisi anti huru hara.
Para demonstran menuntut agar kota-kota
itu mengadakan referendum mengenai apakah akan berpisah dengan Ukraina
dan menjadi bagian dari Rusia, referendum yang sama dengan yang diadakan
di Krimea bulan lalu.
Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov
menuding Presiden Rusia Vladimir Putin menghasut dan membiayai
terjadinya masalah di Ukraina timur.
“Ini akan jadi alasan Rusia untuk
menyerang kami dengan alasan melindungi etnis Rusia, sama seperti yang
terjadi di Crimea. Putin ada di belakang semua ini,” tegas Avakov.
Ketua Parlemen Oleksandr Turcinov dan
Presiden interim Ukraina menggelar pertemuan darurat dengan para menteri
dan petinggi militer untuk membahas masalah yang diyakini akan menjadi
pintu masuk Rusia mengirim pasukan di dua kota di timur Ukraina itu.
Sebelumnya, pasukan Rusia dilaporkan
telah menembak mati seorang perwira Angkatan Laut Ukraina di wilayah
yang baru bergabung ke Rusia itu.
Dilansir AFP, Senin (07/04/2014), sebelum
terjadi penembakan, terjadi perselisihan hebat antara pasukan Rusia dan
pasukan Ukraina.
Berita penembakkan itu terjadi saat hubungan Rusia dan Ukraina didukung Eropa serta AS tengah memanas.
Pemerintah Kremlin belum memberikan
komentar terkait insiden penembakan yang menewaskan perwira AL Ukraina
itu. Kementerian Pertahanan Rusia juga belum memberikan pernyataan resmi
terkait insiden pertama pasca penggabungan Crimea ke Rusia.
Kepung Rusia, NATO tambah armada jet tempurnya menuju perang Armageddon
Menyikapi permusuhan dengan Rusia, NATO
dalam keputusannya sepakat menambah jumlah jet tempur yang berpatroli
atas wilayah Baltik tiga kali lipat. Dilansir Reuters, Kamis
(10/04/2014), penambahan jumlah jet NATO di Eropa Timur itu merupakan
angka tertinggi untuk melindungi sekutunya di Eropa tengah pasca krisis
Ukraina dan reunifikasi Crimea dengan Rusia.
Awal bulan April 2014, para menteri luar
negeri NATO mengadakan pertemuan di Brussels untuk membahas
langkah-langkah memperkuat kehadiran militer di negara-negara anggota
NATO di Eropa Timur. Langkah-langkah itu termasuk pengiriman tentara dan
peralatan NATO serta latihan militer di wilayah tersebut.
Penumpukan pasukan militer yang dilakukan
Amerika Serikat dan NATO sebagai persiapan menghadapi Rusia terkait
krisis Ukraina kemungkinan besar akan memicu sebuah perang habis-habisan
(Armageddon).
“Tindakan AS dan NATO dengan menempatkan
pasukan dalam jumlah banyak di kawasan Baltik telah menghancurkan
kepercayaan pemerintah Rusia dan berpotensi menuju perang,” demikian isi
laporan dinas rahasia Rusia, Sluzhba Vneshney Razvedki (SVR), dilansir Inter-fax, Kamis (10/04/2014).
SVR dalam laporannya menilai, AS telah
mengambil langkah provokatif militer melawan Rusia. Langkah NATO
mengerahkan pasukan militer di perbatasan Rusia telah melanggar
perjanjian NATO dan Rusia tahun 1997 serta Konvensi Montreux.
Di laporan itu juga ada saran kepada
Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk mempersiapkan segala sesuatu,
termasuk kemungkinan paling buruk, yakni perang habis-habisan dengan
NATO.
AS sendiri mengalami banyak kegagalan dan
menekan Rusia dan kini kehilangan pengaruh ekonomi Rusia sudah
menghilangkan dollar dalam transaksi perdagangannya.
Rusia dan AS, Siapkan Peperangan Besar!
William Jones, analisis politik dan militer AS kepada CBS News,
Minggu (20/04/2014) menyebut, tak diragukan lagi Washington dan Moskow
sedang mempersiapkan perang besar dengan meningkatkan pasukan di
perbatasan Ukraina serta bersikukuh atas penumpukan militer di
negara-negara tetangga.
“Ini sandiwara besar sedang dimainkan. Di
satu sisi mereka berunding, namun persiapan perang sedang dilakukan.
Itu bisa dilihat dari peningkatan pasukan AS di perbatasan timur Eropa,
penumpukan pesawat tempur di negara-negara Baltik hingga ke Rumania, dan
bahkan di semua negara yang berbatasan dengan Rusia. Sementara, pada
saat yang sama Rusia juga mempertahankan kemampuan pertahanannya, dan
ini benar-benar dalam situasi sebelum perang”, kata William Jones.
Menurutm Jones, ini adalah kekhawatiran jelang perang yang paling mengerikan dalam sejarah manusia.
“Bisa kita bayangkan, dua negara itu adalah dua kekuatan nuklir dunia, saya tidak tahu apa yang akan terjadi,” tambahnya.
Tanda Amerika bakal serang Rusia
Penumpukkan jet-jet tempur dan pasukan
darat Amerika Serikat (AS) di sejumlah negara-negara Eropa Timur,
menunjukkan dengan jelas AS mempersiapkan kekuatan militernya untuk
menyerang Rusia.
Laporan dinas rahasia Rusia, Sluzhba Vneshney Razvedki (SVR), dilansir Inter-fax,
Minggu (20/04/2014) menyebut SVR melihat dengan jelas kalau AS sedang
menempatkan kekuatan militernya ke medan perang untuk menyerang Rusia.
Itu makin dikuatkan dengan rencana
Pentagon untuk mengirim 10 ribu pasukan ke Polandia. AS sendiri seperti
penjelasan Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel, pihaknya akan pasukan
darat AS ke Polandia sebagai bagian dari perluasan kehadiran NATO di
Eropa Tengah dan Timur dalam menanggapi peristiwa di Ukraina.
Posisi Rusia kini
makin terkepung. Jerman Timur, Polandia, Republik Ceko, Rumania,
Bulgaria, sejumlah negara lain bekas Yugoslavia adalah anggota NATO. Dan
saat ini pemerintah sementara di Ukraina juga berusaha memasukkan NATO
ke sana.
“Jadi argumen kami bahwa upaya
pengepungan NATO ditujukan pada kami cukup valid, bahkan sebelum
krisisini. Sekarang Polandia sedang menerima 10.000 tentara NATO, dan
faktanya ada tentara AS hadir di lapangan,” bunyi laporan itu.
Laporan itu juga mempertegas bahwa
pasukan NATO yang diarahkan ke Rusia bukan bertujuan bertahan karena
Rusia tidak mengancam Polandia atau negara lain. Banyaknya jet tempur
yang dikirim ke Republik Baltik dan kekuatan laut ke Laut Hitam
menunjukkan bahwa Amerika akan menyerang Rusia.
Rusia sudah arahkan dan mengunci lima rudal nuklir balistiknya ke AS
Kementerian Pertahanan Rusia secara
implisit mengakui 5 moncong rudal nuklirnya diaktifkan dan diarahkan ke
daratan Amerika Serikat (AS), menyusul meningkatnya pergelaran pasukan
AS mengepung Rusia di negara-negara Eropa Timur.
Deputi Kementerian Pertahanan Rusia, Anatoly Antonov, seperti dilansir Moskovskij Komsomolets,
Selasa (22/04/2014), tidak secara terang-terangan menanggapi informasi
soal rudal-rudal nuklir Rusia yang disebut-sebut sudah dalam posisi “ready to launch” dari sejumlah SILO (lokasi titik peluncuran bawah tanah) di pangkalan Satuan Rudal Strategis Rusia.
“Rusia memiliki cara dan strategi sendiri
dalam menghadapi ancaman yang dirasa mengancam keamanan nasional Rusia.
Kami tidak bisa secara terbuka mengatakannya di forum ini,” kelit
Antonov.
Untuk diketahui, diduga akibat aksi
provokasi Amerika Serikat (AS) yang menumpuk kekuatan militer di
negara-negara Baltik mengepung Rusia, direaksi keras Moskow dengan
mengarahkan moncong 5 rudal nuklirnya ke daratan AS.
Pentagon menyebut
ada 5 sinyal baterai pengaktifan rudal nuklir dari SILOo bawah tanah
yang koordinatnya terbaca menuju ke beberapa kota besar di AS,
diantaranya Los Angeles, Manhattan New York, Washington DC, Las Vegas
dan Chicago.
Ke-5 rudal nuklir yang diarahkan ke daratan AS itu didominasi oleh rudal balistik antarbenua generasi terbaru Rusia R-36 atau lengkapnya R-36M2 Voyevoda atau SS-18 ICBM (versi NATO).
Rudal yang juga diklasifikasikan oleh NATO dengan julukan “SS-18 Satan” ini ternyata lebih unggul dari rudal terbaru AS “Peacekeeper MX ICBM” yang memiliki 10 hulu ledak nuklir.
Keunggulan R-36M2 selain juga memiliki 10
hulu ledak nuklir, rudal ini memiliki kecepatan hampir 8 kilometer per
detik jauh di atas kecepatan MX ICMB milik AS yang mencapai 2 kilometer
per detik.
Dan rudal balistik antar benua ini juga memang “dirancang khusus” untuk menembus sistem perisai rudal milik AS.
Komandan Pasukan Rudal Strategis Rusia
Jendral Sergei Karakayev, tidak berkomentar atas reaksi Pentagon
terhadap 5 rudal nuklir Rusia yang sinyal pengaktifannya terpantau oleh
AS itu.
Dmitri Medvedev: Rusia 100% siap perang nuklir
Sementara itu, Perdana Menteri Rusia,
Dmitri Medvedev, yang selama ini berdiam diri akhirnya bicara lantang
dan memberikan sinyal bahwa Negeri Beruang Merah itu sudah dalam posisi
siap perang, jika AS dan NATO berusaha memanfaatkan krisis Ukranina
untuk mengancam kedaulatan Rusia.
“Jika Presiden
Obama mengatakan kemampuan militer mereka jauh lebih hebat, itu hak dia
bicara. Yang pasti, hari ini Rusia 100 persen siap menggelar perang
nuklir dan itu tidak diragukan lagi,” tegas Medvedev, seperti dilansir Moskovskij Komsomolets, Kamis (24/04/2014) di Moskow.
Menurut Medvedev, Rusia tidak ingin
mengobarkan perang nuklir. Namun, lanjutnya, doktrin pertahanan nasional
Rusia memberikan wewenang penggunaan senjata nuklir jika semua opsi
menemui jalan buntu.
“Kami sadar, perang nuklir akan menjadi
bencana besar bagi dunia. Saya pastikan jika itu terjadi kita akan
kembali ke zaman batu, karena semua pabrik-pabrik senjata dan lainnya
akan musnah. Kita akan kembali menggunakan pedang,” lanjut Medvedev.
Pernyataan terbaru Medvedev itu
mengkonfirmasi langkah Pentagon AS yang menyebut ada 5 sinyal baterai
pengaktifan rudal nuklir dari silo bawah tanah yang koordinatnya terbaca
menuju ke beberapa kota besar di AS, diantaranya Los Angeles, Manhattan
New York, Washington DC, Las Vegas dan Chicago.
MIG 35 Rusia lintasi udara AS, Gedung Putih ketakutan
Pentagon mendesak Presiden Amerika
Serikat (AS) Barack Obama untuk membekukan “Kesepakatan Langit Terbuka”
dengan Rusia. Namun militer AS kini dicekam rasa takut luar biasa atas
kebijakan yang disahkan bersama pada 2002 silam itu.
Pada
kebijakan antar kedua negara itu menyebutkan bahwa kedua negara
sama-sama boleh melintasi wilayah udara masing-masing dengan pesawat
pengintai untuk melihat aset nuklir kedua negara sebagai bagian dari
pengawasan perjanjian senjata.
Dilansir Fox News, Kamis
(24/04/2014), kini pejabat Pentagon takut dengan hadirnya Mig-35 Rusia,
pesawat pengintai terbaru Rusia dengan sistem ultra canggih bisa dengan
leluasa melintasi wilayah udara AS.
Gedung Putih dilaporkan mulai
mempertimbangkan keputusan apakah akan membolehkan pesawat baru Rusia
itu melintasi udara AS sesuai “kesepakatan langit terbuka” atau tidak.
Di tengah situasi panas, para jenderal AS
ingin menyangkal hak Rusia untuk menerbangkan pesawat pengintai
terbarunya melintasi udara AS, karena hak itu dilindungi dalam
perjanjian.
Ketua Komite Angkatan Bersenjata Dewan
dari Partai Republik, Howard McKeon dan ketua panel subkomite yang
mengawasi persenjataan nuklir AS asal Partai Republik, Mike Rogers dari
Alabama, mendesak Obama agar menolak hak Rusia untuk menerbangkan
pesawat barunya di wilayah udara AS.
Selama ini AS merasa nyaman dengan
melintasnya pesawat-pesawat intai Rusia. Namun saat Rusia menerbangkan
pesawat intai terbarunya MIG 35, Pentagon mulai khawatir karena MIG 35
itu dilengkapi sistem super canggih yang memungkinkan Moskow mengintai
aset nuklir Amerika dengan tingkat presisi dan detail yang memuaskan.
Kali pertama, Rusia resmi isyaratkan perang
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov
memperingatkan bahwa Rusia akan merespon jika kepentingan Moskow
diserang di Ukraina seperti yang terjadi di Georgia enam tahun yang
lalu.
Dilansir Russia Today, Jumat (25/04/2014), ancaman Lavrov itu mengingatkan perang tahun 2008 dengan Georgia di Ossetia Selatan.
“Jika kami diserang, kami pasti akan
merespon. Jika kepentingan kami, kepentingan sah kami, kepentingan Rusia
diserang secara langsung, seperti yang mereka lakukan di Ossetia
Selatan, misalnya, saya tidak melihat cara lain tetapi akan menanggapi
sesuai dengan hukum internasional,” tambah Lavrov.
Peringatan itu adalah petunjuk paling
jelas mengenai penggunaan aksi militer, dan peringatan itu diutarakan
ketika 600 tentara AS sedang menuju ke wilayah itu untuk unjuk kekuatan.
Dua bomber Rusia dekati wilayah udara terlarang Eropa
Ketegangan mendekati perang antara Rusia dan Barat makin mencekam. Dua pesawat bomber jarak jauh Rusia TU-95 Bears, dilaporkan terbang mendekati wilayah udara negara-negara anggota NATO di Laut Utara.
Dilansir Reuters, Jumat
(25/04/2014), kehadiran dua bomber jarak jauh Rusia itu terkonfirmasi
melalui laporan dari pesawat tempur Inggris, Belanda dan Denmark
dilaporkan mencegat dua pesawat pembom Rusia yang mendekati
Kementerian Pertahanan Inggris membenarkan laporan dari dua pesawat RAF Leuchars di Skotlandia terkait dua pesawat itu.
Untuk menentukan identitas pesawat pada Rabu, 23/04/14, kata juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris.
“Pesawat itu kemudian diidentifikasi sebagai pesawat militer Rusia,” katanya.
Belanda juga mengirim dua jet tempur F-16
dari pangkalan udara Volkel untuk memantau dua pesawat Rusia yang
diidentikasi TU-95 Bears.
Sementara itu, Anders Fridberg, juru
bicara Komando Pertahanan Denmark, mengatakan, pihaknya memang mengikuti
mereka dua pesawat dan kemudian berbalik ketika mencapai Jerman.
Kepung Rusia, empat kompi pasukan AS tiba di Polandia
Militer AS di Eropa mengirimkan empat
kompi unit infanteri berjumlah besar, dengan total sekitar 600 tentara,
ke Eropa Timur. Ini merupakan upaya terakhir untuk meyakinkan sekutu
NATO dalam konteks “agresi Rusia di Ukraina”.
Dilansir AFP, Jumat
(25/04/2014), empat negara (Polandia, Lithuania, Latvia, dan Estonia),
masing-masing akan menerima satu kompi pasukan terjun payung dari
Airborne Brigade Combat Team ke- 173 Angkatan Darat AS yang berbasis di
Vicenza, Italia.
Juru bicara Pentagon Laksamana Madya John
Kirby mengatakan, komando AS di Eropa akan mempertahankan rotasi
pasukan darat di negara-negara tersebut untuk setidaknya beberapa bulan
ke depan.
Kompi-kompi itu akan melakukan latihan
tembak langsung dengan pasukan militer setempat selama sekitar satu
bulan, kemudian akan ditarik dan digantikan kompi Angkatan Darat AS
lainnya.
“Apa yang kita upayakan di sini adalah kehadiran terus-menerus, rotasi kehadiran terus-menerus,” kata Kirby.
Balas aksi NATO, militer Rusia manuver di perbatasan
Bersamaan dengan pergelaran pasukan NATO
di sejumlah negara Eropa Timur, militer Rusia melakukan manuver militer
besar-besaran di perbatasan Ukraina. Presiden Rusia, Vladimir Putin,
mengatakan bahwa manuver militer Rusia untuk mereaksi manuver militer
NATO di Eropa Timur.
“Kami akui ini adalah manuver tandingan.
Kami tidak punya pilihan selain menandinginya dengan manuver yang sama,”
tegas Putin, dilansir Itass, Sabtu (26/04/2014)
Menurut Putin, jika pemerintah Ukraina di
Timur negara itu menggunakan kekuatan militer, maka mereka telah
melakukan kejahatan terhadap warganya sendiri.
Sementara Kementerian Luar Negeri Ukraina
mengumumkan, Kiev memberi batas waktu 48 jam kepada Moskow untuk
menjelaskan tentang digelarnya manuver militer Rusia di perbatasan
Ukraina. Kemenlu Ukraina di Kiev meminta Moskow untuk menjelaskan
tentang manuver militer yang dilakukannya di perbatasan negara itu.
(Published since 5 April 2014, sources: Sluzhba Vneshney Razvedki/ Inter-fax /Moskovskij Komsomolets / Fox News / Itass / jurnal3.com / / RT / AFP / Dekapfile / berbagai sumber)
Artikel Sebelumya:
Rusia Siap Invasi Ukraina, Kiev Peringatkan Perang, Inikah Awal Perang Dunia-III? (Krisis Ukraina-1)
Aerukel Lainnya:
0 Komentar
Berkomentarlah dengan sopan dan santun